Islam Agama Gotong Royong

0
644

KHASKEMPEK.COM – Ada penjelasan menarik dari Guru Besar Al-Azhar, Mesir, Syekh Abu ‘Ashiy, ketika beliau menyampaikan wejangan pada puncak Peringatan Haul Ke-34 Mbah KH Aqiel Siroj dan Sesepuh Pondok Pesantren KHAS Kempek Cirebon, pada Sabtu, 26 Agustus 2023 lalu. Kata beliau, dari pembuka Al-Qur’an, Allah Swt sudah mengingatkan manusia agar membuang jauh-jauh sisi individualis, egoisme, apalagi sikap-sikap ingin menang sendiri.

Dengan diterjemahkan secara ringan, simpel, dan memahamkan oleh Ammina, Buya KH Said Aqil Siroj, Syekh Abu ‘Ashiy menjelaskan bahwa jika kita membaca ayat pertama QS. Al-Fatihah, “Alhamdulillahi rabbil alamin. Segala puji bagi Allah, Tuhan sekalian alam,” maka otomatis kita harus menyadari bahwa kita tidak hidup sendirian.

Kita hanya bagian kecil dari yang ada di seluruh alam semesta. Di antara kita sebagai manusia pun, diciptakan banyak perbedaan antara satu dan lainnya, warna kulit, bahasa, budaya, agama. Semua itu, tiada lain, merupakan tanda kebesaran Allah Swt.

Allah Swt berfirman:

يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اِنَّا خَلَقْنٰكُمْ مِّنْ ذَكَرٍ وَّاُنْثٰى وَجَعَلْنٰكُمْ شُعُوْبًا وَّقَبَاۤىِٕلَ لِتَعَارَفُوْا ۚ اِنَّ اَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللّٰهِ اَتْقٰىكُمْ ۗاِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ خَبِيْرٌ

“Wahai manusia, sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan perempuan. Kemudian, Kami menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Teliti.” (QS. Al-Hujurat: 13).

Syekh Ashiy menjelaskan, keberagaman itu bukan menjadi peluang bagi manusia untuk saling memusuhi, apalagi saling membunuh. Melainkan untuk saling mengenal, bergotong royong, bekerja sama, saling menyempurnakan, dan saling mendukung.

Pengarang kitab Al-Mustasyfa fi Ulumul Quran dan Nahwa Tasawuf Muharrar itu juga menjelaskan, lafaz “al-alamin” dalam ayat pertama QS. Al-Fatihah itu ialah sebuah dorongan bagi Bangsa Arab agar mereka mampu terus berupaya untuk berpengetahuan luas. Begitu pun dengan kita, yang harus memperbanyak pengetahuan dan meluaskan cara pandang; bahwa dunia itu cenderung berubah dan dibutuhkan ketanggapan sikap dalam menghadapi tantangan-tantangan yang hadir di dalamnya.

TELADAN RASULULLAH

Terlepas dari penjelasan Syekh Ashiy, semangat Islam sebagai agama gotong-royong juga tergambar dalam perjalanan hidup Rasulullah Muhammad Saw. Ketika Rasulullah menginjak usia 35 tahun, orang-orang Quraisy berkeinginan untuk merenovasi ka’bah. Mereka khawatir, bangunan suci nan tua itu lama-lama roboh. Mereka pun bersepakat untuk meruntuhkan beberapa bagian bangunan lama setinggi 4,5 meter itu, kemudian membangun sekaligus meninggikan hingga menjadi lebih layak dan kokoh.

Ketika perehaban itu rampung, perselisihan di antara mereka pun muncul. Tiap-tiap suku mengeklaim dirinya lebih berhak untuk meletakkan Hajar Aswad ke tempat semula. Cekcok itu bahkan berlangsung hingga lima hari.

Beruntung, seseorang bernama Abu Umayah bin Mughirah Al-Makhzumi menyumbang ide agar siapa yang memasuki masjid pertama kali, maka dialah yang berhak untuk mengangkat batu mulia itu. Dan ternyata, Nabi Muhammad lah sosok yang pertama kali memasuki Masjidil Haram. Namun, setelah semua perwakilan suku mufakat bahwa Nabi Muhammad lebih berhak mengangkat Hajar Aswad, Rasulullah malah meminta selembar kain dan meletakkan batu surga itu di atasnya sehingga setiap perwakilan suku bisa turut tercatat sebagai orang-orang yang telah berperan dan bersumbangsih dalam peristiwa penting itu.

Itulah teladan Al-Amin, sosok terjujur yang begitu dipercaya alam raya. Lewat peristiwa itu, Rasulullah Saw begitu jelas menyampaikan pesan bahwa manusia tidak akan punya arti ketika merasa hebat sendiri. Manusia adalah makhluk sosial, yang tidak pantas mengatakan bahwa saya adalah si paling berperan.

Wallahua’lam bissawab

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here