Kiai Musthofa Aqiel Siroj: Keutamaan dan Hikmah Ramadhan (Bagian 1)

0
899

KHASKEMPEK.COM – Bulan Ramadhan adalah bulan yang sungguh mulia karena dalam bulan itu diturunkan al-Qur’an. Al-Qur’an itu kalamullah, Allah maha suci, maka kalam-Nya suci. Allah maha mulia, maka kalam-Nya mulia.

Kemana saja, kepada siapa saja, di mana saja, menjadikan yang ditempeli itu bisa mulia. Ketika Allah memberikan mandat kepada malaikat Jibril untuk membawa Al-Qur’an, malaikat Jibril ditinggikan derajatnya menjadi sayyidul malaikah.

Ketika malikat Jibril membawa Al-Qur’an dan diberikan kepada Nabi Muhammad, sehingga Nabi Muhammad ditinggikan derajatnya menjadi sayyidul ambiya wal mursalin.

Ketika malaikat Jibril itu membawa Al-Qur’an di malam hari, akhirnya malam itu ditinggikan derajatnya menjadi lailatul qadar. Dan ketika Al-Qur’an itu diturunkan di Makkah, maka ditinggikan derajatnya menjadi sayyidul buldan.

Nah, ketika malam lailatul qadar itu berada di malam bulan Ramadhan, maka bulan Ramadhan ditinggikan manjadi sayyidus syuhur, menjadi paling baik-baiknya, paling agung-agungnya bulan dalam tahun adalah bulan Ramadhan, karena dalam bulan ini diturunkan Al-Qur’an.

Untuk menghormati Al-Qur’an, sampai di dalam bulan Ramadhan, ada kefardluan tersendiri, yaitu puasa. Dalam puasa, ayatnya dalam surat Al-Baqoroh ayat 183 adalah:


يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.

Ayat ini diawali dengan kata ‘yaa’. Menurut tata bahasa Arab, ‘yaa’ ini disebut ‘yaa lit tanbih’ (wahai).

Kenapa diawali dengan ‘yaa’? Karena di sini penting, di sini sangat tinggi nilainya, agar yang mendengarkannya itu serius dengan seksama. Siapa yang diundang? Alladziina aamanuu. Yaa ayyuhal ladzaina aamanuu, wahai orang-orang yang beriman.

Allah mengundang alladzina aamanuu, artinya orang-orang yang akan menerimanya dengan iman. Dengan kata lain, jika kau beriman, maka dengarkanlah, sadarlah, perhatikanlah. Dengan bahasa lain, perintah yang selanjutnya hanya bisa diterima dengan keimanan. Jika diterima dengan tanpa keimanan, maka akan terasa berat dan akan menolak.

Apa itu perintah? Kutiba ‘alikumus shiyam. Diperintahkan puasa, menahan lapar, menahan haus. Kok malah tidak boleh makan dan minum, ini namanya berat. Oleh karena itu supaya tidak berat, maka terimalah dengan iman.

Sebagaimana Nabi Ibrahim, beliau setiap kali diperintah apa pun, diterimanya dengan iman. Sehingga beliau menerimanya dengan melihat bahwa ini adalah perintah Allah, maka tidak ada yang beliau tolak.

Oleh karena itu Nabi Ibrahim sampai mencapai tingkat tinggi dalam puncak keluhurannya. Dalam Al-Qur’an disebutkan:


 وَإِذِ ابْتَلَىٰ إِبْرَاهِيمَ رَبُّهُ بِكَلِمَاتٍ فَأَتَمَّهُنَّ

Dan (ingatlah), ketika Ibrahim diuji Tuhannya dengan beberapa kalimat (perintah dan larangan), lalu Ibrahim menunaikannya.

Allah menguji Nabi Ibrahim dan Nabi Ibrahim lulus secara caumlade. Oleh karena itu, kita diperintahkan untuk mengikuti Nabi Ibrahim.

Jadi kesimpulannya, puasa itu berat secara fisik, oleh karena itu, jangan diterima dengan akal/fisik tetapi terimalah dengan iman. (KHASMedia)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here