Gus Dur, Kiai Said dan Pertemuan Pertamanya

2
1577

KHASKEMPEK.COM – KH Abdurrahman Wahid atau yang lebih dikenal masyarakat sebagai Gus Dur, merupakan orang yang berjasa bagi Indonesia. Tak terkecuali Kiai Said Aqil Siroj, Gus Dur di mata beliau adalah orang yang selangkah lebih maju dari siapapun.

Kiai Said, menceritakan kenangannya ketika Ia bisa dipertemukan dengan Gus Dur. Sewaktu tahun 89 dulu, Kiai Said masih belajar di Unversitas Umm Al-Qura Mekkah. Singkat cerita Ia menyerahkan tulisannya/disertasinya kepada fakultas dan dicabutlah beasiswanya hampir 7 bulan.

“Dalam hati saya ngganjel, masa tulisan sudah selesai tidak diserahkan ke fakultas, 7 bulan saya hidup tanpa beasiswa dengan anak 3. Akhirnya saya terpaksa menjadi imam di masjid swasta yang punya peternakan ayam, dengan gaji 1000 real,” katanya pada sebuah video di facebook Berkah Kyai (29/8).

Alhasil, Kiai Said menjadi imam yang tidak lillahitaala, karena tujuannya ingin menyambung hidup. Tetapi, semua Allah yang mengatur, dengan Buya menjadi imam, Ia menjadi terkenal. Kalau hanya sebatas mahasiswa saja, mungkin Kiai Said tidak akan terkenal dikalangan para TKI.

“Ada TKI yang rajin sholat di belakang saya, Abdul Hamid dari Kuningan masih saudara dengan H Sulaiman yang sahabatnya Gus Dur. Tahun itu naik haji H Sulaiman, ceritalah Abdul Hamid, mampir ketempat saya, setelah pulang H Sulaiman cerita ke Gus Dur, Gus Dur umrah mampir ke saya,” ceritanya.

“Jadi, seandainya saya tidak jadi iman, belum tentu secepat itu saya kenal dengan Gus Dur,” lanjutnya menceritakan.

Ketika Gus Dur Umrah dengan rombongan, Gus Dur tidak mau tinggal di hotel. Beliau ingin di rumah Kiai Said, 24 jam mengobrol, membahas semua hal dan di situ Kiai Said baru tahu kedalaman ilmu Gus Dur dan cara berpikirnya beliau.

“Kalau NU mau maju cara berpikir harus diubah, ini ada anak lagi S3, nanti kalau pulang akan mengubah cara berpikir mainstream, jadi saya belum pulang nama saya sudah dikenal di PBNU,” jelasnya.

Ketika Kiai Said pulang ke Indonesia pada tahun 1994, Ia mengikuti muktamar NU di Cipasung karena diajak Gus Dur. Pandangan baru berdatangan dari Kiai Said, melihat kondisi muktamar yang panas dan mengerikan serta adanya peserta muktamar yang bukan dari pengurus NU.

“Baru tahu itu muktamar yang sangat panas mengerikan, tapi saya melihat Gus Dur tenang, percaya diri. Sedikit pun tidak takut. Padahal waktu itu kiai diancam jangan milih Gus Dur, ABG (asal bukan Gus Dur). Jadi peserta muktamar itu adakalanya kiai atau peserta dengan rasa takut,” ucapnya.

“Atau yang paling konyol peserta muktammar bukan pengurus NU. Waktu itu ada Kasospol, pake baju koko sarung dan kopiah hitam, padahal bukan pengurus NU itu,” lanjutnya menceritakan.

Selesai dari muktammar di Cipasung, tekanan-tekanan yang ada malah membuat nama Gus Dur menjadi semakin besar. Terakhir, Kiai Said menegaskan bahwa jika Allah sudah membesarkan nama manusia itu sangat luar biasa. Siapapun orangnya pasti menghargai Gus Dur.

“Tapi alhamdulillah muktamar Cipasung malah membesarkan Gus Dur yang luar biasa ditindas, ditekan, diancam, semakin Gus Dur itu besar. Yang non musim, kejawen, sekuler, abangan, semua menghargai Gus Dur,” jelasnya.

“IMF waktu pak Harto tanda tangan dia menteng-teng, tapi datangi Gus Dur ke Ciganjur, sepatunya dilepas dan salamannya bungkuk. Orang luar negeri pun dengan Gus Dur tunduk. Semua akhirnya dateng ke Ciganjur, pak SBY dan lain-lain,” pungkasnya.

Sumber: Jorgy Yusuf Dakwah NU

2 KOMENTAR

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here