KHASKEMPEK.COM – Pondok Pesantren Putri Al-Munawwiroh Kempek Cirebon akan menggelar Haul Pendiri Pesantren, yakni Al-Marhumah Nyai Hj Hindun Munawwir. Haul akan dilaksanakan pada hari Rabu, tanggal 13 Juli 2022 M. atau yang bertepatan dengan tanggal 13 Dzul Hijjah 1443 H.
Untuk mengenang Al-Maghfurlaha Nyai Hj Hindun Binti Al-Marhum Mbah KH Munawwir Abdullah Rosyad, Pesantren Krapyak Yogykarta, berikut ini rangkuman lengkap tentang beliau yang dikutip dari berbagai sumber.
Profil Nyai Hindun Munawwir
Nyai Hindun lahir di Yogyakarta. Beliau adalah putri dari KH Muhammad Munawwir pendiri Pondok Pesantren Krapyak, Yogyakarta dari istri Nyai Hj. Salimah, Wonokromo, Yogyakarta.
Sewaktu masih kecil, beliau dididik langsung oleh Mbah Munawwir tentang ilmu Al-Qur’an dan ilmu-ilmu agama Islam yang lainnya. Setelah beranjak dewasa, Nyai Hindun menikah dengan santri ayahandanya yaitu, Kiai Yusuf Harun, yang merupakan putra KH Harun Abdul Jalil Pendiri Pondok Pesantren Kempek Cirebon.
Kemudian beliau ikut sang suami menetap di Pesantren Kempek Cirebon dan membantu Kiai Yusuf mengajar ngaji kepada para santri. Lantas, atas izin suami, Nyai Hindun mendirikan Pondok Pesantren Putri, yang waktu itu masih belum ada pesantren putri di Kempek.
Dari pernikahan Nyai Hindun Munawwir dengan Kiai Yusuf Harun, lahirlah putri tunggal beliau yang bernama Nyai Jazilah Yusuf, yang menjadi pengasuh Pondok Pesantren Putri Al-Munawwiroh Kempek, Cirebon sampai sekarang.
Nyai Hindun Munawwir Mengajar Al-Qur’an
Di pesantren yang didirikan oleh Mbah Harun ini, beliau memperkenalkan dan mengajarkan Al-Qur’an kepada santri-santri putri dengan metode yang sama persis, yang didapatkan langsung dari Kiai Munawwir, ayahanda sekaligus gurunya.
Salah satu metode tersebut adalah bahwa, dari dulu sampai sekarang, di Kempek, setiap santri mengaji dimulai dari hafalan Surat Al-Fatihah, lantas Doa Tahiyyat, kemudian Surat An-Nas sampai Surat An-Naba’ (Juz ‘Amma bil hifdzi).
Setelah dua kali mengkhatamkan hafalan Juz ‘Amma atau Juz 30, para santri akan melanjutkan dengan mengaji Al-Qur’an yang dimulai dari Surat Al-Fatihah, diteruskan ke Surat Al-Baqarah sampai khatam, yakni Surat An-Nas (Al-Qur’an bin nadzor).
Dengan demikian, santri putri yang mengaji Al-Qur’an di Kempek itu secara otomatis sanadnya tersambung sampai ke KH Muhammad Munawwir Krapyak. Yaitu lewat jalur Nyai Jazilah Yusuf yang mengaji Al-Qur’an dari Nyai Hindun Munawwir dan Nyai Hindun belajar langsung dengan ayahandanya, Mbah Munawwir.
Nyai Hindun Munawwir Wafat di Makkah
Dalam satu kesempatan, Nyai Hj Jazilah Yusuf yang merupakan putri tunggal beliau, pernah bercerita bahwa ibunya itu wafat ketika sedang menunaikan ibadah haji di Makkah. “Mimie isun wafat ning tanah Arafah, tanggal 8 Dzul Hijjah,” tutur Nyai Jazilah atau Bude Jazil.
Sambil berjemur matahari pagi di depan rumah, di atas kursi roda, setelah jalan-jalan keliling kampung, ditemani santri, Nyai Hj Jazilah melanjutkan ceritanya, “Ibu berangkat haji sekitar tahun 1971 bersama Kiai Dalhar, adik dari Nyai Hindun, Krapyak, Yogyakarta.
“Dulu ketika saya berangkat haji, saya ingin berziarah langsung di tempat jasad ibu bersemayam. Saya sudah bersiap-siap menuju maqbaroh. Tetapi oleh seorang kiai, saya dilarang, lebih baik berdoa saja di sini, di dalam tenda,” tutur Nyai Jazilah sambil menatap ke depan, mengenang masa itu.
Diceritakan oleh seorang alumni bahwa, sebelum berangkat haji, Nyai Hindun menanam bunga di pot. Terus, beliau berpesan kepada putrinya, yaitu Nyai Jazilah, agar bunga itu selalu disiram, karena bunga itu adalah pertanda keadaannya Nyai Hindun.
Jadi, kalau bunga itu terus hidup dan segar berarti Nyai Hindun dalam keadaan sehat wal ‘afiat dan pasti, beliau akan pulang lagi. Tapi kalau bunga itu mati, berarti Nyai Hindun wafat di sana, di Makkah.
Karena tidak ingin ibunya meninggal, maka Nyai Jazilah tiap hari menyiram bunga tersebut, agar tetap hidup dan segar. Namun takdir berkehendak lain, walaupun tiap hari bunga tersebut disirami, lama kelamaan bunganya tambah layu kian layu, kering dan akhirnya mati. Itu berarti Nyai Hindun wafat di sana dan tak akan kembali pulang ke Kempek untuk selamanya.
Diceritakan oleh Nyai Hj Daimah Nashir bahwa, sewaktu Kiai Said Aqil mesantren di Krapyak, Yogyakarta, Kang Said diperintah oleh kiainya agar pulang ke rumah untuk memberikan kabar kepada keluarga besar Pesantren Kempek tentang wafatnya Nyai Hindun di Makkah.
Amalan dari Nyai Hindun Munawwir
“Orang hafal Al-Quran, mengamalkan isi kitab Majmu’ dan Mudzakarat, insya Allah menjadi orang shalihah”. Demikian pesan Kiai Munawwir Krapyak kepada putrinya, Nyai Hindun, sebagaimana keterangan yang dikutip dari Biografi KH Muhammad Munawwir Krapyak, Yogyakarta.
Diceritakan oleh salah satu alumni yang dulu pernah ngaji langsung dengannya, pada saat itu, Nyai Hindun dipanggil oleh santri-santri putri dengan panggilan “Bude Hindun”.
Banyak amalan-amalan Bude Hindun yang disampaikan kepada santri-santri putri untuk diamalkan, yaitu diantaranya adalah; membaca Surat Al-Fatihah dan Ayat Kursi 7 kali ba’da shalat Maghrib. Kemudian ba’da shalat Shubuh dan Ashar membaca Asmaul Husna.
Konon, Asmaul Husna ini dibawa langsung oleh Bude Hindun dari Krapyak, kemudian disampaikan dan diamalkan untuk dibaca bersama santri putri dengan teks dan nada yang khusus. Dimana Asmaul Husan tersebut tetap dipraktikkan oleh santri putri sampai sekarang.
Teks Asmaul Husna dari Nyai Hindun Munawwir
بِـسْمِ اْلإِلَـهِ وَ بِهِ بَـدَأْنَا # وَلَوْ عَبَدْنَا غَيْرَهُ لَـشَقِـيْن
يَا حَبَّذَا رَبًّا وَحُبَّ دِيْنًا # وَحَبـَّـذَا مَحَـمَّدٌ هَـادِيْـنَـا
لَـوْلَاهُ مَـا كُـنَّا وَ لَا بَـقِـيْنَـا
اَللَّهُ لَوْ لَا أَنْـتَ مَا اهْتَـدَيْنَـا # وَ لَا تَصَدَّقْنَـا وَلَا صَلَّـيْنَا
فَأَنْـزِلَنْ سَكِــيْنَـةً عَلَـيْنَا # وَ ثَـبِّتِ الْأَقْدَامَ إِنْ لَاقَـيْـنَا
نَـحْنُ الْأُوْلَى جَاءُوْكَ مُسْلِمِيْنا
وَالْمُشْرِكُـوْنَ قَدْ بَغَوْا عَلَيْنَا # إِذَا أَرَادُوْا فِتْـنَـةً أَبَـيْـنَـا
وَقَدْ تَدَاعَى جَـمْعُهُـمْ عَلَيْنَـا # طِبْـقَ الْأَحَادِيْـثِ الَّتِي رَوَيْنَـا
فَارْدُدْهُـمُ اللَّهُـمَّ خَاسِرِيْنَا
اَللَّهُ يَا رَحْـمَنُ يَا رَحِـيْمُ # اَللَّهُ يَا حَيُّ وَ يَا قَـيُّـوْمُ
اَللَّهُ يَا قَـوِيُّ يَا قَـدِيْــمُ # اَللَّهُ يَا عَلِـيُّ يَا عَـظِـيْـمُ
لَا يَنْـبَغِيْ لِلْـقَـوْمِ أَنْ يَعْـلُوْنَا
اَللَّهُ يَا لَـطِـيْـفُ يَا عَلِـيْمُ # اَللَّهُ يَا رَءُوْفُ يَا حَكِـيْمُ
اَللَّهُ يَا تَـوَّابُ يَا حَـلِـيْمُ # اَللَّهُ يَا وَهَّابُ يَا كَـرِيْـمُ
هَبْنَا الْعُـلَا وَاجْعَلْ عِدَانَا الدُّوْنَا
اَللَّهُ يَا مَالِـكُ يَـا مُـنِـيْرُ # اَللَّهُ يَا مَلِيْـكُ يَا قَـدِيْـرُ
اَللَّهُ يَا مَوْلَى وَيَا نَصِـيْرُ # اَللَّهُ أَنْتَ الْمَلِكُ الْـكَبِـيْرُ
لَيْـسَ عِدَانَا لَكَ مُعْـجِـزِيْنَـا
اَللَّهُ يَا شَاكِـرُ يَا شَـكُوْرُ # اَللَّهُ يَا عَفُـوُّ يَا غَفُـوْرُ
اَللَّهُ يَا عَالِـمُ يَا خَـبْـيْرُ # اَللَّهُ يَا فَـتَّاحُ يَا بَـصِـيْرُ
لَا تَحْـرِمَنَّ فَـتْـحَـكَ الْمُبِـيْـنَا
اَللَّهُ يَا ظَاهِرُ يَا جَلِيْـلُ # اَللَّهُ يَا بَاطِنُ يَا وَكِـيْـلُ
اَللَّهُ يَا صَادِقُ يَا جَـمِيْلُ # اَللَّهُ يَا حَافِـظُ يَا كَـفِـيْلُ
كُـنْ حَافِـظًا لَنَـا وَكُـنْ مُعِـيْنَـا
اَللَّهُ يَـا غَـنِيُّ يَـا حَـمِـيْدُ # اَللَّهُ يَـا مُغْـنِى وَ يَا رَشِيْـدُ
اَللَّهُ يَـا مُبْـدِئُ يَـا مُـعِـيْدُ # اَللَّهُ يَـا عَزِيْــزُ يَـا مَـجِـيْـدُ
لِـعِـزِّكَ التَّـوْحِيْدُ يَشْكُـو الْـهُوْنَـا
اَللَّهُ يَـا قَادِرُ يَـا مُـقْـتَدِرُ # اَللَّهُ يَـا قَاهِرُ يَـا مُـؤَخِّـرُ
اَللَّهُ يَـا فَاطِـرُ يَا مُصَـوِّرُ # اَللَّهُ يَا مُحْـصِي وَ يَا مُدَبِّـرُ
دَبِّـرْ لَـنَا وَ دَمِّـرِ الْـعَـادِيْنَـا
اَللَّهُ يَـا دَائِـمُ لَا يَـمُــوْتُ # اَللَّهُ يَا قَائِـمُ لَا يَـفُـوْتُ
اَللَّهُ يَا مَحْيِيْ وَيَا مُمِيْتُ # اَللَّهُ يَا مُغِـيْثُ يَا مُقِـيْـتُ
كُنْ غَوْثَـنَا وَ حِصْنَـنَا الْحَصِيْنَـا
اَللَّهُ يَا بَاسِطُ أَنْـتَ الْـوَاسِعُ # اَللَّهُ يَا قَابِضُ أَنْـتَ الْمَانِـعُ
اَللَّهُ يَا خَالِـقُ أَنْتَ الْـجَـامِـعُ # اَللَّهُ يَا خَافِضُ أَنْتَ الرَّافِـُع
اِرْفَـعْ مَعَالِيْنَـا لِـعِـلِّـيِّـيْـنَـا
اَللَّهُ ذُو اْلمَعَـارِجِ الرَّفِـيْـعُ # اَللَّهُ يَا وَافِي وَ يَا سَرِيْـعُ
اَللَّهُ يَا كَافِـى وَ يَا سَـمِـيْـعُ # يَا نُوْرُ يَا هَادِي وَ يَا بَدِيْـعُ
أَدَّبْـتَنَـا بِمَا جَـرَى يَكْـفِـيْنَـا
اَللَّهُ ذُو الْجَـلَالِ وَ الْإِكْـرَامِ # اَللَّهُ ذُو الطَّوْلِ عَلَى الـدَّوَامِ
اَللَّهُ يَا ذَا الْـفَضْلِ وَ الْإِنْـعَامِ # وَالسَّيِّدُ الْمُطْلَقُ لِـلْأَ نَامِ
اِرْحَمْ عَبِـيْدًا لَكَ عَابِدِيْنَـا
اَللَّهُ يَا أَ وَّ لُ أَنْـتَ الْـوَاحِدُ # اَللَّهُ يَا آخِـرُ أَنْتَ الـرَّاشِـدُ
يَا وِتْـرُ يَا مُتَكَبِّرُ يَا وَاجِدُ # يَا بَرُّ يَا مُتَـفَـضِّلُ يَا مَاجِـدُ
بِـفَـضْلِكَ اقْـبَلْنَـا عَلَى مَا فِـيْـنَـا
اَللَّهُ يَا مُبِـيْنُ يَـا وَدُوْدُ # اَللَّهُ يَا مُحْيْـطُ يَـا شَهِـيْـدُ
اَللَّهُ يَا مَتِـيْـنُ يَا شَدِيْدُ # يَا مَنْ هُوَ الْفَعَّـالُ مَا يُرِيْـدُ
إِنَّا ضِعَـافٌ لَكَ قَـدْ لَـجَـأْنَا
اَللَّهُ يَا مُـعِـزُّ يَا مُـقَـدِّمُ # اَللَّهُ يَا مُـذِلُّ يَا مُنْـتَـقِـمُ
اَلْبَادِئُ الْبَاقِي فَلَا يَنْعَدِمُ # اَلْمُحْسِنُ الْوَالِى الْحَفِيْظُ الْأَكْرَمُ
لَيْسَ لَنَـا سِوَاكَ مَنْ يَـحْمِيْـنَـا
اَللَّهُ يَا وَارِثُ أَنْتَ الْأَبَـدُ # اَللَّهُ يَا بَاعِـثُ أَنْـتَ الْأَحَـدُ
يَا مَالِكَ الْمُلْكِ الْإِلَـهُ الصَّمَدُ # لَا كُـفُـؤٌ لَا وَالِـدٌ لَا وَلَــدُ
كُـفَّ الْـعِـدَا عَنَّـا فَـقَـدْ أُوْذِيْـنَا
اَللَّهُ يَا غَالِـبُ يَـا قَـهَّـارُ # اَللَّهُ يَا نَافِـعُ أَنْـتَ الضَّارُّ
اَللَّهُ يَا بَارِئُ يَا غَـفَّـارُ # يَا رَبِّ يَا ذَا الْقُـوَّةِ الْجَبَّارُ
قَـوِّمْ لَنَـا الـدُّنْـيَا وَ قَـوِّ الدِّيْـنَا
اَللَّهُ رَبُّ الْـعِــزَّةِ الـسَّــلَامُ # اَلْمُـؤْمِنُ الْمُهَيْـمِنُ الْـعَـلَّامُ
ذُوالرَّحْمَةِ الْأَعْلَى الْأَعَزُّ التَّامُّ # مَنْ دِيْـنُهُ الْحَـقُّ هُوَ الْإِسْلَامُ
قَـيِّـضْ لَـهُ اللَّـهُـمَّ نَاصِرِيْنَـا
اَللَّهُ أَنْتَ الْمُتَـعَالِى الْحَـكَـمُ # اَلْفَرْدُ ذُوالْعَرْشِ الْوَلِيُّ الْأَحْكَـمُ
اَلْغَافِرُالْمُعْطِ الْجَوَادُ الْمُنْعِمُ # اَلْعَادِلُ الْـعَدْلُ الصَّبُوْرُ الْأَرْحَمُ
مَكِّـنْ لَنَـا فِيْ أَرْضِنَـا تَمْكِـيْـنَـا
اَللَّهُ يَا قُـدُّوْسُ يَـا بُـرْهَـانُ # يَـا بَارُّ يَا حَنَّـانُ يَـا مَنَّـانُ
يَا حَـقُّ يَا مُـقْـسِطُ يَا دَيَّـانُ # تَبَارَكَتْ أَسْمَاءُكَ الْحِسَانُ
بِهَا قَرَعْنَـا بَـابَـكَ الْمَـصُـوْنَـا
اَللَّهُ يَا خَـلَّاقُ يَا حَـبِـيْــبُ # اَللَّهُ يَـا رَزَّاقُ يَا حَسِـيْـبُ
اَللَّهُ يَا قَـرِيْبُ يَـا رَقِــيْـبُ # اَلْمُسْتَعَانُ السَّامِعُ الْمُجِيْـبُ
إِنَّا دَعَوْنَاكَ اسْـتَـجِـبْ آمِـيْنَـا
Kisah Nyai Hindun Munawwir yang Bersahaja
Ini kisah Nyai Hindun Munawwir yang dikutip dari cerita seorang alumni dan ditulis ulang oleh putranya, Kang Moh Rizki Yahya. Sungguh kisah ini sangat bersahaja, menginspirasi, motivasi dan penuh dengan nasihat yang bermanfaat. Berikut ceritanya:
Malam ini istimewah bagi saya, karena mimi bercerita tentang Nyai. Hindun binta KH Munawwir Krapyak, Yogyakarta.
Nyai Hindun sosok wanita yang tinggi dan berwajah bersih. Tutur mimi. Kenangan yang tidak bisa dilupakan dari Nyai Hindun, yakni dalam keadaan apapun beliau selalu membuat Syiir.
Sewaktu ada teman mimi memakai lipstik dan bedak, beliau memanggil santri tersebut. Kemudian beliau menyuruh santri untuk membantu memasak di dapur, ditengah-tengah memasak lah, beliau menasihati santri putri tersebut yang memakai bedak dan lipstik.
“Santri putri ingkang manggen pondok Kempek, boten kenging ngangge sekajenge dewek. Kedah nderek dateng napa perarturan, boten kenging ngangge benges lan pupuran”.
“Santri putri yang menjadi santri kempek, tidak boleh seenaknya sendiri. Harus mengikuti peraturan, tidak boleh memakai lipstik dan bedak”.
Para santri putri Kempek, setelah Ashar memasuki tajug (mushola) untuk mulai mengaji. Khusus untuk pelajaran Al-Qur’an dan Tauhid yang mengajar Ibu Nyai Hindun binta KH Munawir Krapyak.
Ada syair khusus yang dikarang oleh Nyai Hindun Munawwir:
“Sak wise roh copot ing badan nuli den atur aken pengeran.
Sak wise perikso dawuh pengeran, turuna maning kok deleng badan.
Nuli den dedusi raga den gotong diroyong-royong sekabeh uwong”.
Semua santri putri Kempek membaca syair di atas, suara ramai dan sahut menyahut. Bila Ibu Nyai Hindun memasuki tempat mengaji seketika tidak ada satupun suara.
Tapi bila Ibu Nyai Hindun sudah mengketok penjalin yang dipegang. Tok…tok…tok… Suara santri putri Kempek bak seperti banjir bandang datang.
Ibu Nyai Hindun mendengar lalaran, sambil memejamkan mata. Satu persatu santri putri maju untuk menyetorkan hasil hafalan Al-Qur’an dan Nadhom.
Bila ada santri putri yang tidak lalaran, beliau tidak mau menerima setoran santri putri tersebut. Padahal Ibu Nyai Hindun tidak ikut serta dari awal, tetapi beliau mengetahui satu persatu santri putri yang tidak ikut lalaran.
Dan berapapun lirihnya suara santri putri mengaji dan jauh jaraknya, beliau mendengar bila santri putri tersebut salah dalam melafadzkan Al-Qur’an.
Beliau paling tidak suka bila ada santri putri yang tidak sholat, beliau langsung menegur santri putri tersebut. “Ndu, sembahyang aja sampe ora sembahyang, soale aku ya olih kiriman dosane sampeyan sing ora sembahyang. Soale sampean turu lan mangane ning tempte isun”.
“Nak, shalat lah! Jangan sampai tidak shalat. Karena aku akan mendapatkan kiriman dosa dari kamu yang tidak shalat, karena kamu tidur dan makan di tempatku,” tutur beliau.
Nyai Hindun binta KH Munawir Krapyak, Alfatihah.
