KH Said Aqil Siradj dan Kesatrianya

0
487

KHASKEMPEK.COM – Muktamar ke-34 Nahdlatul Ulama telah usai digelar dengan riang gembira di Lampung. Hajatan terbesar di organisasi NU ini memutuskan KH Yahya Cholil Staquf sebagai Ketum PBNU (dan KH Miftachul Akhyar sebagai Rais ‘Aam PBNU) setelah mengungguli suara KH Said Aqil Siradj.

Kang Said pun mengakui kehebatan Gus Yahya sesaat setelah hasil pleno memutuskan ulama asal Rembang itu terpilih. Beliau sangat mengapresiasi ‘lawan’-nya itu secara terang-terangan di depan muktamirin. “Sudah sangat tepat memilih Gus Yahya!,” dawuhnya.

Sebagai alumnus Ponpes Khas Kempek, asuhan KH Said Aqil Siradj di Cirebon, saya sangat sering mendengar Kang Said dawuh pada santri-santrinya agar mereka berani dalam berkompetisi. Kalau bisa nyalon menjadi ketua dalam organisasi yang diikutinya.

Saya kira prinsip dan karakter kepemimpinan inilah yang dipraktikkan beliau saat kembali mencalonkan diri sebagai Ketum PBNU untuk ketiga kalinya. Bagi Kang Said, santri harus berani berkompetisi, berdebat, memengaruhi orang lain, dan kalau bisa sampai menang.

Jika pun memang harus kalah dari lawan, dawuhnya saya ingat saat itu, harus bisa mengalah. Kedepankan adab dan akhlak. Harus menunjukkan kesatriaannya. Dan, kesatriaan Kang Said setalah dinyatakan tidak terpilih kembali menjadi Ketum PBNU adalah beliau tetap melakukan ‘konferensi pers dengan Gus Yahya’ dan merangkul Gus Yahya sebagai bentuk ungkapan selamat dan kekaguman memenangi ‘kompetisi’ dengannya.

Kang Said, bahkan, memuji banyak hal pada pribadi Gus Yahya. Seperti menyatakan kebanggaan Gus Yahya sebagai cicit dari guru ayah Kiai Said; dan mengapresiasi kemenangannya. Tanpa rasa gengsi secuil pun, Kang Said mengakui kehebatan ‘murid’-nya tersebut di depan para muktamirin yang selama dua periode dipimpinnya. Betapa ini sikap yang sulit ditiru oleh kebanyakan pemimpin negeri ini.

Kang Said maju kembali ke Ketum PBNU bukan karena ambisi. Santri Ponpes Kempek pernah mendengar tawaran-tawaran para politisi yang hendak nyapres menggandeng Kiai Said. Kalau berambisi menjadi pemimpin, saya yakin beliau sudah menjadi Capres/Cawapres satu partai besar. Namun faktanya, beliau sebagai ‘santri’ hanya ingin mengabulkan apa yang dimohonkan para kiai sepuh kepadanya. Tidak ada tujuan yang lain.

Sikap kesatria seperti Kang Said ini yang kiranya perlu dilakukan para politikus negeri ini. Mengutamakan dan mendahulukan akhlak. Seperti kata Gus Dur, yang lebih penting daripada politik adalah kemanusiaan. Dan, kemanusiaan hanya bisa diaplikasikan dengan akhlak dan adab yang baik serta maksimal.

Teladan kesatria Kang Said adalah teladan terbaik. Sangat mahal. Bahwa, tidak ada kekuasaan di dunia yang harus diperjuangkan dengan mati-matian. Menjadi pemimpin itu sebuah keharusan, tapi mengedepankan sikap kesatria adalah sikap yang harus didahulukan.

Semoga Kang Said tetap dalam kesehatan dan panjang umur. Beliau adalah guru bangsa yang sangat ditunggu petuah-petuah serta tindakannya untuk masa depan NU, bangsa dan negara. Semoga Allah menjaganya untuk selalu dalam kebaikan dunia akhirat.[]

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here