Mbah Umar Sholih Kempek itu Waliyullah Menurut Abahnya Habib Alwi Al-Idrus Surabaya

0
1161

KHASKEMPEK.COM – Ini adalah cerita tentang kesaksian Kiai Munawwir Amin Indramayu bahwa Romo KH. Umar Sholih Pondok Pesantren Kempek itu waliyullah menurut Habib Alwi Al-Idrus Surabaya. Berikut ini tulisan Kang Munawwir yang diposting di akun facebook beliau pada tanggal, 24 Agustus 2020.

Yang aku ingat, hari itu adalah hari Ahad, perkiraan tanggal 14 Rabiul Awal tahun 1414 H atau tanggal 21 Agustus tahun 1994. Ba’da Dzuhur persis, Pondok Pesantren Kempek Cirebon Jawa Barat kedatangan serombongan tamu berjubah bergamis. Santri Khodim Romo Kyai Haji Umar Sholih bernama Jamal (asal dari Bogor, Jawa Barat) datang tergopoh-gopoh ke kamarku Asrama Al-Wustho nomor satu.

“Kang Awing, ditimbali (dipanggil) Walid!”, kata Jamal setelah mengetuk pintu kamar dan membukanya. “Ada apa Mal?,” aku bertanya pada Jamal. “Ada tamu Kang, rombongan Habib,” terang Jamal.
Aku pun bergegas menuju kediaman Walidiy, KH. Umar Sholih Kempek.

Sampai di ndalem rumah Walidy, beliau berkata padaku, “Munawir, panggilkan Ayip Usman untuk nemani saudaranya, tamu Habib dari Surabaya”. Aku langsung pergi menuju kediaman Habib Usman bin Muhammad bin Umar bin Abu Bakar al Yahya, Kempek, setengah kilometer dari ndalem Walidiy ke arah Barat.

Sampai di rumah Abah Usman, Aku mengetuk pintu rumah beliau. Setelah terbuka Abah Usman bilang, “Ada apa Wir?” Aku jawab sambil merunduk. “ditimbali (dipanggil) Walid, Bah!”. Abah bertanya lebih lanjut, “Ada apa?”, Aku menjawab, “Mboten ngertos (tidak tahu) Bah”. Dan Abah Usman pun bergegas menuju ndalem rumah Walidy sementara aku berjalan di belakangnya.

“Yip”, kata Walidiy KH. Umar Sholih kepada Abah Usman dengan panggilan Ayip. “Ini tamu dari Surabaya Jawa Timur,” kata Walidiy KH. Umar Sholih sambil memperkenalkan rombongan tamu berjubah bergamis. Diantara rombongan tamu itu ada adik iparnya Abah Usman, bernama Habib Muhammad al Hinduwan dari Balongan Indramayu Jawa Barat. Aku biasa memanggil dengan sebutan Abang Muh, meniru Kang Asan (putranya Abah Usman), jika memanggil Habib Muhammad pamannya. “Gih Walid,” kata Abah Usman.

“Rombongan tamu habib dari Surabaya ini akan menitipkan anaknya untuk mondok di sini,” kata Walidy, “namanya Alwi. Diatur saja, gimana baiknya”. Abah Usman menjawab, “Gih, Walid” Lalu Abah Usman memanggil Saya, “Wiiiirr …!”, aku segera datang, “Gih, Bah”. “Ini namanya Alwi, mau mondok di sini, kamarnya bareng sama kamu ya, dan nanti ngaji Fatihah-nya langsung sama Kang EM (maksudnya Abuya Kiai Haji Nawawi Umar), ngaji tasrifan-nya kamu yang ngajarin,” aku menjawab dengan ta’dhim, “Gih, Bah”.

Aku pun pulang ke Asrama diikuti Alwi, santri baru. Sampai di kamar nomor satu Asrama Al-Wustho, Alwi menaroh tas koper dan membuka makanan bawaan. Dia pun menawarkan makan sama saya, “Ayo makan, siapa namanya ?”. Aku menjawab segan dan malu untuk menerima tawaran makan, “Sampun Bib, sampun dahar, nama saya Munawir”. Aku memanggil Alwi dengan sebutan habib. “Ayo Wir, makan!”, kata Alwi sambil menarik tangan saya dan menyodorkan makanan bawaan. Aku pun makan menemani Alwi.

Sambil makan, Aku iseng-iseng bertanya pada Alwi. “Antum aslinya dari mana?”, Aku bertanya pada Alwi. “Aku dari Sepanjang Sidoarjo Surabaya Jawa Timur”, kata Alwi. (Jarak Surabaya Jawa Timur – Cirebon Jawa Barat kurang lebih sekitar 540 KM.) “Biasanya kalau keluarga Habib itu pasti akan menyebutkan nama lengkap dengan ayah kakek buyut dan marganya, lah jenengan itu nama aslinya siapa Bib?”, Aku bertanya agak panjang. Lalu Alwi pun menjawab pertanyaan saya. Aku tidak ingat nama ayah, kakek, buyut dan seterusnya. Yang Aku ingat hanya Habib Alwi ini bermarga Al Idrus.

Kemudian Aku bertanya lagi pada Habib Alwi Al Idrus, “Kenapa dan bagaimana kok antum bisa sampai ke sini ke Kempek Cirebon dan mondok ke Romo Kyai Haji Umar Sholih?” Habib Alwi Al Idrus menjawab, “Aku disuruh mondok sama Abah ke se orang Kyai. Namanya Mbah Umar, Alim, punya pondok pesantren, ahli ibadah, tawadu’, lokasinya berada di sebelah Barat dari arah Surabaya”.

Aku penasaran dengan jawaban Habib Alwi Al Idrus. “Terus Bib?”. Aku mengejar jawaban Habib Alwi. “Aku pun sama Wir, bertanya sama Abah Saya, kenapa Bah?”, kata Alwi. “Terus ….”, Aku makin penasaran. Abah saya bilang, “Karena beliau Mbah Umar itu adalah waliyullah”, terang Habib Alwi Al Idrus. “Lah gimana caranya untuk mengetahui beliau Romo Kyai Haji Umar Sholih Kempek itu Wali Bib?”, Aku mencoba bernalar. “Aku juga tidak ngerti Wir”, kata Habib Alwi al Idrus.

Lalu Habib Alwi bercerita. Kami rombongan dari Surabaya mencari nama Mbah Umar dengan ciri-ciri seperti yang disampaikan Abah Saya mulai dari Surabaya sampai ke Tegal, ke Brebes sepanjang perjalanan itu tidak menemukan Kyai yang bernama Mbah Umar dengan ciri-ciri diatas. Sampai kemudian rombongan kami terhenti di Indramayu bertemu dengan keluarga Habib di Indramayu (maksudnya adalah Habib Muhammad al Hinduwan, adik ipar Habib Usman bin Muhammad bin Umar bin Abu Bakar Al Yahya Kempek Cirebon).

Dari penjelasan Habib Indramayu lah bahwa yang di maksud Mbah Umar, alim, punya pondok pesantren, ahli ibadah, tawadhu mungkin adalah KH. Umar Sholih Kempek Cirebon Jawa Barat. Lalu kami serombongan pun datang kemari”. Panjang lebar Habib Alwi menerangkan. Aku bergumam kecil, “Oooooo ……, Masya Allaaaaaah ….. guruku, Kyaiku … adalah Waliyullah …”

Habib Alwi Al Idrus mondok di Kempek dari tanggal 14 Rabiul Awwal 1414 H dan boyong pada awal Sya’ban, satu minggu sebelum nisfu sya’ban di tahun itu. Dan Aku boyong di bulan Syawwal pada tahun itu juga.

Tulisan ini dikutip dari status facebook KH. Munawwir Amin Kertasemaya Indramayu, alumni Ponpes Kempek, santri Kiai Umar Sholih, Buya Ja’far dan Abah Ayip Usman.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here