Khas Ramadhan, Ust. Muhammad Shobbah: Hijrah yang Disalahpahami Kaum Milenial

0
1061

KHASKEMPEK.COM – Hijrah merupakan suatu fenomena yang sangat krusial bagi sejarah Islam. Karena dari hijrah, khitob Allah di dalam Al-Qur’an berubah dari general menuju ke spesifik. Dari pada yang dulunya sebelum hijrah disebut yaa ayyuhannaas secara umum, wahai para manusia, setelah hijrah khitob yang dilakukan adalah yaa ayyuhal ladzina aamanuu.

Ini justru merupakan prestasi yang sangat tinggi dalam sejarah Islam, tentunya bagi umat muslim pada saat itu. Hjrah itu bukan merupakan sunah yang hanya dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW saja, akan tetapi merupakan sunah yang telah dilakukan oleh nabi-nabi sebelumnya. Seperti halnya Nabi Ibrahim, Nabi Musa, Nabi Isa bahkan Nabi Luth AS.

Sebagai mana hijrah juga merupakan suatu hal yang penting, di mana dari hijrah ditentukanlah awal dalam tahun sejarah Islam. Lantas bagaimana pengertian hijrah itu sendiri?

Hijrah secara bahasa diartikan sebagai al-khuruj min ardlin ilaa ardlin, yaitu keluar dari satu daerah ke daerah yang lain. Sedangkan hijrah menurut istilah yaitu tarkul wathon alladzi bainal kuffar ilal intiqol ila daril islam, yaitu meninggalkan suatu daerah yang dipenuhi dengan kekufuran kemudian berpindah menuju tempat orang-orang Islam.

Apakah dari pengertian ini, lantas kita mengartikan bahwasannya hijrah itu selalu diidentikkan dengan berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain? Apakah seperti itu?

Ternyata, tidak. Karena hijrah dari makna peletakan awal telah bergeser dari yang konteksnya hadasiyah (kejadian) kepada maknawiyah. Sebagaimana yang disebutkan dalam hadis nabi yang berbunyi:

La hijrota ba’dal fathi lakin jihadun wa niyyah. Tidak ada hijrah setelah pentaklukkan kota Makkah, melainkan adalah jihad dan niat.

Hal ini menunjukkan bahwasannya hijrah dalam makna hadasiyah (aksi). Di mana kejadian ini sudah selesai. Kita harus berpindah pada hijrah yang bersifat maknawi. Sebagaimana para sahabat juga seusai perang badar, mengungkapkan bahwa ini adalah perang yang terakhir.

Lalu, justru Nabi Muhammad menjawab bahwa: roja’na min jihadil asghor ila jihadil akbar. Kita kembali dari jihad kecil menuju jihad besar. Di sini nabi mengartikan bahwa perang badar adalah jihad yang kecil.

Imam Ibnu Hajar Al-Asqolani dalam Fathul Bari, mengatakan bahwa terma hadis ini menunjukkan ada hijrah yang lebih besar, yaitu perang melawan hawa nafsu. Dalam hadis nabi bersabda:

Al-muhajir man hajaro ma naha Allahu ‘anhu. Orang yang hijrah itu adalah orang yang meninggalkan dari apa yang dilarang Allah SWT.

Berarti hijrah dari pada makna peletakkan awalnya yang dianggap sebagai makna kejadian, kemudian berubah menjadi maknawiyah.

Nah sekarang, makna hijrah itu apa? Makna hijrah yang bisa dipakai sekarang, seperti kita merayakan tahun baru hijriyah, yaitu hijrotudz dzunub, hijrah menahan diri dari melakukan dosa dan maksiat serta apa yang dilarang oleh Allah SWT. Seperti yang dijelaskan dalam hadis tadi.

Lantas apakah hadis La hijrota ba’dal fathi lakin jihadun wa niyyah itu bertabrakan dengan hadis La tanqoti’u al-hijrotu hatta tanqoti’a at-taubah, yang artinya hijrah itu tidak terputus selama masih ada taubah. Artinya hijrah itu tidak terputus kecuali putusnya taubat.

Makna hijrah sering disalahpahami oleh kaum milenial sekarang ini. Banyak fenomena yang ditemukan bahwa mereka menganggap setelah hijrah itu dirinya semakin ekslusif, merasa dirinya paling murni dan suci sedangkan orang lain banyak dosanya. Akhirnya yang terjadi adalah banyak menyalahkan dan mengkafirkan orang.

Padahal setelah hijrah dari Makkah ke Madinah, nabi merangkul dari berbagai kalangan, suku, bangsa, agama dan etnis bahkan ahlul kitab. Hal inilah yang perlu kita contoh bahwa hijrah bukan untuk mengeksklusifkan diri sendiri tetapi untuk merangkul.

Jadi kalau setelah hijrah, kita menjadi eksklusif, menyalahkan orang lain dan merasa diri paling suci, sama saja kita kembali kepada dosa. Karena itu adalah sombong dan ini tidak boleh. Oleh karena itu, hijrotudz dzunub itu tidak hanya satu fase, melainkan itu adalah awal fase dari fase-fase yang berkelanjutan. (KHASMedia)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here