Kultum Khas Ramadhan, Ust. Afif Yahya: Bijak Memilih Guru dalam Menuntut Ilmu

0
1615

KHASKEMPEK.COM – Allah SWT memerintahkan kita umat Islam untuk menuntut ilmu kepada seorang guru. Kita tidak bisa mencari ilmu dengan dirinya sendiri, karena di dalam mencari ilmu butuh bimbingan, arahan dan petunjuk.

Demikian itu hanya ada pada seorang guru, sehingga sebagai seorang santri atau murid, alangkah baiknya lebih bijak memilih guru dalam menuntut ilmu. Berikut ini beberapa hal yang perlu diperhatikan tentang seorang guru.

Pertama, seorang guru harus memiliki prilaku yang baik, artinya seorang guru harus berprilaku sesuai ilmu, apa yang diucapkan itu sesuai dengan apa yang diajarkan kepada murid-muridnya.

Kedua, seorang guru harus memiliki keilmuan yang luas, karena seorang guru dituntut untuk mengajarkan ilmu sebanyak-banyaknya. Semakin guru banyak memberikan ilmu, semakin banyak juga murid mendapatkan ilmu tersebut.

Imam Ghazali pada saat memimpin madrasah An-Nidzomiyah memberikan syarat yang ketat bagi orang yang mengajar di madrasahnya, yaitu: seorang guru tidak boleh kalah debat dengan murid-muridnya. Sehingga seorang guru dituntut untuk banyak belajar dan mempersiapkan bahan ajarnya.

Ketiga, seorang guru juga harus memiliki sanad keilmuan, karena ilmu itu asalnya dari Allah yang diturunkan melalui Malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad Saw. Kanjeng Nabi mengajarkan ilmu secara benar, jika ilmu itu tidak sesuai dengan apa yang diajarkan oleh nabi, berarti kita telah melakukan kebohongan.

Ada sebuah maqalah yang berbunyi: Man laisa lahu syaikhun, fa syaikhuhu syaithon. Barang siapa yang tidak punya guru, maka gurunya adalah syaitan.

Salah satu muridnya Imam Malik, Abdullah Bin Mubarok berkata: Al-isnadu min ad-din, wa laulal isnadu laqola man sya’a man sya’a. Sanad merupakan bagian dari agama, dan apabila manusia tidak memiliki sanad, maka manusia akan berpotensi berbicara seenaknya sendiri.

Sufyan Ats-Tsauri berkata: Al-isnadu silahul mu’min, faidza lam yakun ma’ahu silahun, fa bi ayyi silahin yuqotil. Isnad merupakan senjatanya orang mukmin, jika manusia tidak memiliki sanad, maka bagaimana dia akan berperang.

Imam Malik berkata: Inna hadzal ‘ilma dinun, fandzuru ‘an man ta’khudzu dinakum. Sesungguhnya ilmu itu agama, maka lihatlah dari mana engkau mendapatkan ilmu tersebut. Jika engkau mendapatkan ilmu dari orang yang salah, maka tentu akan menyesatkan. Sedangkan jika ilmu itu diambil dari orang yang jujur dan baik, maka ilmu yang diberikan pun baik tanpa kebohongan.

Keempat, guru yang bisa ditawassuli, guru tentunya adalah orang yang ahli ibadah dan sholeh. Karena guru diharapkan do’a dan berkahnya. Setiap murid yang belajar kepada gurunya, bukan hanya dia mencari ilmu, tetapi juga mencari doa dan berkah.

Banyak sekali pesantren-pesantren yang melahirkan ulama besar karena doa dan tirakat dari kiainya. Seorang kiai mentirakati santrinya melebihi untuk anaknya sendiri. Inilah kunci kesuksesan para kiai dulu sampai sekarang, mampu menciptakan generasi santri yang hebat. (KHASMedia)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here