Nasihat Kesalingan dalam Perintah Zakat

0
195

KHASKEMPEK.COM – Zakat menjadi pilar penting agama Islam. Perintah zakat kerap digandengkan dengan kewajiban mendirikan salat. Allah Swt senantiasa berfirman, “Dirikanlah salat, dan tunaikanlah zakat.” Kalimat itu di antaranya tersirat dalam QS. Al Baqarah: 43, QS. Al-Baqarah: 110, dan QS. Al-Ma’idah: 55).

Banyak pakar tafsir memaknai kedekatan perintah salat dan anjuran berzakat tersebut sebagai pesan Islam secara mendalam tentang pentingnya menjaga hubungan vertikal dengan Allah Swt, dan secara horizontal dengan sesama manusia. Dengan kata lain, Islam tidak melulu menekankan hubungan hamba dengan Tuhannya, akan tetapi juga saling peduli dan bertanggung jawab sesama manusia.

Di sisi lain, pesan kepedulian terhadap sesama ini menjadi penanda bahwa Islam hadir sebagai rahmat. Masing-masing penganutnya dianjurkan untuk selalu memberikan manfaat bagi keluarga, masyarakat, bangsa, hingga negara.

Sasaran terdekat

Zakat merupakan wujud dari ibadah yang bersifat sosial. Zakat ditunaikan kepada sesama manusia agar dapat saling membantu dalam mengentaskan kemiskinan. Sebab, kemiskinan menjadi ancaman tersendiri di beberapa kasus tertentu. Dikarenakan kemiskinan, seorang muslim bia terjerumus pada kekufuran.

Atas konteks tersebut, bisa disimpulkan bahwa tiap-tiap muslim memiliki tanggung jawab untuk menjaga keimanan individu lainnya. Umat Islam pun disarankan untuk saling berwasiat dalam kebaikan. Saling membantu, saling mengingatkan pesan kebaikan, dan saling menjaga dan meneguhkan keimanan itu bisa dimulai dari antarindividu dalam hubungan yang terdekat, hingga terus meluas kepada mukmin lainnya.

Pengutamaan untuk saling peduli di circle terdekat ini pun digambarkan dalam amanat zakat atau pun sedekah. Setiap muslim tak elok menyalurkan zakatnya langsung kepada mustahik (penerima) yang jauh dan tak dikenal, sebelum memastikan di kanan kiri rumahnya sudah tak ada lagi tetangga yang merasakan lapar dan serba kekurangan.

Semangat ini bisa diambil dari kisah dalam sebuah hadis Nabi Muhammad Saw yang diriwayatkan Abu Sa’id Al-khudri berikut ini;

Suatu ketika Rasulullah keluar menuju masjid guna menunaikan ibadah salat Id. Sehabis salat, beliau menghadap warga sekitar, memberikan petuah-petuah dan menyuruh mereka untuk bersedekah.

“Wahai para manusia. Bersedekahlah!” Pesan Nabi. Ada beberapa perempuan yang tampak lewat, terlihat oleh Baginda Rasul. Rasul pun berpesan “Wahai para perempuan sekalian, bersedekahlah! Sebab saya itu melihat mayoritas dari kalian adalah penghuni neraka!”

Mereka yang lewat pun menjadi heran, apa hubungannya antara menjadi penghuni neraka dengan bersedekah sehingga bertanya, “Kenapa harus dengan bersedekah, Ya Rasul?” Rasulullah menjawab, “Karena kalian sering melaknat dan kufur terhadap suami. Aku tidak pernah melihat seseorang yang akal dan agamanya kurang, namun, bisa sampai menghilangkan kecerdasan laki-laki cerdas kecuali hanya di antara kalian ini yang bisa, wahai para perempuan.”

Sehabis Rasulullah berkhutbah, beliau bergegas pulang ke kediaman. Setelah sampai rumah, Zainab, istri Abdullah bin Mas’ud meminta izin untuk diperbolehkan masuk, sowan kepada Baginda Nabi. Nabi pun mempersilakan.

Ada yang memperkenalkan, “Ya Rasulallah, ini Zainab.” Rasul balik bertanya, “Zainab yang mana?” “Istri Ibnu Mas’ud.” “Oh ya, suruh dia masuk!”

Zainab mencoba berbicara kepada Nabi, “Ya Rasul. Tadi Anda menyuruh untuk bersedekah hari ini. Ini saya punya perhiasan. Saya ingin mensedekahkan barang milikku ini. Namun Ibnu Mas’ud (suamiku) mengira bahwa dia dan anaknya lebih berhak saya kasih sedekah dari pada orang lain.”

Rasul pun menegaskan, “Loh, memang benar apa yang dikatakan Ibnu Mas’ud itu. Suami dan anakmu lebih berhak kamu kasih sedekah dari pada orang lain.” (HR. Bukhari).

Hikmah Kesalingan

Selain keutamaan untuk menyalurkan bantuan, kepedulian, atau sedekah kepada orang terdekat, satu hal yang penting disorot dan dipahami lebih mendalam dari hadis di atas adalah kalimat dari sabda Rasulullah yang menyatakan bahwa kaum perempuan mendominasi sebagai penghuni neraka.

Kalimat ini tidak cuma sekali yang termaktub dalam hadis Nabi. Dalam hadis lain, Rasulullah Saw bersabda;

“Aku melihat ke dalam surga, maka kebanyakan penduduknya adalah fuqara (orang-orang fakir) dan aku melihat ke dalam neraka, maka kebanyakan penduduknya adalah perempuan.” (HR Bukhari dan Muslim).

Akan tetapi, Imam Qurthubi dalam  At-Tadzkirah-nya lebih menekankan pemaknaan kata “wanita atau perempuan” ke soal penyebab, bukan pada jenis kelamin.

Menurut Imam Qurtubi, penyebab banyaknya “perempuan” yang masuk neraka adalah karena hawa nafsu yang mendominasi dan kecondongan mereka pada kesenangan-kesenangan duniawi sehingga berpaling dari kepentingan memburu bekal untuk kehidupan akhirat. Sementara potensi kelalaian itu tak bersifat kodrati, melainkan bisa dipertukarkan. Dalam arti, dominasi hawa nafsu itu juga berpeluang besar menjebak para kaum pria.

Hikmah lain dari kisah bertamunya Zainab ke kediaman Rasulullah adalah kian kuatnya perintah untuk kesalingan, yakni menjaga keimanan itu dimulai dari pasangan atau keluarga. Sedekah yang bernilai sunah telah mengamanatkan umat Islam agar memiliki rasa saling peduli kepada pasangan untuk tetap menjaga keimanannya, terlebih lagi dalam ibadah zakat yang merupakan sebuah kewajiban.

Suami dan istri, berkewajiban setara untuk saling membantu, mengingatkan, dan saling menjaga untuk tetap pada penghambaan yang sempurna kepada Allah Swt. Dalam QS. An-Nahl: 97, Allah Swt berfirman, “Barang siapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik.” [] Sumber: mubadalah.id

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here