Muktamar Terlalu Riang Gembira

0
223

KHASKEMPEK.COM – Muktamar ke-34 Nahdlatul Ulama (NU) di Lampung telah resmi ditutup langsung oleh Wapres KH Ma’ruf Amin pada Jumat (24/12/21). Para muktamir-in dan muktamir-out dari berbagai daerah mulai berkemas untuk kembali ke daerah masing-masing dan, tentu saja, sudah mengantongi oleh-oleh khas Lampung atau bernuansa Muktamar.

“Bawa oleh-oleh banyak, bawaan berat. Kalau nggak bawa, temen-temen mau dikasih apa?” gumam salah satu peserta Muktamar saat memilah kaos bergambar logo Muktamar yang kebetulan sedang diserbu pembeli tak kenal ampun.

Demikian pula orang-orang yang membuka stand di setiap titik bazar Muktamar, mereka juga tidak kalah riang gembiranya. Jualan apa saja laku. Saya sempat menyaksikan penjual kaos bergambar logo Muktamar yang kerepotan melayani pemburu oleh-oleh, bahkan sampai kehabisan stok.

“Ini di luar prediksi saya. Di hari pertama sempat pesimis, laku atau tidak. Tapi menjelang penutupan, jualan saya diserbu peserta Muktamar,” aku salah satu penjual.

Lantas, bagaimana rombongan Nahdliyin yang tadinya mendukung Kiai Said? Apakah pulang dengan penuh penyesalan? Sudah habis biaya transport banyak untuk jauh-jauh ke Lampung dan rela begadang demi menunggu hasil penghitungan suara.

Tidak, mereka tidak menyesal. Dukungan mereka adalah untuk NU, bukan pada personal calon Ketum. Setiap calon adalah kader terbaik NU yang bisa membawa organisasi kemasyarakatan ini menjadi lebih baik. Siapapun yang terpilih, NU akan baik-baik saja dan tetap yang terbaik.


Sebelum itu, KH Cholil Yahya Staquf sebagai tokoh muda Nahdliyin, tampak sungkem dengan penuh takzim kepada “lawan” calonnya, KH Said Aqil Siroj yang tengah duduk di kursi.

Pemandangan Gus Yahya mencium tangan Kiai Said begitu teduh dan sejuk. Pun setelah terpilih sebagai Ketum PBNU masa khidmat 2021-2026, tampak keduanya berpelukan erat dan mampu menundukkan hati para Nahdliyin. Bahkan segelintir orang, yang mungkin diragukan ke-NU-annya (sehingga sempat terjadi ketegangan), mendadak lesu tertunduk malu melihat momen mengenyuhkan itu.

Dua momen elit itu disaksikan banyak orang, terabadikan dalam kamera-kamera hp, dan tersebar luas di berbagai media, termasuk di puluhan grup WhatsApp anda: menjadi teladan bagi Nahdliyin pada khususnya, dan bangsa Indonesia pada umumnya.

Memang sempat terjadi ketegangan saat pembahasan dan pengesahan tata tertib Muktamar, bahkan sebagian PCNU ada yang sudah berdiri saling adu argumen (saya tidak tahu apakah jika dibiarkan akan adu jotos). Tapi tidak lama kemudian, suasana menjadi kondusif hanya dengan dibacakan shalawat.

Praktis, suasana yang sempat memanas, seketika sejuk dan khidmat kembali: hanya dengan shalawat, tidak perlu menurunkan personel Banser. Toh Banser juga pasti tidak berani menegur kiai yang dari PCNU itu. Mana berani santri negur kiai?

Statement kubuh-kubuhan dan sindir-sindiran di medsos juga sempat menyumbang sedikit percik ketegangan beraroma politis. Tapi seketika luntur dan hilang dari ingatan netizen begitu saja ketika foto dan video momen sejuk Muktamar itu menetralisir jagat maya.

Sambil terisak, Pengarah Muktamar Prof Muhammad Nuh membacakan hasil Sidang Pleno V yang memutuskan Ketum PBNU terpilih di hadapan peserta.

“Mulanya saya khawatir peristiwa Muktamar ke-33 NU di Jombang terulang. Sampai saya dipesani kiai-kiai agar jangan sampai terjadi hal serupa. Tapi, alhamdulillah, Muktamar berlangsung sejuk,” katanya penuh haru.

Kini, perhelatan akbar di lingkungan NU yang sempat dijargonkan “Muktamar dengan riang gembira” itu, benar-benar terlaksana dengan penuh gembira, bahkan terlalu bergembira.

*Abror
Jakarta, 25 Desember 2021

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here