Pesan Kesederhanaan dari Kiai Said Aqil

0
1169

KHASKEMPEK.COM – Dulu ada raja bernama Muawiyah Bin Abi Sufyan yang memiliki istri suku Badui, yakni Maisun Binti Bahdal dari Bani Alfiyah. Dia adalah putri dari seorang Kepala Kampung di Najd yang pandai menyusun puisi.

Dia lah ibu dari Yazid Bin Muawiyah yang kelak menjadi penerus kerajaan Dinasti Umayyah.

Karena menjadi permaisuri seorang raja, dia dibawa ke istana mewah di Kota Damaskus. Namun tidak betah (kerasan) dengan segala kemewahan kerajaan, dia lebih memilih kembali tinggal di kampung asalnya bahkan meminta pisah dan akhirnya dicerai oleh sang Raja.

Raja Muawiyah mengutus utusannya untuk menjemput sang Permaisuri, namun dia menolak dengan jawaban syair berikut:

لَبَيتٌ تَخفِقُ الأرياحُ فيه
أَحَبُّ إليَّ مِن قَصرٍ مُنيفِ

Rumah dengan bolong-bolong angin bisa masuk (jiwa-jiwa yang menempatinya) lebih aku cintai daripada sebuah istana yang tinggi.

ولُبسُ عَباءَةٍ وتَقَرَّ عيني
أَحَبُّ إليَّ مِن لبسِ الشُفوفِ

Mengenakan abaya kasar (sederhana) yang tebal – dan aku puas – lebih disukai daripada sutra tipis.

وأكلُ كُسَيرَةٍ مِن كَسرِ بيتي
أحبُّ إلي مِن أكل الرغيفِ

Makan (remukan-intip) sepotong kecil roti kering di lantai rumahku lebih kusukai daripada roti mewah.

و أصواتُ الرياحِ بِكُلِّ فَجٍّ
أحبُّ إليّ مِن نَقرِ الدُّفوفِ

Angin bersiul di mana-mana lebih disukaiku daripada tabuhan genderang.

وكَلبٌ يَنبَحُ الطُّراقَ دوني
أحبُّ إليَّ مِن قِطٍ أليفِ

Seekor anjing yang membelaku dari orang asing lebih disayangiku daripada kucing jinak.

وخَرقٌ مِن بني عمي نَحيفٌ
أحبُّ إليَّ مِن عِلجٍ عَلوفِ

Sepupuku yang kurus dan muda dan murah hati lebih mencintaiku daripada zebra yang kuat.

خُشونَةُ عِيشَتي في البدو اشهى
إلى نفسي مِن العيشِ الظريف

Hidup kasar di Badui lebih diinginkan jiwaku daripada kehidupan yang inovatif.

Ini hanyalah salah satu contoh perempuan Badui yang masih asli, menolak kemewahan, kehidupan glamor, berlebihan dalam hidup.

Dia lebih memilih kesederhanaan karena (dengan itu) hatinya akan merasa enjoy, sakinah dan tenang.

Kiai Said mengajak kepada perempuan (santri) untuk bisa meneladaninya.

Para santri diharapkan kelak mencari jodoh seorang suami tidak harus karena kaya materi, tetapi yang terpenting adalah berakhlak, dan asal pekerja keras.

Karena sekali lagi kita bisa mengambil ibrah dari Maisun Binti Bahdal. Seorang perempuan cantik yang dinikahi oleh raja pun, ternyata tidak selamanya akan happy, enjoy, dan sakinah.

Dan Buya Said juga memberikan penguatan dan motivasi bahwa pesantren mengajarkan kesederhanaan. Meski tampil sederhana, dengan tutur kata sederhana, berkarakter, berakhlak yang baik, kita jangan minder, harus tetap percaya diri (PeDe), karena kita punya sesuatu, yang orang lain tidak mempunyainya.

Disarikan dari Tausiyah Prof. DR. KH. Said Aqiel Siroj dalam acara Khataman Juz ‘Amma dan Qur’an Ponpes. Khas Kempek Putri Kab. Cirebon 2022.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here