Pesan Kiai Said untuk Santri Generasi Milenial (2)

0
520

KHASKEMPEK.COM – Amanah pertama yang berupa addien (agama) telah diuraikan pada bagian pertama postingan ruang ini. Nah sekarang amanah yang kedua.

  1. Kedua ; Amanah-insaniyah-waqi’iyyah-hadhariyyah.

Amanah ini berupa hadharah, membangun peradaban.

Kiai Said mengawali ulasan amanah ini dengan menyatakan bahwa kedua amanah tersebut diatas berkaitan dengan “Himmah” (cita-cita) dan “Azimah” (kemauan).

Yang pertama kita memiliki himmah. Beliau melantunkan beberapa bait Qosidah Burdah tentang himmah Nabi Muhammad ﷺ.

Lalu Buya Said mengajak kepada para santri agar terus bersemangat dengan mengatakan ; “Ayuh yang masih muda, jangan berhenti membangun himmah (cita-cita), masih muda, saya sudah tua, terserah profesinya apa, jurusannya apa…!! Karena pokok pangkal kemajuan kita berangkat dari himmah ini…”

Beliau menambahkan bahwa banyak orang sukses, bahkan sangat sukses di bidang teknologi padahal orangtuanya orang biasa, keluarganya biasa, itu karena himmahnya, bukan keturunan, bukan karena nasabnya.

Beliau menjelaskan perbedaan antara himmah dan azimah dengan menyebut jika himmah adalah hal yang berkaitan dengan membangun tsaqofah, kultur, humanity, sebagaimana amanah yang pertama.

Sedangkan azimah adalah sesuatu yang berkaitan dengan membangun hadharah, membangun kesejahteraan, welfare.

Kiai Said mengajak para santri agar semangat merebut hadharah…

Beliau membeberkan fakta bahwa
yang menguasai minyak goreng adalah China. Produksinya pertahun mencapai 42jt ton. Padahal kebutuhan nasional hanya 11jt ton. Sekarang tidak ada karena disimpan, agar harganya naik, ditumpuk di gudang. Menteri sendiri tidak bisa berbuat apa-apa padahal kenal baik dengan mereka.

Jadi kita harus kaya, kata beliau melanjutkan ajakannya…

Adalagi kedelai, katanya kedelai kita tidak bisa menghasilkan tempe yang baik, harus impor dari Amerika. Harusnya mereka memiliki alasan yang rasional, Kiai Said ngendiko ; “Alesane aja kaya kue, alasannya jangan begitu lah !”.

Beliau memberi kritikan, buat apa ada ITB, ada insinyur pertanian kalau tidak bisa ngakali agar hasilnya baik, banyak hal yang lucu katanya.

Kita itu produsen sawit nomor satu di dunia. Sabenere kata beliau, minyak goreng gratis, atau murah banget lah. Lo ko malah langka, malah larang.
Di Jakarta sangat tragis sekali cabe atau sabrang harganya sampai 80k, di sini Cirebon hanya 60k. Daging sapi 150 sampai 160k, bawang merah 40k di Jakarta.

Ya Allah…orang kecil jadi korban, mereka disana memupuk kekayaan, jadi konglomerat. Sebenarnya bagus jadi konglomerat, asal dengan cara yang benar.

Kiai Said terus memberikan dorongan dengan mengatakan bahwa kita harus semangat membangun agar menjadi “mutahaddhier”, orang kaya, sejahtera.
Punya rumah luas bagus, atau rumah yang sedang tapi punya mobil, bagus itu.
Karena ini adalah amanah dari Allah, yang kita sebut “Amanah insaniyah-waqiiyyah-hadhariyyah.”
Kalo tidak, maka orang lainlah yang akan mengambil kekayaan itu.

Beliau juga memberikan contoh lagi bahwa harga batubara sekarang telah mencapai 460 dolar per-ton, padahal biasanya hanya 80 sampai 100 dolar. Ini akan menambah pundi-pundi mereka yang punya tambang, dan masih banyak lagi seperti nikel dan beberapa komoditi lainnya.

Ayuh kita bangun kekayaan dengan cara yang benar, niat yang benar dan tujuan yang baik…!! Itulah pesan beliau kepada para hadirin.

Kemudian Kiai Said melanjutkan pembahasannya mengenai azimah. Azimah merupakan istilah bahasa Arab yang terjemahannya hampir sama dengan himmah, yakni cita-cita, kemauan yang tinggi.

Lalu dengan suara khasnya, beliau melanjutkan lantunan Qasidah Burdahnya yang berisi mengenai azimah Kanjeng Nabi Muhammad ﷺ.

“Makarim” sebuah kemuliaan dan “‘adhaim” arti sebuah keagungan serta kebesaran, bisa dicapai dengan azimah yang kuat.

Sehingga apabila kita ingin menjadi orang kaya, sejahtera, mulia, dihormati orang, harus dengan azimah.
Dengan gamblang Kiai ini ngendiko bahwa “Gawe pondok …duit, gawe madrasah…duit, mondokna anak… duit, nyekolahna anak…duit, mangkat haji…duit. Menyempurnakan rukun Islam memakai uang. Shadaqah, wakaf, hibah, jariyah menggunakan uang, jadi uang penting juga.

Kemudian beliau memberikan kesimpulan bahwa kalau sudah membangun tsaqofah (budaya) dan hadharah (peradaban) dengan benar, maka nafsu ghadhabiyah, nafsu syahwatiyah akan berganti nama menjadi nafsu muthmainnah.

Sehingga jika seseorang itu menjadi kaya, hatinya akan tetap muthmainnah, atau dia itu pandai namun nafsunya muthmainnah, tidak membuat orang itu bersikap sombong dan “kadiran” (arogan). Nafsu tingkatan ini menjadikan seseorang sudah tidak bisa melihat kecuali hanyalah Allah.

Seperti dulu waktu kita masih berada dalam zaman alam arwah, alam primordial, tidak melihat apapun kecuali hanya Allah.
Baru setelah turun ke dunia, kata Kiai Said ; weruh wong ayu, weruh duit, harta, kedudukan disitulah nafsu terhalang serta termahjub ‘anillah.

Kalau sekarang kita menjadi orang kaya, pinter, mulia, memiliki kedudukan dan jabatan tinggi namun nafsu kita tetap, tidak terhalang dengan Allah, ghoiru mahjub ‘anillah dan juga dari ma’rifatullah, maka berarti kita telah membangun tsaqofah dan hadharah sebagaimana kedua amanah dari Allah yang telah dipikul oleh kita sebagai manusia.

Setelah itu, Pengasuh Pondok Pesantren Luhur AlTsaqofah Jakarta ini menceritakan kehidupannya di Ibu Kota dengan mengatakan bahwa dunia ini sangat keras, khususnya di Jakarta. Politik keras, bisnis keras, sehingga kalau kita tidak bisa keras, maka kita akan kalah dalam persaingan hidup ini.

Lebih lanjut beliau menceritakan mengenai dirinya dengan mengatakan ; Banyak orang yang ngomong sama saya, Pa Kiai nanti calon Wapres ya ? Buya Said menyikapinya dengan jawaban ; Ko Wapres si..!?, Presiden sekalian dong…azimah dan himmah itu lo..!,

Sambil tersenyum beliau ngendiko ; Adapun soal nanti jadinya Wapres, ya ndorong sekalian lah…he he. Pernyataan ini disambut tepuk tangan meriah oleh para hadhirin.

Kiai Kempek yang pernah menjadi Ketua Umum PBNU dua periode ini mengakui bahwa banyak tokoh yang mendorong beliau untuk menjadi Ketua Majelis Ulama. Sambil tertawa kecil beliau jawab ; Alah gombal..!!
Juga didorong menjadi Ketua DMI, Dewan Masjid Indonesia, menggantikan Pa Yusuf Kalla, kata beliau ; Nggak…nggak..!!

Karena baginya hal ini tidak menjadikan prestasi dan prestise, sebab kata beliau tidak ada tantangan. “Bagi saya tidak menantang, menjadi MUI atau DMI”, inilah pernyataan Kiai Said yang disambut applause meriah oleh para hadhirin.

Masih bersambung…
NKT.24.03.22

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here