Cara Mengagungkan Ilmu Menurut Kitab Ta’lim Muta’allim (1)

0
12367

KHASKEMPEK.COM – Dalam kitab Ta’lim Muta’allim diterangkan bahwa: Seorang pelajar atau santri tidak akan memperoleh kesuksesan ilmu dan tidak pula ilmunya dapat bermanfaat, selain jika mau mengagungkan ilmu itu sendiri, ahli ilmu, dan menghormati keagungan gurunya.


اعلم أن طالب العلم لا ينال العلم ولا ينتفع به إلا بتعظيم العلم وأهله، وتعظيم الأستاذ وتوقيره.

Jadi menurut Imam Az-Zarjuni ada beberapa cara dalam mengagungkan ilmu, yaitu “Menghormati Guru.”


قال على رضى الله عنه: أنا عبد من علمنى حرفا واحدا، إن شاء باع، وإن شاء استرق.

Termasuk arti mengagungkan ilmu, yaitu menghormati pada sang guru. Sahabat Ali RA berkata: “Saya adalah hamba sahaya dari orang yang telah mengajariku satu huruf. Terserah padanya, saya mau dijual, di merdekakan ataupun tetap menjadi hambanya.”

Ada sebuah syair yang menceritakan tentang hal ini,


وقد أنشدت فى ذلك:

رأيت أحق الحق حق المعلم        وأوجـبه حفظا على كل مسلم

لقد حق أن يهدى إليه كرامة        لتعليم حرف واحد ألف درهم

فإن من علمك حرفا واحدا مما تحتاج إليه فى الدين فهو أبوك فى الدين.

Dalam masalah ini saya kemukakan Syi’irnya:

Keyakinanku tentang haq guru, hak paling hak adalah itu. Paling wajib di pelihara, oleh muslim seluruhnya.

Demi memuliakan, hadiah berhak di haturkan. Seharga dirham seribu, tuk mengajar huruf yang Satu    

Memang benar, orang yang mengajarmu satu huruf ilmu yang diperlukan dalam urusan agamamu, adalah bapak dalam kehidupan agamamu.


وكان أستاذنا الشيخ الإمام سديد الدين الشيرازى يقول: قال مشايخنا: من أراد أن يكون ابنه عالما ينبغى أن يراعى الغرباء من الفقهاء، ويكرمهم ويطعمهم ويطيعهم شيئا، وإن لم يكن ابنه عالما يكون حفيده عالما.

Guru kita Syaikhul Imam Sadiduddin Asy-Syairaziy berkata: Guru-guru kami berucap: “bagi orang yang ingin putranya alim, hendaklah suka memelihara, memulyakan, mengagungkan, dan menghaturkan hadiah kepada kaum ahli agama yang tengah dalam pengembaraan ilmiahnya. Kalau ternyata bukan putranya yang alim, maka cucunyalah nanti.”


ومن توقير المعلم أن لايمشى أمامه، ولا يجلس مكانه، ولا يبتدئ بالكلام عنده إلا بإذنه، ولا يكثر الكلام عنده، ولا يسأل شيئا عند ملالته ويراعى الوقت، ولا يدق الباب بل يصبر حتى يخرج الأستاذ.

Termasuk arti menghormati guru, yaitu jangan berjalan di depannya, duduk di tempatnya, memulai mengajak bicara kecuali atas perkenan darinya, berbicara macam-macam darinya, dan menanyakan hal-hal yang membosankannya, cukuplah dengan sabar menanti diluar hingga ia sendiri yang keluar dari rumah.


فالحاصل: أنه يطلب رضاه، ويجتنب سخطه، ويمتثل أمره فى غير معصية لله تعالى، فإنه لا طاعة للمخلوق فى معصية الخالق كما قال النبى صلى الله عليه وسلم: إن شر الناس من يذهب دينه لدنيا بمعصية الخالق. ومن توقيره: توقير أولاده ومن يتعلق به.

Pada pokoknya, adalah melakukan hal-hal yang membuatnya rela, menjauhkan amarahnya dan menjungjung tinggi perintahnya yang tidak bertentangan dengan agama, sebab orang tidak boleh taat kepada makhluk dalam melakukan perbuatan durhak kepada Allah Maha Pencipta. Termasuk arti menghormati guru pula, yaitu menghormati putera dan semua oarang yang bersangkut paut dengannya.


وكان أستاذنا شيخ الإسلام برهان الدين صاحب الهداية رحمة الله عليه حكى: أن واحدا من أكابر الأئمة بخارى كان يجلس مجلس الدرس، وكان يقوم فى خلال الدرس أحيانا فسألوا عنه, فقال: إن ابن أستاذى يلعب مع الصبيان فى السكة، ويجيئ أحيانا إلى باب المسجد، فإذا رأيته أقوم له تعظيما لأستاذى.

Di sini Guru kita Syaikhul Islam Burhanuiddin Shahibul Hidayah pernah bercerita bahwa ada seorang imam besar di Bochara, pada suatu ketika sedang asyiknya di tenmgah majlis belajar ia sering berdiri lalu duduk kembali. Setelah ditanyai kenapa demikian, lalu jawabnya : ada seorang putra guruku yang sedang main-main dihalaman rumah dengan teman-temannya, bila saya melihatnya sayapun berdiri demi menghormati guruku.


والقاضى الإمام فخر الدين الأرسابندى كان رئيس الأئمة فى مرو وكان السلطان يحترمه غاية الاحترام وكان يقول: إنما وجدت بهذا المنصب بخدمة الأستاذ فإنى كنت أخدم الأستاذ القاضى الإمام أبا زيد الدبوسى وكنت أخدمه وأطبخ طعامه [ثلاثين سنة] ولا آكل منه شيئا.

Qodli Imam Fakhruddin Al-Arsyabandiy yang menjabat kepala para imam di marwa lagi pula sangat di hormati sultan itu berkata : “Saya bisa menduduki derajat ini, hanyalah berkah saya menghormati guruku. Saya menjadi tukang masak makanan beliau, yaitu beliau Abi Yazid Ad-Dabbusiy, sedang kami tidak turut memakannya.”


وكان الشيخ الإمام الأجل شمس الأئمة الحلوانى رحمة الله عليه قد خرج من بخارى وسكن فى بعض القرى أياما لحادثة وقعت له وقد زاره تلاميذه غير الشيخ الإمام شمس الأئمة القاضى بكر بن محمد الزرنجرى رحمه الله تعالى، فقال له حين لقيه: لماذا لم تزرنى؟ قال: كنت مشغولا بخدمة الولادة. قال: ترزق العمر، لاترزق رونق الدرس، وكان كذلك، فإنه كان يسكن فى أكثر أوقاته فى القرى ولم ينتظم له الدرس

Syaikhul Imamil Ajall Syaikhul Aimmah Al-Khulwaniy, karena suatu peristiwa yang menimpa dirinya, maka berpindah untuk beberapa lama, dari Bochara kesuatu pedesaan. Semua muridnya berziarah kesana kecuali satu orang saja, yaitu syaikhul imam Al-qadli Abu Bakar Az-Zarnujiy.

Setelah suatu saat bisa bertemu, beliau bertanya: “kenapa engkau tidak menjengukku? Jawabnya: “Maaf tuan, saya sibuk merawat ibuku” beliau berkata: “Engkau dianugrahi panjang usia, tetapi tidak mndapat anugrah buah manis belajar.” Lalu kenyataanya seperti itu, hingga sebagian banyak waktu Az-Zarnujiy digunakan tinggal di pedesaan yang membuatnya kesulitan belajar.


فمن تأذى منه أستاذه يحرم بركة العلم ولا ينتفع بالعلم إلا قليلا.

[إن الـمـعلم والطـبيب كـلاهـما! لا ينصحـان إذا هـما لم يكــرما]

[فاصبر لدائك إن جفوت طبيبه! واقنع بجهلك إن جفوت معلما]

Barang siapa melukai hati sang gurunya, berkah ilmunya tertutup dan hanya sedikit kemamfaatannya.

Sungguh, dokter dan guru tak akan memberi nasihat, bila tak dihormati

Terimalah penyakitmu, bila kau acuh doktermu dan terimalah bodohmu, bila kau tentang sang guru.


حكى أن الخليفة هارون راشيد بعث ابنه إلى الأصمعى ليعلمه العلم والأدب فرآه يوما يتوضأ ويغسل رجله، وابن الخليفة يصب الماء على رجله، فعاتب الأصمعى [فى ذلك] بقوله: إنما بعثت إليك لتعلمه وتؤدبه فلماذا لم تأمره بأن يصب الماء بإحدى يديه، ويغسل بالأخرى رجلك؟

Ada suatu hikayat: Khalifah Harun Ar-Rasyid mengirim putranya kepada Al-Ashma’iy agar diajar ilmu dan adab. Pada suatu hari, Khalifah melihat Al-Ashma’iy berwudlu dan membasuh sendiri kakinya, sedang putra khalifah cukup menuang air pada kaki tersebut. Maka, Khalifah pun menegur dan berkata: “Putraku saya kirim kemari agar engkau ajar dan didik, tapi mengapa tidak kau perintahkan agar satu tangannya menuang air dan tangan satunya lagi membasuh kakimu?”

Jadi, menghormati guru adalah salah satu cara mengagungkan ilmu pengetahuan. Dengan menghormati guru, insya Allah kita semua, santri dan alumni Pesantren Khas Kempek akan menjadi orang sukses dan memiliki ilmu yang bermanfaat. Amin… (KHASMedia)

*Dikutip dari Kitab Ta’lim Muta’allim yang diajarkan oleh Kiai Musthofa Aqil kepada para santri Khas Kempek dalam Muhadloroh ‘Ammah (Muam), yang diselenggarakan setiap bulan sekali.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here