Pesan Kiai Said untuk Santri Generasi Milenial (3)

0
508

KHASKEMPEK.COM – Pada bagian akhir inilah putra kedua dari KH. Aqiel Siroj dengan Ny.Hj. Afifah Harun ini memberikan pesan ideal untuk dijadikan pegangan hidup bagi kaum milenial.

Beliau ngendika; “Terakhir cung, anak-anak muda nich…!! Pesan saya agar ente menjadi manusia ideal.” Pesan yang dimaksud adalah:

1. Riyadhah Badaniyyah – Olah Raga

Olahraga itu penting, saya sendiri mengakui waktu muda tidak berolahraga. Olahraga itu sebuah tabungan kesehatan. Insya Allah ketika tua akan kuat, ‘adhalah wal quwwah. Kanjeng Nabi, Sayyidina Umar pun olahraga, buktinya mengatakan ajari anak-anak untuk melempar tombak.

Jadi idealnya adalah olahraga supaya disaat usia 65 masih tetap bugar dan sehat.

2. Riyadhah Aqliyah – Olah Pikir

Kiai Said menganjurkan agar sering mengolah fikiran. Tidak harus dengan kitab yang serius. Bisa dengan ilmu mantiq, disana ada muqoddimah sughro (premis minor), muqoddimah kubro (premis mayor), natijah (konklusi) dan lain sebagainya. Atau silahkan kita bisa melihat kembali Ma’kulat AlAsyarah (the teen category), yakni ; 1. Esensi 2. Kuantiti 3. Kualiti 4. Relasi 5. Place 6. Time 7. Posisi 8. To have 9. Aksi 10. Reaksi

Kategoriteen ini adalah mukaddimah falsafah yang menurut Doktor lulusan Ummul Quro ini apabila diutak-atik Insya Allah akan mencerdaskan otak kita.

Beliau menambahkan gampangnya agar santri sesering mungkin menggarap teka-teki di koran, dalam rangka olahpikir supaya cerdas. Boleh dengan apa saja, misal seperti mantiq di atas, atau matematika. Sebab dengan cara ini, bisa terpelihara kecerdasannya, tidak menjadi jendel yang pada saatnya akan mengurangi daya pikir kita.

3. Riyadhah Mu’asyarah – Olah Relasi

Buya Said menekankan kepada para santri agar mampu bergaul. Dengan prinsip, ketika bergaul dengan orang lain agar kita bisa mempengaruhi orang tersebut.

“Saya bisa mempengaruhi orang, jangan sebaliknya !!!, Berarti tidak bisa bergaul namanya,” begitulah beliau menegaskan yang disambut applause oleh seluruh yang hadir.

Beliau lebih jauh menggambarkan agar santri bisa bergaul dengan kiai, dengan mengikuti etika yang ada. Juga bergaul dengan pejabat, tidak boleh ada kata minder. Bergaul dengan orang pinter cerdik-cendikiawan atau bersama masyarakat awam, juga ada caranya tersendiri.

Ketika kita berjumpa dengan pejabat, pandai-pandailah berkata dengan bahasa mereka, dengan kiai juga kita bisa menyesuaikannya.Jadi, santri diharapkan bisa bergaul dengan berbagai kalangan, dan inilah yang disebut olah relasi.

4. Tarbiyah Syu’uriyah Athifiyah – Olah Rasa

Kadang-kadang ada orang pinter sering nyletuk omongan tidak enak. Bergaulnya kaku, tidak mengerti perasaan orang. Jadi kurang punya perasaan dan kurang punya kepekaan.

Beliau mencontohkan dengan kisah nyata yang ia alami. Ada seseorang cerita mengenai istrinya cuci darah seminggu dua kali. Nah ada orang mengomentarinya dengan mengatakan “Wah…sudah ngga ada harapan tuch..!!”Ya sebaiknya kita bisa menjawab dengan perkataan “Insya Allah muga-muga waras..!” Jawaban seperti ini namanya mu’asyarah bi alma’ruf. Nah inilah yang dimaksud memiliki kepekaan atau olahrasa.

5. Tarbiyah AlRuh – Olah Rohani

Bagi santri, sebenarnya latihan rohani ini sudah terbiasa dilakukan di pesantren, hanya kata beliau mereka belum fokus tarbiyah rohaninya.

Kiai Said menambahkan bahwa kebiasaan ini bukan hanya dilakukan oleh kaum santri, mereka yang orang lain pun banyak yang melakukan latihan-latihan spiritual seperti yoga, semedi dan sejenisnya.

Santri jangan sampai ketinggalan, sebagai kader-kader kiai harus memiliki ruhani yang kuat, spritual yang tangguh.

AlMukarrom Kiai Wahab, Kiai Ali Ma’sum dan Kiai Mahrus adalah kiai yang memiliki spiritual yang kuat. Kiai Mahrus kalau keadaan sedang gawat darurat, ia akan melakukan dzikir dan wirid tidak berhenti sejak ba’da Isya sampai Shubuh. Dan banyak lagi contoh dari kiai lainnya.

Kalau kita tidak melakukan itu, maka akan kalah, karena kita tidak memiliki senjata dan perlengkapannya, hanya mengandalkan “quwwah ruhaniyyah” bersama Allah dan Rasul-Nya.

Sebagaimana biasanya, Kiai yang menyukai banyak syair ini melanjutkan uraiannya dengan melantunkan Qasidah Burdah, yang kurang lebih artinya adalah sebagai berikut.

“Wahai orang yang paling mulia, aku tidak memiliki tempat berlindung kecuali engkau.Dan engkau tidak merasa sempit, ketika aku meminta perlindungan.”Rasulullah orang yang “karim”, santun dan loman, tetapi bisa juga menjadi “muntaqim”, keras dan tangguh. Jadi beliau pertama santun tetapi juga bisa keras.

Karena dunia dan akhirat, adalah hasil akibat dari kelomanan Rasulullah, termasuk Ilmu Qolam, juga berasal darinya.

Ini adalah salah satu bait Burdah yang menjelaskan betapa besarnya dan betapa luar biasanya Kanjeng Nabi, kita bisa mengambil nur Rasulullah dan syafaatnya ketika kita membangun ruhaniyah.

Kiai Said mengambil contoh bukan dari Kanjeng Nabi, akan tetapi cukup dari shahabatnya, sebut saja Sayyidina Umar ibnu Khatthab dalam menyikapi sungai Nil asat, surut airnya.

Biasanya pada masa zaman jahiliyyah, seandainya sungai Nil surut, ini menunjukkan sungai itu meminta tumbal. Tumbal persembahannya tidak tanggung-tanggung berupa perempuan cantik yang dihias serta dilengkapi dengan perhiasan gelang, kalung dan aksesoris lainnya.

Kemudian perempuan berhias itu dipersembahkan dengan cara dilempar ke sungai, lalu ia akan dihempas oleh ombak serta hanyut masuk kedalam air entah kemana.

Namun setelah Islam, tradisi ini dirubah oleh Khalifah Umar Bin Khatthab.Gubernur Mesir, Amru Bin Ash berkirim surat kepada Khalifah Umar mengadu mengenai tradisi zaman dulu ketika Nil airnya surut yang tandanya minta tumbal perempuan cantik.

Sayyidina Umar mengambil kertas dan pulpen untuk menulis jawabannya. Sambil senyum Kiai Said melanjutkan riwayatnya. Kurang lebih isi jawaban Umar adalah “Jika kamu mengalirkan air lillahi ta’ala, mengalirlah. Tetapi jika kamu mengalirkan air karena wanita cantik, ngga usah mengalir, saya tidak butuh kamu”.

Lalu Shahabat Umar berpesan agar nanti kertas yang berisi tulisan itu dilempar ke sungai. Setelah peristiwa itu, sungai yang berada ditengah padang pasir ini terus mengalirkan air sampai “ila yaumina hadza”, tidak pernah surut.

Inilah salah satu karamah Sayyidina Umar Ibnu Khatthab yang tercatat dalam sejarah. Kisah-kisah seputar laku shahabat yang mensubversi logika, atau disebut dalam tasawuf sebagai “karamah” ini menunjukkan bahwa quwwah ruhaniyyah itu bagian dari peradaban ini yang perlu dikuasai oleh generasi santri masakini. Dan Kiai Said berharap semoga dengan riyadhah ruhaniyyah kita bisa mendapatkan syafaat Rasulullah.

Inilah ulasan yang sangat dalam dari Syaikhina Kiai Said Aqiel yang sangat menginspirasi kita kawula muda. Penulis hanya menuliskan ulang dengan sedikit penyesuaian. Barangkali ada hikmah dan manfaatnya.

Perlu diketahui, mengaji AlQuran di Pesantren Khas Kempek bisa ditempuh 4-5 tahun khatam binnadhar. Untuk sampai mengkaji kitab Alfiyah Ibnu Malik membutuhkan waktu mondok 6-7 tahun.

Sehingga apabila seorang santri dari lulusan SD/MI, maka selesai Aliyah, akan khatam Qur’an dan Alfiyah. Namun apabila dari lulusan SMP/MTs, maka akan khatam saat ia sudah kuliyah. Dan Khas kini sudah ada STIKES dan tengah dibuka STIES.

Semoga Masyayikh Kempek selalu dalam keadaan shihah dan istiqomah, agar kita tetap bisa mengambil ilmu dan barakah. Aamien.Wallahua’lam.

NKT.28.03.22

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here