Pesantren KHAS Kempek: Upaya Membendung Arus Radikalisme Indonesia

0
569

KHASKEMPEK.COM – Belakangan ini media Indonesia sedang ramai memberitakan gerakan radikal yang dilakukan oleh sebagian orang, berita ini terus memenuhi kanal-kanal berita seperti pasca penikaman terhadap mantan Menkopolhukam Wiranto, dan bom bunuh diri di Medan belum lama ini. Paham radikal ini sebetulnya sudah ada sejak lama, hingga saat ini paham tersebut masih menjadi pekerjaan pemerintahan untuk menyelesaikannya.

Bukan berhenti disitu saja, perlunya peran penting dari orang tua dan kondisi sosial kultural lingkungan dapat ikut serta membendung paham paham radikal. Paham radikalisme agama, ini sudah ada sejak masa kekhalifahan, yakni peperangan antara kelompok sahabat Ali Bin Abi Thalib dan Muawiyah dalam merebutkan kekuasaan, perang ini berakhir dengan kesepakatan untuk berabitrase bersama. Nampaknya dalam keputusan ini ada sebagian kelompok dari sahabat Ali yang tidak setuju, hingga akhirnya memisahkan diri, lalu membuat kelompok sendiri, kelompok ini lalu dikenal dengan sebutan Khawarij.

Kelompok khawarij ini pada gilirannya nanti akan menyerang kempimpinan sah dua kelompok diatas, mereka beralasan bahwa kepemimpinan sahabat Ali dan Muawiyah bukan menggunakan hukum Allah, malah menggunakan hukum manusia, katakanlah musyawarah pada waktu itu, maka baginya kelompok tersebut dianggap kafir bahkan wajib untuk diperangi, atas alasan inilah para akademisi menganggap permulaan munculnya paham paham radikal.

Beberapa pihak menyatakan bahwa fenomena radikalisme agama dewasa ini merupakan kelanjutan dari episode khawarij, karena menggunakan doktrin takfiri dan melawan pemerintahan yang sah. Ada berbagai versi mengenai pengertian dari radikal, diantaranya adalah paham atau sebuah aliran yang menginginkan perubahan dan pembaharuan sosial dengan cara kekerasan, bisa juga, radikalisme itu pola berfikir dan bertindak dengan kekerasan sebagai kendaraannya, pada kelanjutannya paham radikalisme ini berkembang menjadi terorisme.

Lalu bagaimana perkembangan radikalisme di negeri kita? Setidaknya dapat kita analisa semenjak era reformasi, era reformasi ini ditandai dengan arus globalisasi yang pesat dan kebebasan dalam berpendapat, agaknya kedua hal ini dapat memberi keluasan bagi kelompok radikal untuk mengembangkan paham paham radikalisme dinegri ini. Biasanya relawan paham radikal ini mengajak seseorang yang berpendidikan rendah, terutama dalam dasar-dasar ilmu agama, yang mengalami kesenjangan sosial, ekonomi dan sebagainya.

Dalam aksinya yang menggunakan cara kekerasan, sering kali kelompok ini mengatasnamakan agama atau tuhan sebagai legitimasi atas tindakannya tersebut, berdasarkan pemahaman teks teks agama yang disalah pahami, terlebih pada ayat-ayat peperangan dan jihad.

Wahid Institut dalam penelitiannya menyebutkan, beberapa karakteristik dari kelompok radikal, yakni menghakimi orang yang tidak sepaham dengan pemikirannya, mengatasnamakan tuhan untuk menghukum kelompok yang berbeda keyakinan, mengkafirkan sesama muslim, sikapnya yang super eksklusif seakan tidak menerima keberadaan yang lain, intoleran dan seterusnya.

Pergerakan arus radikalisme kiranya oleh sebagian pengamat dapat dicegah dan dibendung dengan dasar pendidikan agama yang kuat, agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam memahami teks-teks agama terutama ayat-ayat jihad dan peperangan, maka karenanya, pesantren hadir sebagai lembaga pendidikan agama dinilai tepat untuk membendung dan mencegah berkembangnya paham-paham radikal sehingga melahirkan kelompok ekstrim.

Upaya membendung paham radikalisme

Sudah mafhum bagi kita semua bahwa pondok pesantren adalah lembaga pendidikan tertua di Indonesia, peranannya begitu signifikan kepada Indonesia, ini terbukti sudah sejak lama pesantren mampu merawat keberagaman dan menjaga persatuan bangsa. pesantren sudah banyak melahirkan tokoh yang luar biasa manfaatnya bagi warga dan negara, Gus Dur, Gus Mus dan masih banyak yang lainnya.

Di negara kita ada banyak sekali pondok pesantren, salah satunya adalah pondok pesantren Khas Kempek Cirebon. Pesantren yang dikenal kiainya dengan sebutan Pandawa Lima ini, sekarang diasuh oleh Kiai Musthofa Aqil Siroj. Seperti pada umumnya, pesantren Khas memilki cirinya tersendiri, yaitu baca Alquran ala Kempekan yang terbilang sulit, bacaannya yang fasih sesuai dengan makhorijul huruf dan tajwidnya. Sebelum mengaji Alquran saja, ngaji Alfatihah terlebih dahulu sampai berbulan-bulan baru bisa lulus, setelah itu hafalan Juz 30 (Juz ‘Amma), baru kemudian ngaji Alquran, ngaji Alquran pun tidak sebentar, paling minimal 4 tahun baru khataman.

Sebanding dengan sikap seseorang yang radikal, pesantren Khas ini sudah dari dulu hadir dalam upaya membendung arus paham radikalisme, memberikan sistem imunitas kepada para santri dan lingkungan sekitarnya. Formulasi pendidikannya jelas mampu mencegah paham radikal, seperti mengedepankan akhlakul karimah, diajarkannya dasar-dasar agama Islam dengan baik dan bertahap, agar tidak salah kaprah dalam memahami teks-teks agama terutama mengenai ayat-ayat peperangan dan jihad.

Santri-santri Khas Kempek dalam soal nasionalisme dan paham kebangsaan tidak usah diaragukan lagi. Starting point-nya adalah sikap maiyyah para santri dengan kiai-kiainya, hubungan dzohiron wa bathinan inilah yang nantinya akan menjaga dan menuntun pergerakannya saat berkiprah dimasyarakat. Kiai dan ustadz pesantren Khas Kempek memiliki pemahaman dan implementasi ajaran dan nilai-nilai agama yang benar, baik untuk diikuti, sikapnya yang lemah lembut dan tulus bagi sesama. Di samping itu, realita lingkungan pesantren Khas Kempek mampu menampung keragaman identitas, saling menghargai dan sikap toleransi hadir ditengah-tengah mereka. Kenyataan ini, pada gilirannya dapat mencetak pribadi yang memiliki imun dari paham radikalisme. Lingkungan pesantren Khas Kempek dan pendidikannya merupakan tindakan preventif sedini mungkin dari paham paham radikal.

Selain itu, pondok pesantren Khas Kempek melalui situs resmi www.khaskempek.com dan akun-akun sosial medianya, senantiasa mengkampanyekan Islam yang ramah, damai dan santun. Santri-santri Khas Kempek menyadari betul bahwa tindakan radikal itu bukanlah ajaran Islam. Islam adalah agama yang membawa rahmat bukan yang membawa laknat dan mengumbar kekerasan. Begitu juga, para alumni pesantren Khas turut berkontribusi dalam membendung perkembangan arus radikalisme di Indonesia. Setidaknya pemahaman agama yang didapatkan di pondok dulu, dan berbekal pengalamannya dapat disebarluaskan kembali ke masyarakat, serta mengkonfirmasikan bahwa tindakan radikal itu bukanlah bagian dari ajaran agama.

Di sini, peran alumni sangat penting harapannya mampu mengarahkan, menjaga serta mendampingi masyarakat dari paham-paham radikal, agar menciptakan lingkungan yang berperadaban dan harmonis. Jebolan-jebolan pesantren sudah saatnya menjadi penggerak masyarakat. Jangan takut dan bimbang, karena ilmu dan pengalaman yang didapatkan dulu, bisa menjadi modal untuk hal tersebut.

Sudah saatnya peran santri berada ditengah masyarakat, santri jangan lagi menjadi silent majority. Sekarang waktunya untuk bergerak menuju ke noisy majority, seperti yang Buya Said Aqil ucapakan, “Nanti kelak dimasyarakat, jangan jadi penonton saja. Jadilah aktor, jadilah pemain ditengah masyarakat”. Peran alumni pesantren ditunggu oleh masyarakat, ibarat paku dalam sebuah bangunan, perannya begitu sentral untuk menyatukan lapisan masyarakat.

Oleh karenanya, mesti kita sadari bersama bahwa semua agama mengajarkan cinta damai, agama yang rahmatan lilalamin. Jangan biarkan paham radikal ini menyebar luas kemasyarakat, sehingga citra Islam menjadi buruk. Mari bergandengan tangan melawan arus radikalisme. Mari bersatu padu menjaga bangsa dari virus yang mengancam dan merusak peradaban dan keadaban bangsa.

Penulis: Alumni KHAS Kempek Akhtual 2017

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here