Kiai Musthofa Aqiel: Nabi Tidak Pernah Berkata, Saya Isra Tapi Saya Diisrakan

0
874

KHASKEMPEK.COM – Isra Mi’raj itu termasuk dari mukjizat yang di miliki Nabi Muhammad SAW, mu’jizat adalah:


أَمْرٌ خَارِقٌ لِلْعَادَةِ

“Sesuatu yang berada di luar kebiasaan”

Sesuatu yang diluar kebiasaan, yang dimiliki para nabi dan rasul, jadi mu’jizat adalah barang yang tidak masuk akal.

Sesuatu yang tidak masuk akal yang dimiliki oleh para Nabi dan rasul dinamakan mukjizat, yang dimiliki oleh Wali Wali Allah dinamakan karomah, yang dimiliki oleh orang biasa dinamakan ma’unah, dan yang dimiliki oleh seorang dukun atau seseorang yang berperilaku tidak baik dinamakan dengan istidraj.

Di sini ukuran seorang wali itu dilihat dari ukuran syariat, maka tidak boleh sembarang menamakan seorang itu bisa terbang, kebal peluru, anti bacok dan lainnya dikatakan sebagai wali.

Dalam persoalan Isra’ disini Apakah Nabi Muhammad rohnya saja yang Isra atau beserta jasadnya?

Ini dijelaskan di dalam surat Al Isra:


سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَىٰ بِعَبْدِهِ لَيْلًا مِنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ الْأَقْصَى الَّذِي بَارَكْنَا حَوْلَهُ لِنُرِيَهُ مِنْ آيَاتِنَا ۚ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ (اﻹسراء : ١)

Pada ayat ini terdapat kalimah Abd’, kalimah Abd’ Kalau diartikan adalah seorang hamba (manusia) secara keseluruhan berarti harus ada ruh dan juga harus ada jasad.

Karena jika seseorang tidak memiliki ruh hanya jasadnya saja. Maka, tidak bisa dikatakan manusia. Begitupun jika seseorang tidak memiliki jasad hanya memiliki ruh maka tidak bisa dikatakan manusia.

Dalam persoapan Isro’ ini, Kanjeng Nabi tidak pernah mengatakan bahwa saya Isra’ beliau betkata saya diisrakan.


ثُمَّ أُسْرِيَ بِرُوْحِهِ وَجَسَدِهِ

Kalau ada kata “di”, maka harus ada kata “me”, dalam artian kalau ada yang di Isra’ kan maka harus ada yang mengisra’ kan.

Maka hukumnya bukan pada kata “di” akan tetapi hukumnya ada pada kata “me”. Jika, seorang melakukan perjalanan itu makin besar mesinnya atau cc-nya maka makin cepat.

Nah sekarang kalau dengan Allah apakah masih harus ditanyakan bahwa Kanjeng Nabi pergi Isra’ itu berapa menit?

Allah itu tidak terkena dimensi ruang dan dimensi waktu. Lalu kenapa pada ayat ini terdapat lafadz lailan (ليلا), ini menunjukkan bahwa Kanjeng Nabi Muhammad adalah manusia, yang mana manusia ini pasti terkena dimensi ruang dan dimensi waktu.

Maka manusia memiliki dua dimensi yaitu dimensi ruang dan dimensi waktu, Oleh karena nya Allah SWT mengisra’ kan nabi Muhammad SAW, tidak terkena waktu sedetikpun. Bahkan dalam salah satu Hadis ada yang mengatakan ketika nsbi selesai melakukan Isra’ Mi’raj tempat tidurnya Kanjeng Nabi masih terasa hangat.

Pada ayat 1 surat Al-Isra’ ini juga ada kalimah:


سبحان الذي أسرى بعبده ليلا الخ…

Lafadz Asro biabdihi (اسرى بعبده), lafadz اسرى itu merupakan muta’addi yang berasal dari Fi’il mujarrod wazan سرى, muta’ddinya lafdz (سرى) yang berupa Fi’il tsulasi mujarrod ini. Bisa dengan dua cara, satu bisa dengan menggunakan Hamzah (همزة) dua bisa dengan menggunakan ba (باء), menurut kaidah Ketika suatu lafadz itu sudah di muta’addi kan dengan Hamzah. Maka, tidak boleh lafal tersebut muta’addi dengan ba (باء).

Lalu kenapa pada surat Al-Isra’ ayat 1 ini terdapat Hamzah dan Ba’, jawabannya yang menta’diahkan itu hanya Hamzah nya saja sedangkan Ba’ nya itu menunjukkan makna mushohabah.

Arti dari makna musohabah (مصاحبة) sendiri bahwasanya Kanjeng Nabi itu Isra’ digandeng oleh Allah subhanahu wa ta’ala, berarti di sini menunjukkan Kanjeng Nabi Isra’ tidak terkena dimensi ruang dan waktu karena bersama Allah SWT.

Kempek, Selasa 01 Maret 2022
Isra Miraj Nabi Muhammad SAW 1443 H

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here