Seni Syair Arab (Bag. 1)

Masa Jahili

0
488

KHASKEMPEK.COM – Syair arab yang sampai kepada kita dan dikenal sekarang sudah melewati masa yang panjang. Umurnya lebih tua dari syariat Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad Saw. Dalam perjalanannya syair arab selalu memiliki tempat yang istimewa. Dengan bukti bahwa sebelum Islam lahir di Kota Mekah, dinding Ka’bah dihiasi dengan syair dari pujangga-pujangga ternama di eranya (Muallaqat).

Pada masa Tabrizy ada sepuluh penyair muallaqat yakni: Umrul Qais, Nabighah, Zuhair, Tarfah, Antarah, Labid, Amru ibn Kulsum, Al-Haris ibn Hilza dan Abidul Abros. Seluruh hasil karya dari kesepuluh orang penyair itu semunya dianggap hasil karya syair yang terbaik dan sudah melewati seleksi yang sangat ketat dari karya syair yang pernah dihasilkan oleh bangsa Arab.

Mengapa pada saat itu syair begitu tinggi kedudukannya?

Pada masa jahiliah itu tradisi keilmuaan ini mempunyai reputasi dan pengaruh besar terhadap sejarah kesusastraan dan peradaban bangsa arab. Apabila ada orang yang mampu membuat syair dengan indah maka dia akan mendapatkan derajat yang tinggi di masyarakat. Menjadi kebanggaan klan, diberikan kehidupan yang layak, dipuji oleh penguasa sekaligus juga menjadi hiburan yang bisa dikonsumsi oleh semua kalangan sehingga tidak mengherankan apabila syair menjadi tolok ukur budaya yang berkembang.

Syair yang mereka lantunkan bertema macam-macam, ada yang bertema romansa, mitos, perjuangan, ratapan, kebanggaan, kebahagiaan, hikmah, nasihat dll.

Dari sekian tema besar yang sudah disebutkan itu memiliki ciri-ciri yang spesial, pertama dari segi pemilihan kata :

  1. Kecenderungan menggunakan bahasa keseharian mereka dan cenderung fulgar
  2. Bebas dari infiltrasi bahasa asing (Non Arab)
  3. Bebas dari majaz yang berlebihan.
  4. Memiliki ide dan kalimat yang tidak bertele-tele

Yang kedua, dari segi kesesuaian makna :

  1. Sesuai dengan realita
  2. Menggunakan rasa Bahasa yang kuat
  3. Cenderung pembahasan selesai dalam satu bait, tidak dalam satu kasidah
  4. Menggunakan makna yang detil pengungkapan ekspresinya.

MASA AWAL ISLAM

Ketika Islam datang dan dibawa oleh Nabi Muhammad Saw, seni sastra syair mengalami sedikit kemunduran, karena fokus pada saat itu adalah al-Quran dan al-Hadist, Nabi Muhammad Saw sendiri oleh Allah Swt diberi garansi untuk tidak diajarkan syair (Yasiin : 69), sehingga para sahabat dan kaum arab pada saat itu tidak berfokus kesana. Pada masa ini yang berkembang adalah karya seni tulis dan seni berbicara ditengah khalayak (pidato).

Meskipun mengalami kemunduran, namun masih tetap terjaga dengan baik, tidak banyak memang penyair yang lahir dari generasi ini. Diantara yang menjadi Amiir Syuara pada masa ini adalah Hasan bin Tsabit, dia merupakan kaum Quraisy yang sebelum memeluk Islam dia adalah orang yang sangat membenci Nabi Muhammad Saw dan sering menggunakan kepiawaiannya dalam membuat syair untuk memcerca Nabi Muhammad Saw, baru kemudian setelah memeluk Islam menjadi orang yang membela Nabi Muhammad Saw dengan syair-syair nya.

Kemudian ada juga Ka’ab bin Zuhair, orang yang kemudian mendapatkan penghargaan oleh Nabi Muhammad Saw dengan diberikan pakaian Nabi yang kemudian dikenal dengan Kasidah Burdah. Meskipun dalam Kasidah ini masih memiliki corak Syair Jahili karena bait-bait awalnya menggunakan bait romansa.

Secara umum corak dari syair yang lahir dalam masa awal Islam ini adah syair yang bertemakan akhlak, nasihat, dan sesekali menambahkan iqtibas dari ayat-ayat al-Quran.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here