Kiai Musthofa Aqiel Siroj: Keutamaan dan Hikmah Ramadhan (Bagian 2)

2
798

KHASKEMPEK.COM – Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.

Persoalan iman pernah digambarkan, ketika sahabat Umar thawaf dengan Nabi Muhammad, posisi sahabat Umar di belakang nabi. Kemudian Nabi Muhammad mencium hajar aswad, sahabat Umar melihat nabi mencium hajar aswad maka beliau menolak secara akal, bahwa hajar aswad itu batu hitam, kenapa dicium.

Saat itu, sahabat Umar mendengar suara, “Ya Umar, atu’minu billah, apakah kamu iman kepada Allah?” Sahabat Umar menjawab, “iya, saya iman”. “Wa kaifa tu’minu billah, bagaimana cara kamu iman kepada Allah?” Namun sahabat Umar tidak menjawab, maka suara itu memberi tuntunan, ini caranya beriman,


قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي

Katakanlah: “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku…

Jika engkau iman kepada Allah sampai imana mahabah, maka caranya satu yaitu ikuti Nabi Muhammad, turuti Nabi Muhammad, masuk akal atau tidak masuk akal.

Di sini sahabat Umar mengambil kesimpulan, “Saya iman kepada Allah, sementara iman kepada Allah syaratnya mutlak yaitu mengikuti Nabi Muhammad,” maka sahabat Umar mendekati hajar aswad untuk menciumnya.

Lalu, apa dasar sahabat Umar mencium hajar aswad? Beliau berkata lebih dahulu kepada hajar aswad sebelum menciumnya, “Ya hajar, wallahi inni la a’lamu annaka hajarun la tanfa’u wa la tadlurru, walaula anni ro’aitu rosulallahi yuqobbiluk, ma qobbaltuk“.

“Wahai batu, demi Allah aku tahu engkau adalah batu yang tidak ada manfaat dan mudlorot, kalau saja saya tidak melihat sendiri Nabi Muhammad mencium kamu, sementara saya beriman kepada Allah dan syaratnya iman adalah mengikuti Nabi Muhammad, maka saya akan mencium mu karena semata-mata mengikuti Nabi Muhammad.”

Ini artinya iman, silakan akal menolak, silakan fisik tidak menerima, silakan kepentingan-kepentingan kehidupan duniawi tidak menerima, tetapi ketika berbicara tentang iman maka semuanya selesai. Inilah artinya yaa ayyuhal ladzina aamanuu.

Oleh karena itu, susahnya puasa itu akan terasa ringan jika didasari dengan alladzina aamanuu.

Terlebih, kata Nabi Muhammad, “Berbahagialah jika kedatangan bulan Ramadhan”. Itu yang senang siapa? Yang senang itu iman. Karena dengan puasa, Allah mengundang kita dengan sebutan alladzina aamanuu.

Selanjutnya, iman ini akan menentukan jalan menuju ketaqwaan, akan menuntun kita menjadi orang yang taqwa. Memang taqwa itu bertingkat-tingkat, puasa pun sama demikian. Sementara, kalau puasa kita, di samping meninggalkan makanan dan minuman pada waktunya, kita juga meninggalkan prilaku yang haram dan ucapan yang haram, inilah yang akan menciptakan orang yang taqwa.

Dalam artian, taqwa itu segalanya melihat Allah. Melakukan apa saja, melihat bagaimana Allah, apakah ridho atau tidak. Inilah ketaqwaan. Kata Nabi Muhammad Saw,


يَا مَعْشَرَ الشَّبَابِ مَنْ ‏اسْتَطَاعَ مِنْكُمْ الْبَاءَةَ فَلْيَتَزَوَّجْ فَإِنَّهُ أَغَضُّ لِلْبَصَرِ وَأَحْصَنُ لِلْفَرْجِ وَمَنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَعَلَيْهِ بِالصَّوْمِ فَإِنَّهُ لَهُ ‏وِجَاءٌ

Wahai para pemuda, siapa yang mampu menanggung beban pernikahan maka hendaklah dia menikah, karena sesungguhnya menikah itu lebih menundukkan pandangan dan lebih menjaga kemaluan, dan siapa saja yang tidak mampu, maka hendaklah baginya berpuasa, karena sesunguhnya puasa itu adalah perisai baginya”.

Apabila kamu ingin nikah, cepatlah nikah. Kenapa harus cepat nikah? Manusia tercipta dari nutfah (mani/sperma). Mani tercipta dari hormon, hormon dari sel, sel itu dari gizi, protein, nutrisi dan vitamin yang berasal dari kandungan buah-buahan, makanan dan tumbuh-tumbuhan yang semuanya itu berasal dari bumi.

Sementara, orang itu makan terus yang bergizi, nutrisi dan vitamin, maka syahwatnya akan meledak-ledak. Apabila kamu merasa belum waktunya menikah, maka berpuasalah. Artinya, berpuasa itu tidak makan, tidak mengkonsumsi hal-hal yang menumbuhkan syahwat. Dan syahwat adalah salah satu penghalang untuk menuju ketaqwaan kepada Allah.

Oleh karena itu, puasa atau tidak makan sesuatu yang menimbulkan syahwat inilah arti dari la’allakum tattaqun. (KHASMedia)

2 KOMENTAR

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here