Kiai Ahsin Sakho: KH. Umar Sholih Kempek Itu Wali Min Awliya’illahi Ta’ala

0
592

KHASKEMPEK.COM – DR. KH. Ahsin Sakho Muhammad : Mbah KH. Umar Sholih bin KH. Harun Kempek Cirebon Jabar : WALI MIN AWLIYA’ILLAHI TA”ALA. Oleh : Munawir Amin.

“Abdullah bin Umar, sahabat Kanjeng Nabi Muhammad Saw itu, saat menghafalkan surat Al-Baqoroh membutuhkan waktu selama 8 (delapan) tahun. Setelah hafal, Abdullah bin Umar melakukan aksi syukuran dengan menyembelih seekor unta gemuk”, demikian ujar Dr. KH. Ahsin Sakho Muhammad mengawali taushiyah Haul KH. Umar Sholih bin KH. Harun di Pondok Pesantren Kempek Cirebon Jabar, hari Rabu 13 Juli 2022 pukul 20.30. WIB.

“Setelah mengkhatamkan sejumlah santri putri, baik khotmil qur’an bin nadzor, khotmil qur’an bil ghoib, dan khotmil juz amma, hari ini Rabu 13 Juli 2022 Pondok Pesantren Kempek Cirebon Jabar melaksanakan tasyakkur sekaligus tahlil dan doa memperingati haul KH. Umar Sholih bin KH. Harun”, terang Abah Ahsin, panggilan beliau, Dr. KH. Ahsin Sakho Muhammad.

Berkenaan dengan haul, pertama : mendoakan, ini yang maksud dengan “aw waladin sholihin yad’u lahu – atau anak sholih yang mendoakan kedua orang tuanya”. Begitu pula diakhir surat Nuh disebutkan :

رَّبِّ ٱغْفِرْ لِى وَلِوَٰلِدَىَّ وَلِمَن دَخَلَ بَيْتِىَ مُؤْمِنًا وَلِلْمُؤْمِنِينَ وَٱلْمُؤْمِنَٰتِ وَلَا تَزِدِ ٱلظَّٰلِمِينَ إِلَّا تَبَارًۢا

“Ya Tuhanku, Ampunilah aku, ibu bapakku, orang yang masuk ke rumahku dengan beriman dan semua orang yang beriman laki-laki dan perempuan. Dan janganlah Engkau tambahkan bagi orang-orang yang zalim itu selain kebinasaan”.

Ini juga berarti doa untuk orang tua, dan orang-orang yang pernah masuk ke rumah dengan keadaan beriman.

Abah Ahsin menerangkan bahwa haul itu juga berkaitan dengan hubungan ruhaniyah, bahwa semua mukmin semuanya adalah ikhwah. Sebagai sesama saudara, ikhwah kita dianjurkan untuk membaca manaqib, menceritakan kebagusan-kebagusane, nilai-nilai kesholihan, nilai-nilai ketaqwaan, nilai-nilai zuhud, nilai-nilai qonaah. Abah Ahsin menyampaikan surat Lukman ayat 15 sebagai dalil atas pernyataannya itu.


وَاتَّبِعْ سَبِيْلَ مَنْ أَنَابَ إِلَي

“Ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku!”.

Dan Mbah Kyai Harun dan Mbah Kyai Mbah Umar, demikian kata Abah Ahsin, termasuk “Man Anaba Ilayya”, orang yang telah kembali pada Gusti Allah Swt. “Kenapa ?”, tanya Abah Ahsin, “Karena Mbah Umar sanggup melaksanakan semua jalan Tuhan ; melakukan sholat berjamaah berpuluh-puluh tahun, tidak pernah absen, selalu tepat waktu, memakai pakaian sangat terhormat, dan semua dilakukan dengan cara yang baik”, kata Abah Ahsin menggambarkan KH. Umar Sholih Kempek.

“Orang yang selalu menyenangkan Gusti Allah”, lanjut Abah Ahsin, “Gusti Allah akan memberikan kesenangan orang itu. Bagaimana menyenangkan Gusti Allah itu?, Mbah Umar mengajar Al-Quran, dan tamatannya dijamin makhrojnya bagus”, kata Abah Ahsin.

“Salah satu cara Mbah Umar mengajar Al-Qur’an”, ujar Abah Ahsin, “jika santri membaca Al-Qur’an makhrojnya tidak bagus akan disabet (dipukul dengan kayu kecil, red). Itu dilakukan oleh Mbah Umar dengan hati dan ikhlas”, urai Abah Ahsin.

“Dulu, di Mekkah”, Abah Ahsin bercerita. “Ada dua orang santri belajar menghafal Al-Qur’an pada seorang Syekh. Mereka berasal dari Indonesia dan dari Malaysia. Santri yang berasal dari Indonesia tidak terlalu kesulitan dalam mengucapkan makhorijul huruf dan setoran menghafal Al-Qur’an. Sementara santri yang berasal dari Malaysia, selain kesulitan setoran menghafal Al-Quran, juga kesulitan mengucapkan makhorijul huruf yang bagus. Karena agak kesulitan”, kata Abah Ahsin, “Syekh lalu menyabet (memukul dengan kayu kecil) santri yang berasal dari Malaysia ini, dan mungkin karena terlalu keras, badannya berdarah, langsung dilarikan ke Rumah Sakit. Syekh menyusul ke Rumah Sakit dan meminta maaf atas tindakannya menyabet santri dari Malaysia itu. Sebaliknya santri dari Malaysia menangis karena justeru gurunya yang malah meminta maaf. Padahal tindakan gurunya menyabet, diakibatkan kebebalan dirinya dalam mengucapkan makhorijul huruf”, cerita Abah Ahsin.

“Setelah sembuh”, Abah Ahsin melanjutkan cerita, “Santri dari Malaysia itu tiap kali setoran menghafal Al-Qur’an berusaha betul-betul agar sesuai dengan makhorijul hurufnya. Dan aneh bin ajaib”, kata Abah Ahsin, “Santri dari Malaysia itu malah mampu mengungguli santri dari Indonesia”, pungkas Abah Ahsin mengakhiri cerita.

Abah Ahsin melanjutkan manaqib atau kisah kebagusan KH. Umar Sholih Kempek. Kata Abah Ahsin, “Mbah Umar juga orang yang tidak pernah menyakiti orang lain, omongannya bagus. Tipikal model seperti ini, kalau menurut Al-Quran adalah WALI min Awliya’illah ta’ala. Kenapa?, karena Mbah Umar adalah Ulama yang mengamalkan ilmunya. Alim dan amil, terutama ilmu membaca Al-Qur’an”, terang Abah Ahsin.

“Saking hati-hatinya Mbah Umar, bacaan Al-Qur’an dari gurunya betul-betul diperhatikan. Tasydid di bacaan Tahiyat saja, yang menurut kitab Safinah jumlahnya ada sekian, oleh Mbah Umar diperhatikan betul, apalagi bacaan Al-Quran. Al-Qur’an itu bahasanya indah, isinya indah, dan dibacanya juga harus indah”, urai Abah Ahsin, “Dan Al-Qur’an mengistilahkan hal ini dengan sebutan “bi lisanin Arabiyyin Mubin” / dengan bahasa Arab yang jelas”, terang Abah Ahsin.

“Mbah Umar itu pasti masuk sorga”, kata Abah Ahsin, “Karena Mbah Umar selalu menyenangkan Gusti Allah dan Kanjeng Nabi Muhammad Saw dengan berkhidmah pada al-Qur’an. Kanjeng Nabi Muhammad Saw pernah bersabda :


خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ القُرْآنَ وَعَلَّمَ

“Sebaik-baik kalian adalah orang yang belajar Al-Qur’an dan orang yang mengajar Al-Quran”.

Katanya Al-Quran itu dijaga oleh Allah Swt. memang betul Al-Quran itu dijaga oleh Allah Swt. Al-Qur’an surat Al Hijr ayat 9 telah menjelaskan hal ini :


إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا ٱلذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُۥ لَحَٰفِظُونَ

Artinya: Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.

Meski Al-Qur’an sudah dijaga oleh Allah Swt, Mbah Kyai Umar berupaya selalu menjaga mutu bacaan Al-Quran. Cara membaca ini bagaimana, cara membaca ini bagaimana, seperti itu kira-kira.


اَلْمَاهِرُ بِالْقُرْآنِ مَعَ سَفَرَةِ الْكِرَامِ الْبَرَرَةِ

Orang yang mahir al-Qur’an akan bersama para malaikat yang bagus-bagus.

Keuntungan menjadi santrinya Mbah Kyai Umar adalah Mbah Kyai Umar itu sanadnya muttasil sampai ke Kanjeng Nabi Muhammad Saw, melalui gurunya Mbah Munawwir Krapyak Yogyakarta, soko guru sanad Al-Qur’an, mondok selama 4 (empat) tahun. Mbah Munawwir bin Abdillah Rosyad itu mondok di Mekkah menghafalkan Al-Qur’an sampai pernah mengeluarkan darah dari mulutnya.

Mbah Kyai Umar itu magnetnya besar. Saat Mbah Kyai Umar wafat, ribuan orang yang melayatnya. Ada orang Cina bertanya, “Orang macam apa itu?” begitu terkenal Mbah Kyai Umar. Orang itu ada yang masyhurun fil ardhi wa masyhurun fis sama’i, terkenal di bumi dan terkenal di langit. Atau setidak-tidaknya masyhurun fis sama’i, terkenal di langit.

Pondok pesantren yang ditinggalkan Mbah Kyai Umar sudah dititipkan pada Gusti Allah Swt, sebagaimana doa Nabi Ibrahim yang tertulis dalam surat Ibrahim ayat 37 :


رَّبَّنَآ إِنِّىٓ أَسْكَنتُ مِن ذُرِّيَّتِى بِوَادٍ غَيْرِ ذِى زَرْعٍ عِندَ بَيْتِكَ ٱلْمُحَرَّمِ رَبَّنَا لِيُقِيمُوا۟ ٱلصَّلَوٰةَ فَٱجْعَلْ أَفْـِٔدَةً مِّنَ ٱلنَّاسِ تَهْوِىٓ إِلَيْهِمْ وَٱرْزُقْهُم مِّنَ ٱلثَّمَرَٰتِ لَعَلَّهُمْ يَشْكُرُونَ

Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebahagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, ya Tuhan kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezekilah mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur.

Seperti inilah cara Gusti Allah memulyakan orang yang menyenangkan-Nya, dengan berkhidmah pada Al-Quran, dengan tetap melestarikan tinggalannya, yaitu berupa pondok pesantren.

Demikian, wallahu A’lam.

Kertasemaya – Indramayu – Jabar, Kamis, 14 Juli 2022 / 14 Dzul Hijjah 1443 H

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here