Akhlak

0
9999

KHASKEMPEK.COM – Perkataan “Akhlak” ( أَخْلاَقٌ ) berasal dari bahasa Arab merupakan bentuk jama’ dari kata “Khuluqun” ( خُلُقٌ ) yang artinya kebiasaan, perangai, watak, tabiat dan juga agama.

Khuluq merupakan bentuk rohani kita, memiliki karakteristik merasa tidak betah (nyaman) di dunia, karena ia hampir selalu akan bertentangan dengan bentuk jasmani kita. Dan kata “Akhlak” ( أَخْلاَقٌ) diambil dari fi’il Madhy “Kholaqo” (خَلَقَ) yang mempunyai dua isytiqoq (bentuk asal kata) yakni dari:

1. Kata “Kholqun” ( خَلْقٌ ) Artinya bentuk jasmani, lahiriyah

2. Kata “Khuluqun” ( خُلُقٌ ) Artinya bentuk rohani, batiniyah.

Keduanya dihubungkan melalui hawa nafsu sebagai perantaranya. Dan relasi keduanya bersifat “عارض” (anyar tumeka) atau eksidental yang hanya kebetulan saja serta saling berseberangan.

Jadi yang termasuk akhlak yakni sifat-sifat baik dalam pengertian rohani seperti sabar, syukur, ikhlas, tawaddhu’, dan lain sebagainya yang tidak mengenal “zaman” dan “makan” (waktu dan ruang).

Sehingga yang dibawa sampai ke akhirat -dalam pengertian alam yang nikmatnya tiada batas- adalah amal-amal yang disertai dengan sifat-sifat tersebut. Karena sifat-sifat tersebut diatas tidak ada batasan dalam ruang dan waktu.

Sedangkan segala bentuk yang bersifat jasmani, lahir atau rupa ada batas-batasnya. Rohani kita akan selalu menginginkan kebaikan walaupun jasmani kita kotor penuh dosa. Maka kita (sikap rohani) akan selalu menyalahkan bentuk jasmaninya.

Kita juga diberi perangkat Bashir atau Kalbu, Fuad atau Sirr (Kasyful Hijab) sebagai pembuka hubungan kita dengan Allah, dengan potensi ini kita bisa sampai kepada hakikat.

Dan yang bisa sampai adalah mereka yang mendapatkan cahaya, bukan karena belajar, buku, atau guru;


هو نور يقذفه الله فى قلب من يشاء

Nur atau direct illumination, melalui khowatir. Dengan خواطر إلهية masuk pada dzauq intuitif, maka jadilah ilham, kasyaf dan makrifat.

Jikalau dari خواطر ملكية maka akan menjadi علم الحق وعلم اليقين. Dalam bahasa Arab cahaya disebut sebagai “Nur”, sedangkan bahasa India dikatakan “Deep”, dan dalam bahasa Jawa terkenal dengan istilah “Dewa”.

Dewa bukanlah Tuhan, tetapi orang yang mendapatkan cahaya dari Tuhan. Walhasil, maka berakhlaklah, karena inilah yang akan sampai kepada Allah.

Wallahu a’lam bisshawab.

Itulah sekelumit isi materi ceramah yang disampaikan oleh Prof. DR. KH. Said Aqiel Siroj dalam acara rutinan Pengajian Bulanan “Sabtu Legian” di Masjid Al-Jadied Pondok Pesantren MTM-Khas Kempek Kab. Cirebon dirangkum pada awal tahun 1998.

NKT.09.12.2021

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here