Kang Ahsin Menurut Kedua Kakaknya

0
259

KHASKEMPEK.COM“Kita bisa melihat Kang Ahsin dari sisi hayatihi, halihi wa-barakatihi”.

Kakaknya KH. M. Musthofa Aqiel Siroj ngendiko “Apamaning sakite, warase bae sakit”.

Beliau meneruskan, Kang Ahsin muddata hayatihi, wong kang ora bisa mlumah, turon miring bae, tetapi tetep nerima lan sabar.

Tiap hari kesibukannya hanya mulang, ngimami, maca Qur’an, lan nderes kitab.

Beliau tidak mondok ke Arab, atau Mesir, hanya mengaji pada Kiai Aqiel (ayahandanya) dan pada Wa Umar (KH. Umar Sholeh), akan tetapi ketika ada makna kitab yang ruwet (susah), justru bertanya kepada Kang Ahsin.

Itulah yang disebut futuh, “Al-Futuh min-Allah, la min al-Kutub”, sehingga hidupnya berkah dan terhormat, demikian Kang Muh menutup pembicaraannya.

Berbeda dengan Kiai Musthofa, kakaknya, Prof. DR. KH. Said Aqiel Siroj mengungkapkan bahwa akhina al-Aziz, Kang Ahsin sekarang sudah dalam Ruh Universal.

Kita ingat, janji primordial manusia ketika ditanya Tuhan mengenai Robbnya, mereka mengakui dengan menjawab “Balaa Syahidnaa”, itu namanya ruh universal.

Orang yang sudah wafat dan husnul khotimah, ruh parsialnya akan kembali ke ruh universal. Kita harus yakin, bahwa kelak kita semua akan husnul khotimah, Aamien.

Orang yang hidup, ruhnya masih Juz’iyyah belum Kulliyah, kita yang hidup masih mahjub.

Kemudian Buya Said melanjutkan penjelasannya dengan mengatakan bahwa manusia mengemban dua amanah, yakni :

Pertama ; Amanah Ilaihiyah – Samawiyah – Muqoddasah yaitu al-Dien, agama.

Amanah yang kita emban suci dari langit, dari Allah, berupa al-Dien, isinya Aqidah dan Syari’ah.

Kita mengaji, berilmu agar kita mengetahui Aqidah dan Syari’ah yang benar.

Di zaman hedonistik, egoistik banyak yang menganggap agama sudah tidak dibutuhkan lagi.

Padahal semua manusia didalam hatinya pasti akan butuh keyakinan agama.

Contoh orang yang sedang menanam, pasti suatu saat ia akan berkata ” Ya Gusti, ya Tuhan ! jagalah tanaman ini.”

Secara naluri, pada saatnya mereka akan beragama menurut fithrahnya.

Dongeng serta riwayat mengenai Nabi Muhammad Saw dari mulai dawuhnya, perilakunya, sikapnya, diamnya, bagaimana dalam hidup berkeluarga, bagaimana menjadi pemimpin, semua akan menjadi Sunnah, sebagai tuntunan beragama.

Kedua ; Amanah Waqi’iyah – Insaniyah – Ardliyah.

Amanah ini berisi mengenai Tsaqofah dan Hadloroh. Sehingga orang yang pinter akan disebut mutsaqqofien dan orang yang berbudaya dan termasuk contoh orang kaya disebut mutahaddlier.

Nah ketika keduanya ada, maka akan menjadi mutamaddien.

Dulu Nabi Muhammad Saw di Madinah membangun masyarakat seperti itu, yakni Mutamaddien.

Demikian yang disampaikan oleh Buya Said.

Disarikan dengan beberapa penyesuaian pada acara Tahlil Haul ke-7 al-Maghfurlah KH. Ahsin Syifa Aqiel Siroj.

Wallahu a’lam.
NKT.25.01.22

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here