KHASKEMPEK.COM – Al-ilmu bit ta’allum wal barokatu bil khidmah ini adalah slogan yang sering didengar dan diucapkan oleh para santri dan guru-guru yang ada di pesantren. Ini bukan hanya slogan belaka, tetapi ada makna penting dan luas di dalamnya.
Pertama, benar bahwa ilmu itu diperoleh dengan cara belajar yang rajin bukan dengan cara instan seperti meminta mantra kepada seorang dukun, mandi dengan kembang tujuh rupa atau mencontek ketika ujian.
Kedua, barokah itu dapat diperoleh dengan berkhidmah. Seorang murid bisa bermanfaat ilmunya dengan berkhidmah. Khidmah ini bisa didapatkan di pesantren-pesantren.
Ada dua kata yang perlu dibahas yaitu apa itu berkah dan apa itu khidmah? Jadi keberkahan dengan khidmah itu saling berkaitan, misalkan berkahnya seseorang atau keberhasilan ilmunya seseorang itu bisa didapatkan dengan cara berkhidmah.
Khidmah dalam bahasa Indonesia disebut pengabdian. Seperti pengabdian seorang murid kepada seorang guru. Ada tiga macam pengabdian yang harus kita ketahui: Pertama, khidmah binnafsi seorang murid bisa mengabdi kepada guru dengan cara fisik. Misal murid merapihkan sandalnya guru supaya guru memakainya lebih mudah dan cepat.
Kedua, khidmah bil mal, yaitu mengabdi dengan membantu guru dengan materi, barangkali guru kita belum maksimal secara materi, maka sebagai murid kita bisa mengabdi dengan harta benda kita.
Ketiga, khidmah bid du’a, yakni mengabdi dengan menggunakan doa, di mana doa adalah senjata yang penting bagi umat Islam. Terlebih murid yang sudah tamat dan berada di rumah masing-masing. Supaya tetap ada hubungan batin antara murid dengan gurunya, caranya dengan berdoa.
Tanda-tanda ilmu itu bisa berkah dan manfaat adalah ketika seorang guru meridhoi muridnya. Seperti yang disampaikan oleh Sayid Abdullah Al-Maliki; Al-barokatu bil jama’ah, barokahnya ilmu itu juga dengan cara berjama’ah. Kita belajar, mengaji, makan dan minum bersama. Hal itu sebagai tanda keberkahan kita. (KHASMedia)
