Kultum Khas Ramadhan, KH. Ahmad Zaeni Dahlan: Tiga Elemen Utama Iman

0
1021

KHASKEMPEK.COM – Nabi Muhammad SAW bersabda dalam hadis yang berbunyi: Al-Imanu yazidu wa yanqushu, iman itu bisa bertambah dan bisa berkurang. Laksana balon udara, maka ia bisa membesar dan mengecil. Tergantung dari volume udara yang masuk ke dalamnya.

Bagimanakah iman kita bisa mengembang dan mengempis?

Iman mempunyai tiga elemen utama: Pertama adalah tashdiqun bil qolbi (membenarkan dengan hati). Kedua adalah iqrorun bil lisan (mengakui dengan ucapan). Terakhir adalah amalun bil jawarih (membuktikannya dengan amal perbuatan).

Iman bisa bertambah dengan perbuatan taat dan kebaikan. Apabila seseorang merenungkan keajaiban alam raya ini, bagaimana ia diatur dan dikelola sedemikian rapihnya, maka perenungan tersebut akan mengarahkan kita untuk mempercayai akan kebesaran dan kemahakuasaan Allah SWT.

Demikian juga ketika kita menelisik hati kita, meraba jiwa kita, mengevaluasi diri, mengintropeksi diri, dikaitkan dengan kebesaran Allah SWT, maka akan tumbuh keimanan yang semakin kuat di dada kita.

Begitu juga ketika kita mendengarkan ayat-ayat Al-Qur’an dengan merenungkannya, maka keimanan kita akan semakin bertambah.


وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ ءَايَٰتُهُۥ زَادَتْهُمْ إِيمَٰنًا وَعَلَىٰ رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ

dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal.

Sebaliknya, iman juga akan berkurang disebabkan perbuatan-perbuatan dosa dan maksiat. Hati kita itu ibarat lembaran kertas yang putih, tidak ada noda sedikit pun.

Ketika kita melakukan dosa, maka kita telah menitikan noda hitam di atas kertas yang putih itu, apabila kita tidak segera menghapuskannya dengan beristighfar dan bertaubat kepada Allah SWT, maka titik noda itu akan tetap ada.

Apabila suatu saat kita melakukan dosa sekali lagi, untuk yang yang kedua kalinya, ketiga kalinya dan seterusnya, maka titik noda itu akan semakin membesar dan memenuhi kertas tersebut, sehingga kalau kita tidak segera menghapusnya dengan bertaubat dan beristighfar, maka titik noda itu akan semakin berkarat.

Demikian juga dengam hati kita, ketika kita senantiasa dan terus menerus melakukan dosa, maka hati kita akan berkarat, sehingga hati kita tidak akan bisa menerima hidayah keimanan dari Allah SWT.


كَلَّا ۖ بَلْ ۜ رَانَ عَلَىٰ قُلُوبِهِم مَّا كَانُوا۟ يَكْسِبُونَ

Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutupi hati mereka.

Di dalam hati setiap manusia ada latifah, yaitu indra persepsi spiritual. Ulama dalam hal ini berbeda dalam mengistilahkannya, ada yang menyebutkannya sebagai ruh, sirr dan khofi aw akhfa. Tapi dalam bahasa keseharian kita, latifah itu disebut nurani, yang berasal dari Bahasa Arab nuroni yang artinya cahaya.

Ibarat cahaya yang selalu berkedip, ibarat sinyal yang menghubungkan manusia dengan Tuhan yang menciptakannya. Ketika manusia terlahir, maka latifah itu terperangkap dalam raga fisik kita, sehingga sinyalnya menjadi lemah, maka kewajiban kita sebagai orang-orang yang beriman untuk menjaga sinyal tersebut dan mengutkannya dengan banyak berbuat baik dan menjauhi perbuatan-perbuatan buruk.

Semoga kita semua digolongkan dengan orang-orang yang senantiasa memelihara keimaman kita yaitu dengan senantiasa melakukan perintah Allah SWT dan menjauhi larangan-larangan-Nya. (KHASMedia)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here