5 Cerpen Santri yang Menginspirasi Karya Anak Pesantren Khas Kempek

1
16811

KHASKEMPEK.COM – Berikut 5 cerita pendek santri atau cerpen santri yang menginspirasi karya anak pesantren Khas Kempek Cirebon.

1. Yang Fana Hanyalah Waktu

Bakda Isya, Juli 2020. Asrama tua ini, dengan kayu-kayu penyangga lantai kedua yang sering berdecit saat ada langkah yang menginjaknya, kini sepi. Sebatang pohon rimbun di depannya, yang meneduhkan saat panas, kini daunnya berirama sendiri, tanpa diiringi suara riuh santri yang sedang bergurau maupun mengejar hafalannya. Hanya tersisa beberapa orang santri yang tengah mendorong-dorong gerobak berisi barang, mengambil sisa-sisa barang yang tertinggal di kompleks asrama ini.

Aku berdiri di pelataran lantai dua, menatap kosong ke arah pohon rindang itu. Betapa pohon itu telah menyaksikan berkembangnya para santri sejak tahun 60-an, awal kompleks ini didirikan. Namun sepertinya, pohon itu tidak akan dapat kulihat lagi. Mungkin tugasnya sudah selesai, mungkin sudah saatnya ia beristirahat.

“Za, tolongin gua dong!” aku memalingkan pandanganku, mencari sumber suara temanku yang ternyata tengah berdiri di depan salah satu pintu kamar. “Masih ada beberapa kardus noh di atas, gak tahu siapa yang punya.”

Baca selengkapnya: https://khaskempek.com/yang-fana-hanyalah-waktu/

2. Bumi Pesantren

Langit malam yang indah, berhiaskan sinar rembulan terselubung awan mendung, hadir membawa kesunyian yang sejuk di jagat pesantren. Terlihat di pojok ruang sempit nan tinggi, sang kutu kitab sedang menjalankan aksinya, menguliti setiap lembar kitab yang ia usap.

Tak terhitung, sudah berapa kali lembar kitab Zubdatunnaqiyyah (Syarah Kitab Matan Al-Ajurumiyyah karya KH. Aqiel Siroj) ia bolak-balik sampai terlihat kusut. Namun tetap saja, dalam otaknya serupa kuburan mati. Seakan menutup pintu rapat rapat, tak menghiraukan tamu yang datang. 

“Tuhaaaannnn, bisakah Engkau turunkan ilmu laduni kepada hamba-Mu ini?” celetuk kata hati Ilham dengan perasaan putus asa. Dan semakin lama dirasakan, perasaan getir itu hampir meneteskan air mata berharganya ke bumi.

Baca selengkapnya: https://khaskempek.com/cerpen-santri-bumi-pesantren/

3. Santri Laduni

“Aku merasa sebagai santri terbodoh di pesantren ini.” Habibi sering mengatakan demikan kepada teman-temannya.

Mungkin sikapnya itu bisa dinilai sebagai bentuk kerendahan hatinya. Tapi jika dilihat dari bagaimana ia belajar di kelas, pengakuan Habibi ini memang menjelaskan keadaan yang sebenarnya.

Habibi lebih sering berdiri di depan kelas setiap disuruh maju oleh ustadznya. Ia kesulitan menguasai makna dan murod. Dua hal yang harus dipahami dengan benar oleh setiap santri dalam mengkaji kitab kuning, yang merupakan bahan ajar utama pesantren salaf.

Meski demikian semua santri tahu kalau habibi telah berusaha sangat keras. Mulai dari ‘cocogan’ di asrama, mendatangi rois di kamarnya, dan tentu saja mengikuti musyawarah kitab bersama teman sekelasnya. Belum lagi ia selalu belajar sendiri di kamar khodam sampai larut malam. Hanya entah mengapa, setiap ditunjuk maju ke depan selalu saja ada kesalahan. Hingga harus berdiri selama pengajian sebagai hukuman.

Baca selengkapnya: https://khaskempek.com/cerpen-santri-santri-laduni/

4. Buah Jatuh Harus Jauh dari Pohonnya

Pukul enam pagi, aku tengah duduk di pematang sawah. Matahari belum beranjak tinggi disini, cahaya kemerahannya mulai memantulkan bayangan sebuah gunung diujung sana, dengan latar pesawahan yang luas, dan santri-santri lain yang juga tengah khusyu’ di pematang sawah, menghafalkan pelajarannya.

Sebenarnya bukan pemandangan baru bagiku, sudah sejak empat tahun terakhir, suasana indah ini hampir mengisi setiap pagiku. “Fiq, ngelamun kenapa kamu?” teriakan lantang memecahkan lamunanku, mataku teralihkan mencari sumber suara.

“Sialan kamu Zul, orang lagi resep juga,” balasku kesal. Zulfi sedang duduk sambil tersenyum kuda menggodaku, berjarak beberapa meter dari tempat menghafalku.

“Awas kesambet, lagi mikirin apa sih Fiq?” tanyanya penasaran.

“Enggak sih, Lagi keinget pas masih santri baru aja, ngeliat anak-anak ngafalin di sawah, pecinya masih miring, sarungnya kedodoran, sambil megang Juz ‘Amma,” jawabku.

Baca selengkapnya: https://khaskempek.com/cerpen-santri-buah-jatuh-harus-jauh-dari-pohonnya/

5. Demi Cinta, Aku Rela Tidak Pacaran

Hubunganku dengan Alisa sedang diujung tanduk. Ia minta putus. Aku bingung, karena merasa tidak ada masalah apa-apa.

“Aku ingin mengakhiri hubungan ini,” kalimatnya singkat, tapi mendatangkan luka yang tak berkesudahan.

Aku mengenal Alisa ketika acara haul pondok. Saat itu ia sedang bersama keluarganya, sementara aku sedang menjadi panitia prasmanan.

Alisa terlihat bolak-balik ke prasmanan dan nampak kerepotan. Reflek aku antarkan beberapa minuman dan buah-buahan ke tempat keluarga Alisa. Ia sangat senang. Disitulah kemudian aku kenal namanya, Alisa Larasati.

Baca selengkapnya: https://khaskempek.com/cerpen-santri-demi-cinta-aku-rela-tidak-pacaran/

Demikian 5 cerita pendek santri atau cerpen santri yang menginspirasi karya anak pesantren Khas Kempek Cirebon. Semoga bermanfaat.

1 KOMENTAR

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here