Tiga Teladan Jariyah

0
270

Beberapa hari yg lalu tepatnya, 11 Desember 2023, saya menerima pembimbing  PPL di Madrasah Tahdzibul Mutsaqqofin (MTM) Putri, juga wali kelas di Madrasah Putri  Pondok Pesantren KHAS Kempek Putri Cirebon. Bersama mereka saya sampaikan pesan untuk diri sendiri dan semuanya. 

Menurut saya, ada sejumlah teladan yang jika dikerjakan, dia akan terus bergulir berkelanjutan. Setidaknya, tiga teladan ini akan menjadi jariyah dan saling mempengaruhi satu sama lainnya.  

1. Teladan kedisiplinan

Mengapa disiplin itu penting? Karena disiplin adalah pangkal dari segala kebaikan. Disiplin adalah penanda iman. Karena inti dari iman adalah amanah.  

Rasulullah Muhammad Saw bersabda: 

 لاَ إِيْـمَانَ لِمَنْ لاَ أَمَانَـةَ لَهُ، وَلاَ دِيْـنَ لِمَنْ لاَ عَهْدَ لَـهُ

“Tidak ada iman bagi orang yang tidak memiliki (sifat) amanah. Dan tidak ada agama bagi orang yang tidak menepati janjinya.” (HR. Imam Ahmad).

Orang beriman akan melaksanakan amanat yang diembankan kepadanya sesuai dengan ketentuan. Tidak mengurangi, tidak melebih-lebihkan. Sementara lawan dari amanah adalah khianat. Yakni orang-orang yang lalai atau bersikap semaunya terhadap tanggung jawab yang diberikan kepadanya. 

Orang-orang berjiwa khianat tidak akan mengenal kata disiplin. Sedangkan dalam Islam, ibadah yang paling menuntut kedisiplinan adalah shalat. Sementara itu, sesungguhnya shalat adalah: 

 تَنْهَىٰ عَنِ ٱلْفَحْشَآءِ وَٱلْمُنكَرِ

“Mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar.” (QS. Al-Ankabut: 45).

Jadi shalat adalah penanda kedisiplinan, dan kedisiplinan yang paripurna akan mampu mencegah diri manusia dari perbuatan-perbuatan buruk. 

2. Teladan dalam Ketekunan dan Keuletan

Suatu hari, Rasulullah Saw bersabda:

إِنَّ اللهَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى يُحِبُّ إِذَا عَمِلَ أَحَدُكُمْ عَمَلًا أَنْ يُتْقِنَهُ

“Sesungguhnya Allah mencintai seseorang di antara kamu yang mengamalkan sesuatu secara Itqan (tekun).” (HR Imam Baihaqi).

Itqan adalah beramal atau mengerjakan sesuatu dengan sesempurna mungkin dengan disertai usaha yang kuat. Itqan adalah ketekunan dan keuletan yang terus ditopang oleh keistiqamahan. 

Mengapa itqan ini perlu dan harus menjadi teladan bagi semua? Ya, karena itqan itulah yang akan menjadikan seseorang sebagai makhluk yang dicintai Allah Swt. Ketika sudah mencapai level tertentu, maka ia akan menjadi washilah bagi turunnya segala karunia dan kebaikan, tidak hanya untuk dirinya, tapi juga bermanfaat bagi orang-orang dan lingkungan di sekitarnya. 

3. Teladan dalam akhlak

Apa yang membuat agama Islam mampu bertahan hingga 1445 tahun? Jawabannya adalah akhlak. 

Nabi Saw bersabda: 

إِنَّمَا بُعِثْتُ لأُتَمِّمَ مَكَارِمَ الأَخْلاقِ

“Sesungguhnya aku diutus hanya untuk menyempurnakan akhlak mulia.” (HR. Al-Baihaqi).

Akhlak al karimah akan membuat orang rela untuk menerima, mendengarkan, serta mempelajari pengalaman-pengalaman dari orang-orang sebelumnya. Pelajaran dan pengalaman itu kemudian bisa menjadi bekal agar terhindar dari kerugian yang pernah diterima orang lain, dan menggapai apa yang pernah diraih orang-orang terdahulu.

Dengan akhlak yang baik, seseorang juga sejatinya telah menjadi teladan dalam meneladani orang lain. Nabi Muhammad Saw, misalnya, dengan tanpa sungkan meneladani sifat-sifat terpuji para rasul sebelumnya.

Nabi Nuh dikenal sebagai seorang yang gigih dan tabah dalam berdakwah. Nabi Ibrahim masyhur sebagai seorang yang amat pemurah serta tekun bermujahadah. Nabi Daud terkenal sebagai nabi yang menonjolkan rasa syukur. Nabi Zakaria, Yahya, dan Isa adalah para rasul yang terus berupaya menghindari kenikmatan dunia demi mendekatkan diri kepada Allah Swt.

Nabi Yusuf gemar bersyukur dan bersabar menahan cobaan. Nabi Yunus adalah nabi terkhusyuk ketika memanjatkan sebuah doa. Nabi Musa terbukti sebagai nabi yang berani dan tegas. Sedangkan Nabi Harun adalah nabi yang penuh dengan kelemahlembutan. 

Dengan meneladani para seniornya, Rasulullah pun tumbuh menjadi manusia yang istimewa dan sempurna. Risalah yang dibawahnya terus lestari dan disebarluaskan hingga hari ini. 

Tiga seri keteladanan itu niscaya akan menyumberkan banyak kebaikan ketika secara ikhlas terus diamalkan dan diperjuangkan. Tidak hanya oleh para nabi, kemuliaan-kemuliaan itu juga dihadirkan oleh para pendahulu kita. 

Ambil contoh, Kiai Aqiel Siroj, seseorang yang banyak diceritakan memiliki nilai kedisiplinan, keuletan, dan akhlak yang tinggi di mata para santrinya, telah mampu meluaskan persebaran ilmu dari yang sebelumnya hanya diikuti 50 orang, kini menjangkau hingga ke ribuan santri. 

Alhasil, keteladanan tiga hal tersebut niscaya akan menghapus segala kekhawatiran. Ketersinambungan rantai keilmuan dan kebaikan itu akan terus mendatangkan kepercayaan masyarakat karena para pencari teladan dinilai telah berada di tangan yang tepat. Yaitu, para pembimbing yang juga akan mengantarkannya menjadi sosok teladan di masa berikutnya. 

Wallahu a’lam bisshowab .

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here