Karakter Luhur Kepemimpinan Buya Ja’far Aqiel Siroj

In Memorian 1.4.14 (Bagian 1)

1
1126

KHASKEMPEK.COM – Buya H. Ja’far Shodiq Aqiel Siroj adalah putra tertua dari lima bersaudara, Hadratussyeikh KH. Aqiel Siroj, muassis Majlis Tarbiyatul Mubtadiien (MTM) Ponpes Khas Kempek Kab. Cirebon.

Beliau merupakan sosok yang langka, ulama, kiai sekaligus tokoh kharismatik yang mengasuh pesantren sejak muda, menjadi pemimpin Majlis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Cirebon dalam beberapa periode, istiqomah dan disiplin tinggi, energik dan tegas dalam keseharian, tetapi senang berdiskusi dan berjiwa mengayomi.

Berikut adalah kesaksian, kesan dan kenangan dari orang-orang yang pernah dekat dan mu’asyarah dengan Buya. Penulis olah dari naskah asli yang mereka tulis dengan sedikit perubahan bahasa, agar lebih fresh dan kekinian dengan tetap menjaga orisinalitas ide dalam testimoni ini.

“Buya Ja’far adalah pejuang keras untuk kemajuan pesantren melalui pendidikan formal dan non formal. Dalam langkahnya, Buya selalu menghormati yang lebih sepuh dan menghargai yang muda”.

Beliau tidak segan untuk berdiskusi, minta pendapat, bermusyawarah dan menawarkan opsi dalam memutuskan sesuatu. Sehingga dalam menyelesaikan masalah baik di pesantren, persoalan Kabupaten Cirebon atau Indonesia pada umumnya, Buya sejak muda sudah mempunyai banyak teman diskusi.

Buya sendiri tak canggung sering menyebut “guru” kepada teman-teman senior diskusinya. Dan yang paling beliau sering melakukan sharing dan banyak belajar adalah kepada 3 tokoh seniornya. Yakni:

1. KH. Ayip Usman Yahya (Kempek)
2. KH. Fuad Amin (PP. Babakan)
3. H. Syafi’i Sholehuddin (Gempol).

Dan di kemudian hari tokoh-tokoh tersebut plus Buya sendiri dikenal dengan sebutan “Empat Sekawan”. Keempatnya telah tiada, semoga amalnya diterima.

Contoh kongret adalah ketika Pesantren Kempek ingin menerima program MTs Terbuka yang dicanangkan oleh Departemen Agama pada tahun 1996. Hampir tiap malam Buya berdiskusi dengan tokoh seniornya untuk minta pertimbangan dan penjelasan agar menerima program tersebut.

Setelah matang, Buya mengumpulkan adik-adiknya untuk memaparkan mengenai program tersebut, positif dan negatifnya karena kita tahu pada saat itu Pesantren Kempek belum ada sekolah dan pendidikan formal, murni mengaji ala salafiyah.

Dan tidak berakhir disini, Buya masih harus sowan ke uwanya, KH. Umar Sholeh untuk meminta restu diselenggarakannya program MTs Terbuka. Dan jawaban beliau sangat mengagetkan “Wis wayahe,” maksudnya sudah saatnya Kempek memang harus mendirikan sekolah.

Demikian kesan yang disampaikan oleh Pa H. Shofi, Buya selalu menghormati yang sepuh dan menghargai yang muda.

Berbeda dengan Kasi Penmad, Kepala Kantor Kemenag Kab. Cirebon mengenang bahwa:

“Buya Ja’far adalah sosok pribadi yang utuh dan bersahaja, dan limited edition (sosok langka)”.

Beliau menggaris bawahi paling tidak ada 3 kesan khusus terhadap pribadi Buya yang dikagumi sepanjang hayatnya;

1 KOMENTAR

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here