Refleksi Pemikiran dan Gerakan Kang Said

(Kelas Berfikir Kang Said)

0
624

KHASKEMPEK.COM – Dalam perjalanan panjang sejarah Indonesia, agama bukan hanya menjadi dimensi spiritual, tetapi juga memiliki peran yang kuat dalam membentuk identitas sosial dan nilai-nilai kolektif masyarakat. Di tengah keragaman etnis, budaya, dan agama, para pemimpin agama telah memainkan peran penting dalam mengarahkan arus pemikiran dan tindakan umat. Dalam konteks ini, sosok Kiai Said Aqiel Siradj hadir sebagai salah satu tokoh ulama yang telah memberikan sumbangsih yang tak ternilai dalam memandu pemikiran dan gerakan Islam di Indonesia. Melalui pendekatan inklusif dan visi moderatnya, Kiai Said Aqiel Siradj telah memberikan kontribusi yang signifikan dalam merawat kerukunan, mendorong dialog antaragama, serta membentuk paradigma keagamaan yang adaptif dalam menghadapi dinamika zaman. Dalam hal ini, kita akan menjelajahi lebih jauh tentang pentingnya pemikiran dan gerakan yang diembannya, dan bagaimana kontribusi tersebut membentuk landasan kokoh bagi eksistensi Indonesia sebagai masyarakat yang beragam dalam semangat persatuan.

Mengenal Kang Said

Prof. Dr. KH. Said Aqil Siroj, MA. atau akrab disapa Kang Said merupakan ulama yang dilahirkan dari rahim pesantren, nama lengkap beliau adalah Said bin Aqil bin Siroj bin Muhammad Said, dilahirkan pada tanggal 03 Juli 1953 di Pondok Pesantren Kempek, Palimanan, Cirebon, Jawa Barat. Kang Said kecil adalah anak yang memiliki kecintaan belajar terutama dalam diskursus agama, ayahanda beliau sesosok ayah sekaligus Kiai, dimana kang said dalam usianya dari kecil sampai remaja sudah memiliki keakraban dalam masalah keilmuan, karena pendidikan serta dukungan dari ayandanya, beliau tumbuh sebagai ulama yang tangguh dan berpengaruh sampai saat ini.

Pesantren adalah tempat yang sangat penting dan dicintai kang said, dari kecil sampai remaja kang said belajar dan mengaji kepada ayahadanya sendiri yang merupakan Kiai pesantren, pada saat remaja beliau melanjutkan mengajinya atau mondok di pesantren Lirboyo kediri, Lirboyo sendiri merupakan pesantren yang sangat populer dikalangan santri, Pesantren Lirboyo didirikan oleh KH. Abdul Karim atau dikenal Mbah Manap, yang dahulu merupakan guru dari ayahandanya, Kang Said pada saat mondok di pesantren Lirboyo mengaji dengan Mbah Kyai Mahrus Ali, beliau menjadi murid kesayangannya, para santri lirboyo sangat kenal dan akrab dengan beliau, karena kecerdasan beliau dalam mengaji dan berdiskusi terutama dalam masalah yang masih rumit dan njilimet, Kang Said hadir dan menjawab terma-terma sulit dalam kajian pesantren. Kang Said di Lirboyo melakukan belajarnya sampai khatam atau lulus, kemudian melanjutkan kuliahnya  di IAIN Tribakti Lirboyo yang mana merupakan perguruan Islam terbesar di Kediri.

Kang Said ketika Kuliah di IAIN Tribakti Lirboyo tidak sampai selesai, beliau memiliki kecintaan dan keingintahuan yang dalam akan ilmu, yang mendorong beliau untuk melanjutkan studinya di IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, di Yogyakarta beliau menimba ilmu di pesantren krapyak, Pesantren yang diasuh oleh Kiai Ali Maksum, Kiai Ali Maksum merupakan Kiai sekaligus pengkader, yang banyak melahirkan Tokoh terkemuka. Selain Kang Said mengaji kepada Kiai Ali, beliau juga aktif dalam organisasi mahasiswa, pada saat itu beliau aktif di Persatuan Mahasiswa Islam Indonesia ( PMII ), berkat bimbingan Kiai Ali Maksum, beliau aktif mewarnai ruang diskusi santri dan mahasiswa pada saat itu.

Selain puas menemukan sumber mata air yang telah menyejukkan dahaga keilmuannya, di Krapyak Kang Said menemukan wanita tambatan hatinya yang kelak akan menjadi ibu dari anak-anaknya. Ia adalah Nurhayati binti Abdul Qadir. Perempuan yang sama-sama sedang menimba ilmu di Krapyak yang kebetulan berasal dari tetangga desa Kempek, yaitu Gempol. Nurhayati dinikahi Said Aqil pada tanggal 13 Juli 1977. Dari pernikahan Said Aqil bersama Nurhayati, lahirlah dua putra dan dua putri yang semuanya dilahirkan di Makkah al-Mukarromah, mereka adalah : (1) Muhammad Said, (2) Nisrin Said, (3) Rihab Said, (4) Agil Said.

Kecintaan yang sangat tinggi pada ilmu pengetahuan, membuat Kang Said, merasa ingin melihat dan membuka wawasannya lebih luas lagi, tidak sampai selesai di IAIN Sunan Kalijaga, beliau melanjutkan studinya di Timur Tengah, sehingga pada tahun 1980 M, Kang Said menuju Makkah ditemani istrinya, Nurhayati. Adapun alasan Kang Said memilih kuliah di Makkah, karena sistem pendidikannya yang bagus untuk pengembangan keilmuan Islam dan setara juga dengan Universitas Al-Azhar Mesir, menurut Kang Said sangatlah mirip karena banyak dosen di Makkah  yang berasal dari Al-Azhar Mesir.

Kehidupan di Saudi Arabia tidak beliau lewati dengan mudah, hal ini semakin berat setelah Kang Said memiliki empat orang anak. Kang Said pernah bekerja di toko karpet milik orang Saudi, beliau bekerja sebagai penjaga toko dan terkadang tukang pikul karpet untuk dikirim ke pembelinya. Selain itu, setiap musim haji, Kang Said selalu menyibukkan dirinya sebagai petugas haji yang membantu jamaah dari Indonesia. Terkadang ia bekerja sebagai porter, sebagai badal haji, sebagai pembimbing dan segala hal yang berkaitan dengan haji, sehingga seperti yang disampaikan oleh anak beliau yaitu Nisrin Said, beliau pasti jatuh sakit setelah musim haji selesai karena badan yang terus dipaksa untuk bekerja. Kang Said juga pernah bekerja sebagai wartawan Jawa Pos, Cabang Makkah. Waktu itu, Jawa Pos di bawah kepemimpinan Dahlan Iskan yang ingin mengembangkan cakupan Jawa Pos sampai ke luar negeri, khususnya pemberitaan tentang jamaah haji Indonesia yang ada di Makkah Al-Mukarramah. Pada saat itu Kang Said bekerja sebagai penulis dan penerjemah.

Kerja keras dan kedisipilinan Kang Said sangat terlihat sekali ketika beliau harus memenuhi tuntutan untuk menyelesaikan kuliah, bekerja, mengurus keluarga dan empat anak. Namun, hal itu bisa beliau lewati dengan sangat baik. Beliau ini akademisi, sosok ayah yang sangat memperhatikan perkembangan putra-putrinya. Nisrin menceritakan ayahnya sebagai sosok yang Family Man, di pagi hari Kang Said membantu istrinya untuk mempersiapkan segala kebutuhan anak-anaknya sebelum berangkat sekolahnya, setelah itu ia mengantar anak-anaknya sekolah dan sore hari menjemputnya kembali. Di siang hari, Kang Said mengikuti perkuliahan di Universitas atau bekerja untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Menurut putrinya, Kang Said hanya di waktu malam beliau membaca kitab dan sesekali menghafal al-Qur’an, namun di sela-sela kesibukannya beliau tidak pernah meninggalkan shalat tahajjud  dan yang paling membekas bagi putrinya, Kang Said setiap tahajjud selalu menggendong putra-putrinya secara bergiliran sekalipun dalam kondisi tertidur.

Pada tahun 1982 Kang Said berhasil menyelesaikan strata-1 nya di Universitas King Abdul Aziz, jurusan Ushuluddin dan Dakwah, kemudian melanjutkan pendidikan strata-2 nya di Universitas Ummul Quro, mengambil konsentrasi Perbandingan Agama dengan karya tulisnya yang membahas tentang Kitab Perjanjian Lama dan surat-surat Sri Paus Paulus dan selesai pada tahun 1987. Setelah selesainya strata-2, Kang Said Langsung mengambil kesempatan untuk terus melanjutkan ke jenjang doktoral di Universitas yang sama yaitu Ummul Quro, jurusan Aqidah Filsafat Islam dan berhasil selesai pada tahun 1994 dengan predikat cumlaude dengan desertasi berjudul Silatullah bi al-Kawni fi al-Tasawwuf al-Falsafi (Hubungan Allah dan Alam Semesta dalam Perspektif Tasawwuf Falsafi).

Geneologi nasab Kang Said

Sebagai seorang ulama selain memiliki kecakapan dalam ilmu pengetahuan, ulama juga memiliki garis keturunan yang tersambung dengan Rasulullah SAW, Kang Said dalam segi keturunan memiliki jalur nasab yang sampai pada Rasulullah, dari berbagai sumber yang mendukung Kang Said memiliki jalur keturunan dengan Waliyullah Syekh Syarif Hidayatullah Gunung Jati, ketersambungan ini berasal dari jalur ayahandanya, Kiai Aqil Siroj dari Pondok Pesantren Gedongan atau juga dari jalur ibunya, Nyai Afifah Harun, Pondok Pesantren Kempek. Akan tetapi, yang bisa diverifikasi secara jelas berasal dari jalur Ayahandanya, yakni Kiai Aqil bin Kiai Siroj bin Kiai Said. Selain masih tersambung dengan Syekh Sarif Hidayatullah, Kang Said juga masih tersambung dengan keluarga besar Pondok Pesantren Kajen, keluarga Mbah Sahal Mahfudz (Alm).

Adapun jalur nasab Kang Said yang sampai kepada Syekh Syarif Hidayatullah melalui jalur ayah adalah sebagai berikut: Prof. Dr. Kiai Said Aqil Siroj, MA bin KH Aqil bin KH Siroj bin KH Said Gedongan bin KH Murtasim bin KH Nurudin bin KH Ali bin Tubagus Ibrahim bin Abul Mafakhir (Majalengka) bin Maulana Mansur (Cikadeun) bin Sultan Agung Tirtayasa bin Sultan Abdul Mahali Ahmad bin Sultan Abdul Mafakhir bin Maulana Muhammad Banten bin Maulana Mansyur bin Maulana Yusuf Banten bin Maulana Hasanudin bin Syaikh Syarif Hidayatullah (Sunan Gunng Jati).

Adapun silsilah Kang Said yang sampai kepada Syaikh Syarif Hidayatullah melalui jalur ibu, adalah : Prof. Dr. Said Aqil, MA bin Nyai Afifah binti Kiai Harun bin Nyai Madrawi binti Pangeran Hasanudin bin Sultan Anom Moh Kaharudin I bin Sultan Anom Abu Sholeh Imadudin bin Sultan Anom Khaerudin bin Sultan Anom Alimuddin bin Sultan Anom Raja Mandura Raja Kadirudin bin Sultan Anom Muhammad Badrudin bin Panembahan Girilaya bin Panembahan Dipati Anom Cirebon bin Pangeran Pasarean bin Syaikh Syarif Hidayatullah (Gunung Jati).

Dan silsilah Kang Said yang bersambung dengan Mbah Mutammakin Kajen bisa dilihat dari jalur ayahandanya. Berikut silsilahnya: Prof. Dr. Said Aqil, MA bin KH Aqil bin Nyai Fatimah binti Nyai Fadhilah binti KH Ahmad Sholeh bin KH Asnawi Sepuh (Guru Mbah Soleh Darat) bin Nyai Ageng Mustajiroh binti Nyai Ageng Godhek binti KH Mutammakin.

Selanjutnya, dari Syaikh Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati), nasabnya terus bersambung secara runut kepada Fatimah Az-Zahra binti Rasulullah SAW. Dengan demikian silsilah keluarga dan geneologi pengetahuan Pesantren yang menjadi akar dari keilmuan Kang Said Aqil ini bisa ditelusuri secara kultural, biologis dan ideologisnya dan ini menjadi ciri khas ulama-ulama di lingkungan Pondok Pesantren.[1]

Pemikiran Kang Said

Pemikiran Kang Said mencakup berbagai aspek yang memiliki dampak besar dalam perkembangan masyarakat Islam di Indonesia. Salah satu poin sentral dalam pemikiran Kang Said adalah inklusivitas. Beliau mendorong umat Islam untuk memiliki pandangan yang inklusif terhadap perbedaan dalam agama, budaya, dan pandangan. Pemikiran ini muncul dari keyakinan bahwa Indonesia adalah negara dengan keberagaman yang harus dihormati dan dihargai. Beliau menganjurkan pendekatan yang moderat dalam menjalani ajaran agama. Ia mengajak umat untuk menemukan keseimbangan antara ibadah, kehidupan sehari-hari, dan tanggung jawab sosial. Hal ini memastikan bahwa agama tidak menjadi penghalang bagi perkembangan individu dalam aspek lain. Beliau sangat mendukung dialog antaragama sebagai sarana memahami perbedaan dan merajut kerukunan. Pemikiran ini berkontribusi besar dalam menjaga kedamaian di Indonesia yang beragam. Dialog antaragama dianggapnya sebagai jembatan menuju pemahaman yang lebih baik di antara penganut berbagai keyakinan. Disamping itu beliau memiliki kesadaran mendalam tentang tantangan modern, seperti radikalisme dan ekstremisme. Ia secara tegas menolak pemahaman sempit yang mendorong konflik dan kekerasan. Beliau mendorong masyarakat untuk melawan paham-paham tersebut dengan pendekatan ilmiah dan pengetahuan agama yang komprehensif. Pemikiran Kang Said juga mencakup aspek pemberdayaan ekonomi dan sosial umat. Beliau mendorong umat untuk tidak hanya fokus pada aspek spiritual, tetapi juga mengembangkan kemampuan ekonomi dan sosial untuk kesejahteraan bersama. Dalam hal lain beliau mendorong umat Islam untuk aktif dalam kehidupan sosial dan politik. Ia mengajak umat untuk berpartisipasi dalam proses demokrasi dan berkontribusi pada pembangunan negara. Beliau menekankan pentingnya pendidikan dan pengetahuan dalam memahami agama dengan benar. Kang Said berpendapat bahwa pengetahuan yang baik dapat mencegah penyebaran pemahaman sempit dan ekstrim. Pemikiran Kang Said menggambarkan komitmen yang mendalam terhadap inklusivitas, toleransi, dan pemberdayaan masyarakat. Pemikiran ini berperan dalam membentuk pandangan umat Islam di Indonesia yang adaptif dan responsif terhadap perubahan zaman.

Gerakan Kang Said

Gerakan yang dicanangkan oleh Kang Said memiliki dampak yang signifikan baik dalam skala nasional maupun internasional. Dalam Skala Nasional, sewaktu menjabat Sebagai salah satu tokoh kunci dalam Nahdlatul Ulama (NU), Kang Said memiliki peran sentral dalam mengarahkan dan memperkuat organisasi tersebut. NU adalah organisasi Islam terbesar di Indonesia yang memainkan peran penting dalam membentuk identitas keagamaan dan budaya di negara ini. Melalui kepemimpinannya di NU kala itu, Kang Said telah secara aktif mempromosikan nilai-nilai toleransi dan kerukunan antaragama. Gerakannya mendorong dialog dan kerjasama antara umat Islam dan penganut agama lain untuk membangun hubungan harmonis. Gerakan yang dipelopori oleh Kang Said juga mencakup upaya pemberdayaan ekonomi dan sosial umat. Melalui program-program dan inisiatif di bawah bendera NU, beliau mendorong umat untuk terlibat aktif dalam pembangunan sosial dan ekonomi.

Dalam Skala Internasional Kang Said telah menjadi wajah dari Islam moderat di tingkat internasional. Partisipasinya dalam berbagai forum internasional memberikan platform untuk memperkenalkan pandangan inklusif dan moderat dalam Islam kepada dunia. Beliau telah aktif terlibat dalam upaya dialog antaragama di tingkat internasional. Ini termasuk partisipasinya dalam forum-forum dialog yang bertujuan untuk mempromosikan pemahaman lintas agama dan menemukan solusi bersama untuk masalah global. Beliau juga telah berkontribusi dalam upaya melawan ekstremisme dan radikalisme. Beliau mendorong kerjasama global untuk menghadapi ancaman ini dengan pendekatan yang moderat dan inklusif. Beliau mencoba menjembatani kesenjangan budaya dan peradaban antara dunia Barat dan dunia Muslim. Beliau berupaya mengedepankan dialog budaya dan pendidikan guna memahami serta menghormati perbedaan. Kang said, melalui gerakannya, telah berupaya menciptakan dampak positif dalam membangun masyarakat yang toleran, responsif terhadap perubahan, dan aktif dalam berkontribusi baik dalam skala nasional maupun internasional.

Karya-Karya

1.      Allah dan Alam Semesta dalam Perspektif Tasawuf Falsafi, buku ini adalah terjemahan dari Disertasi KH. Said Aqil Siroj saat menyelesaikan studi S3 nya di Universitas Ummul Qura’, Makkah, dan diterbitkan oleh Yayasan Said Aqil Siroj pada tahun 2021. buku ini sangat menarik untuk dikaji lebih dalam karena dalam buku ini sangat spesial, dimana kang said menjabarkan dan mengupas habis tentang sejarah, teks dan pemikiran para sufi, serta membahas kemunculan, perkembangan dan konsep-konsep tasawuf falsafi yang hingga kini masih banyak ditafsirkan secara keliru oleh khalayak umum.

2.      Islam Kalap dan Islam Karib, diterbitkan oleh Daulat Press pada tahun 2014. Dalam buku ini memuat penjelasan mengenani keberagamaan islam, dimana kang said dalam buku ini menjelaskan “ jihad tandingan “ untuk menyelamatkan islam dari ekstremisme atau radikalisme dan bid’ah kaum puritan, buku ini bisa menjadi solusi dalam dialog islam yang lebih terbuka untuk kemaslahatan universal.

3.      Islam Sumber Inspirasi Budaya Nusantara, dicetak oleh LTNNU (Lembaga Ta’lif wan Nasyr Nahdlatul Ulama) pada tahun 2014. Dalam buku ini menjelaskan gagasan beliau mengenai islam nusantara.

4.      Tasawwuf Sebagai Kritik Sosial: Mengedepankan Islam Sebagai Inspirasi, Bukan Aspirasi, diterbitkan oleh PT. Mizan Pustaka bersama Yayasan SAS ( Said Aqil Siroj) pada tahun 2006. Buku ini merupakan refleksi dari upaya memperkuat pola pikir tawassuth, tawazun, I’tidal, yang mana marak selama ini aksi kekerasan atau anarkisme mengatasnamakan agama, dimana dalam buku ini tasawuf menjadi sebuah misi kemanusiaan, yang menggenapi misi islam secara holistik.

5.      Berkah Islam Indonesia: Jalan Dakwah Rahmatan Lil ‘Alamin, diterbitkan oleh Quanta pada tahun 2005. Buku ini menunjukan Islam sebagai agama yang Rahmatan Lil’alamin”, yakni menjelaskan jalan dakwah yang merangkul, mengasihi, mengapresiasi, bukan yang mendikriminasi, islam yang plularis bukan yang rasis.

6.      Islam Kebangsaan: Fiqih Demokratik Kaum Santri, diterbitkan oleh Pustaka Ciganjur pada tahun 1999. Buku ini membicarakan tema-tema kebangsaan secara umum dalam tradisi pemikiran islam tradisional di Indonesia.

7.      Kiai Menggugat: Mengadili Pemikiran Kang Said, diterbitkan oleh Pustaka Ciganjur pada tahun 1999. Dalam buku ini menjelaskan kontroversi pemikiran kang said dan buku ini merupakan dokumentasi dari banyaknya pemikiran dan gagasan beliau di media sosial.

8.      Ahlussunnah wal Jamaah Dalam Lintas Sejarah, diterbitkan oleh LKPSM (Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumberdaya Manusia) pada tahun 1998. Dalam buku ini menjelaskan bagaimana aswaja ditinjau dalam aspek lintas sejarah dan perkembanganya.

Buah pemikiran beliau dalam mewarnani dunia keilmuan sangatlah banyak, tidak heran tokoh pemikir sekelas beliau memiliki karya dan catatan yang banyak tersebar dimana-mana, karya beliau yang tercantum diatas merupakan sedikit dari sekian banyaknya karya-karya beliau yang sudah menjadi buku, artikel, jurnal, dan terekam dalam majalah-majalah disetiap penjuru nusantara ini, semoga dari manakib singkat beliau kita bisa mengambil faedah, melahirkan pemikiran yang cemerlang, dan melanjutkan estafet  keilmuannya.

____

[1] Akhmad Nizar, Islam Nusantara dan Islam Transnasional ( telaah pemikiran Kiai Said Aqiel Siradj ), ( KBM INDONESIA, Februari, 2022 ), 99 -127.

Penulis : Rizki Mubarok

Keterangan : Materi ini disampaikan saat kegiatan kelas pemikiran kang said, yang diselenggarakan oleh Ikhwan Khas Semarang

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here