Memeluk Rindu di Bawah Al-Quran Kempekan: Pesan dan Kesan Bercumbu di Bilik Pesantren

0
1910

KHASKEMPEK.COM – Pesantren Kempek itu pesantren kerinduan. Menyimpan sejuta asa dan ribuan kesan yang sulit terlupakan. Setiap santri yang mengenyam pendidikan di Kempek, dipastikan meninggalkan pesan yang mendalam. Bukan hanya karena sosok Kiai dan Nyainya yang setiap detik memberikan ketauladanan, tapi juga kegiatan pesantrennya yang membuat susah untuk dilupakan. Bercumbu dalam aktivitasnya, membuat sulit untuk ‘move on’ dari ingatan.

Setiap santri sadar bahwa kegiatan di pesantren Kempek begitu padat. Dari mulai bangun tidur hingga hendak tidur, kegiatan memenuhi keseharian para santri. Baik kegiatan pondok atau kegiatan sekolah umum, mewarnai setiap waktu santri Kempek. Santri Kempek diajarkan untuk memanfaatkan waktu sebaik mungkin, agar kelak ketika sudah pulang di masyarakat, dapat memberikan contoh terbaik bagi orang-orang sekitarnya.

Ngaji Al-Quran ala Kempekan adalah satu dari sekian kegiatan yang digelar di pesantren. Dinamakam Al-Quran Kempekan karena irama dan lagu yang dipakai santri ketika mengaji di Pesantren Kempek merupakan lagu khas pesantren yang sudah dahulu dipraktikkan oleh para pendiri pondok dan tidak diberlakukan di pesantren-pesantren lain. Ciri khas Al-Quran Kempekan dikenal dengan kefasihan setiap pengucapan huruf Al-Quran. Bukan hanya kefasihannya, setiap santri harus tepat membunyikan huruf sesuai makharijul huruf Al-Quran. Ngaji Al-Quran ala Kempekan memang memberi kesan yang unik. Untuk menyelesaiakan Alfatihah saja, santri perlu menghabiskan waktu 3 – 4 bulan lamanya.

Meskipun terkadang ada saja santri yang pesimis karena lamanya waktu, namun proses itu tetap harus dijalankan karena menjadi syarat berlanjutnya ngaji Al-Quran 30 juz di Kempek. Setelah lulus Alfatihah, santri dilanjutkan mengaji bacaan Attahiyat; bacaan shalat, dan biasanya menghabiskan waktu 2 – 3 bulan. Kira-kira, perlu tujuh bulan untuk merampungkan Alfatihah dan Attahiyat.

Ngaji Al-Quran Kempekan dimulai dengan Alfatihah dan Attahiyat bukan tanpa alasan. Menyitir mazhab Syafi’i, rukun Qauliyyah (ucapan) dalam shalat hanyalah dua, yaitu Alfatihah dan Attahiyat. Keduanya menjadi syarat sah shalat. Oleh karena itu Kempek menakankan agar dua bacaan itu dapat dikuasai setiap santri dengan baik dan benar. Sehingga shalat lima waktunya menjadi baik dalam rukun qauliyyahnya.

Kesan yang sulit dilupakan bagi santri Kempek salah satunya memang adalah ngaji Alfatihah dan Attahiyat. Meskipun ketika proses mengaji kadang muncul rasa bosan karena tidak lulus-lulus, namun proses menyelesaikan Alfatihah dan Attahiyat itu meninggalkan kerinduan yang mendalam. Al-Quran Kempekan menyisakan kerinduan yang sulit untuk dilupakan sepanjang waktu.

Meskipun terkesan sulit dalam belajar Al-Quran Kempekan, santri tidak dilepas tanpa bimbingan dari senior-seniornya. Selain belajar sendiri di waktu senggang, mereka juga belajar (cocogan) dengan para seniornya yang sudah lebih dulu menyelesaikan Al-Quran ala Kempekan. Para santri secara tidak langsung belajar kedisiplinan, belajar untuk meminta pendapat orang lain ketika belum menguasai suatu hal, dan belajar arti kesabaran untuk bisa menguasai Al-Quran Kempekan.

Merindu suasana ngaji Al-Quran ala Kempekan dirasakan oleh setiap yang pernah mengenyam pendidikan di pesantren Kempek. Harapan lulusnya ngaji di setiap waktu, menambah rindu semakin memuncak. Keikhlasan para senior pondok dalam mengajarkan huruf demi huruf mengundang kerinduan yang tak dapat terbendung oleh apapun. Betapa sulit melepas rindu di bawah naungan Al-Quran Kempekan.

Di setiap waktu mengaji, ketika menghadap Kiai untuk menyetor Alfatihah, Attahiyat, atau Al-Quran Kempekan ayat lainnya, rasa deg-degan menyelimuti sepanjang waktu itu. Para santri harus siap ketika lagi-lagi ditolak dan bacannya belum dianggap benar oleh Masyayikh. Bahkan tidak jarang kemudian terkena pukulan tongkat kecil karena kesalahan dalam melafalkan huruf Al-Quran. Bagi yang lulus, merupakan kebanggaan yang tak ternilai. Tak dapat tergantikan oleh apapun ketika Kiai meluluskan bacaan Alfatihah, Attahiyat, dan ayat Al-Quran lain santri Kempek.

Meski begitu, tidak ada santri yang marah, apalagi melaporkan Kiainya ke orang tua karena tidak melulus-luluskan bacannya. Mereka ikhlas dan harus mendapat ridha Kiai agar bisa menguasai Al-Quran Kempekan, walau harus ‘dibendui’ olehnya. Semua santri meyakini bahwa semua yang dilakukan oleh Kiainya adalah atas dasar kasih sayang kepadanya, tidak ada unsur benci sekecil apapun. Para Kiai memandang semua santri dengan mata kasih sayang, menginginkan agar santrinya benar dalam membaca Al-Quran.

Tak terbesit akan menyisakan rindu ketika santri sudah pulang nanti. Keikhlasan dan keridhoan Masyayikh selama ngaji Al-Quran ala Kempekan begitu terasa. Membalut rindu di setiap mengingat tentangnya. Tak ada yang bisa dicurahkan kecuali doa agar mereka semua menjadi penolong para santri kelak di Surganya Allah. Melepas rindu bersama dalam naungan Al-Quran Kempekan.

Yang tidak kalah sulit untuk dirindukan, pasca para santri menyelesaikan/lulus ngaji Alfatihah, Attahiyat, dan Al-Quran 30 juz ala Kempekan. Santri yang lulus itu dikerumuni santri-santri lain yang sudah menunggu untuk mengucapkan ucapan selamat. Yang sulit dilupakan pula ketika Santri yang telah menyelesaikan Al-Quran ala Kempekan diceburkan di kolam (Balong) di waktu malam. Bukan apa-apa, kecuali sebagai tanda kebahagiaan dan mengukir kesan yang mendalam. Syukuran dengan membeli jajanan ringan pun untuk warga Asrama pesantren pun ‘wajib’ dilakukan sebagai tanda syukurnya.

Ada banyak pesan di balik bilik Pesantren melalui ngaji Al-Quran ala Kempekan. Tersimpan pelajaran kebersamaan, syukuran atas nikmat, dan berbagi dikala dalam kebahagiaan. Sungguh pun merupakan nilai-nilai yang sulit ditemukan di luar pesantren manakala era globalisasi telah menggerus watak sebagian orang. Al-Quran Kempekan menyimpan banyak kerinduan, yang sulit untuk dilupakan.

Bagi santri Kempek, tidak ada rasa bahagia kecuali lulus ngaji Al-Quran ala Kempekan. Kebahagiaan yang lain adalah kebahagiaan yang semu yang tak dapat menandingi bahagianya menyelesaikan Al-Quran ala Kempekan. Kebahagiaan menghatankan Al-Quran Kempekan tak dapat terbeli oleh apapun. Proses yang begitu berkesan untuk lulus Al-Quran Kempekan, menguras tenaga, memeras keringat, bahkan melumurkan darah, menjadi nilai yang tak dapat tergantikan oleh apapun.

Mengingat ngaji Al-Quran ala Kempekan mengundang sejuta asa kerinduan, menyimpan seribu pelajaran. Banyak hal yang dapat diambil dari sederet ngaji Al-Quran ala Kempekan, dari mulai kedisiplinan, keikhlasan, keridhoan, kebersamaan, hingga perjuangan. Untuk menggapai kesuksesan diperlukan usaha yang keras dan harus berlumur darah. Memeluk rindu di bawah Al-Quran Kempekan memanggil pesan dan kesan ketauladanan terbaik dari pesantren Kempek. Pondok Pesantren Kempek adalah tempat terbaik meniti kerinduan. (KHASMedia)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here