Ngaji Tafsir Al-Jilani Bersama Syekh Fadhil dan Kiai Musthofa: QS. Al-A’raf Ayat 24-31

0
668

KHASKEMPEK.COM – Bulan Ramadhan adalah bulan yang penuh keberkahan yang tidak hanya dirasakan oleh sejumlah masyarakat, melainkan dirasakan pula oleh para santri di Pondok Pesantren KHAS Kempek Cirebon.

Salah satunya adalah dengan digelarnya pengajian online Kitab Tafsir Al-Jilani, yang dirawuhi langsung oleh Syekh Fadhil Al-Jilani, cucu ke 25 dari Syekh Abdul Qadir Al-Jilani, dan dijelaskan kembali oleh KH. Musthofa Aqiel Siroj.

Pada kesempatan kali ini beliau menerangkan tentang Surat Al-A’raf ayat 24-31, yakni tentang kisah Nabi Adam AS dan Sayyidah Hawa. Berikut adalah kajiannya. Yuk kita simak!

Setelah Nabi Adam dan Sayyidah Hawa melakukan perbuatan atas godaan Iblis, maka Allah memerintahkan Nabi Adam untuk keluar dari Janah ke Bumi. Lalu Allah berfirman: “Turunlah Kamu! Kamu akan saling bermusuhan satu sama lain. Bumi adalah tempat kediaman dan kesenangan mu sampai waktu yang telah ditentukan”.

Maka turunlah (orang-orang yang tidak ikut syari’at dan aturan Allah) yakni Nabi Adam dan Sayyidah Hawa ke bumi. Dan bumi dijadikannya tempat untuk bersenang-senang, tetapi semua itu tidak akan lama yakni sampai selesainya ajal manusia.

Nabi Adam dan Sayyidah Hawa pun bingung dengan keadaannya. Allah berfirman: “Disana kamu hidup, disana kamu mati dan dari sana (pula) kamu akan dibangkitkan”. Nabi Adam dan Sayyidah Hawa dikeluarkan dari Jannah menuju bumi untuk menerima pembalasan atas perbuatannya.

Jadi, orang di dunia ini terbatas sampai waktu selesainya hidup (ajal). Dan akan meninggal untuk menerima pembalasan amalnya. Jika amalnya bagus maka baguslah balasannya. Jika amalnya buruk maka buruklah balasannya. Artinya Allah memerintahkan manusia agar selalu bersyukur dan mentaati perintah Allah. Namun setelah manusia kufur manusia diingatkan oleh Allah.

Wahai anak cucu adam yang secara fitrah akan dijadikan khalifah, Allah berfirman, Aku berikan kamu “libas” yang diartikan oleh Syekh Abdul Qadir dengan عقلا مدبرا (akal yang mengatur ). Akal ini akan menutupi kebinatangan kamu. Artinya binatang itu tidak punya akal sementara kamu punya akal, berarti dengan akalmu, kamu tertutup dari sifat kebinatangan.

Allah juga memberikan “ريشا” yakni ilmu-ilmu ma’rifat atau ilmu-ilmu hakikat yang membedakan kamu dari semua makhluk-makhluk yang lain. Karena manusia mempunyai akal dan ma’rifat/hakikat, maka Allah menjadikannya sebagai khalifah. Dan ingat, pakaian yang mengarah pada ketakwaan dengan akal dan ilmu akan menjadi takwa. Dan takwa itu baik apabila kamu ingin sampai kepada martabat tauhid.

Allah memerintahkan kepada manusia, yaitu: Pertama Allah berfirman, “Wahai anak cucu Adam! Sesungguhnya Kami telah menyediakan pakaian untuk menutupi auratmu.” Artinya: Allah telah memberikan akal untuk menutupi sifat kebinatangan manusia. Dan Allah memberikan ilmu-ilmu yang membedakan manusia dengan makhluk-makhluk yang lainnya.

Akan tetapi pakaian itu telah dirobek oleh syetan sehingga Nabi Adam dan Sayyidah Hawa nampak tidak berpakaian. Maka dari itu jangan sampai syatan memfitnahmu dan menjerumuskanmu. Kamu harus hati-hati Karena syitan malihat mu tetapi kamu tidak melihat syeitan. Oleh karena itu kita harus meminta perlindungan kepada Allah karena Allah melihat syaitan, sedangkan syatan tidak bisa melihat Allah.

Syetan itu menguasai orang-orang yang tidak beriman. Apabila orang kafir setelah digoda oleh syetan untuk melakukan dosa yang besar, seperti menyembah berhala, mereka (orang kafir) berkata, “Saya melakukan ini sudah turun temurun dari nenek moyang saya, dan hal itu memang diperintah oleh Allah”. Ini artinya mereka telah melakukan amal-amal dosa besar yang menisbatkan kepada Allah. Oleh karena itu, Allah berfirman “sesungguhnya Allah tidak pernah menyuruh berbuat keji.”

Katakanlah wahai Muhammad, Allah memerintahkan hamba-hamba-Nya untuk berlaku adil. Jangan berlebihan. Ini artinya agama haruslah berada di tengah-tengah, tidak boleh berbelok, harus teguh berada di tengah dalam segala hal. Arahkanlah, fokuskanlah, istiqomahkanlah dirimu kepada Nahwal Haqqi (arah kepada Allah) dan hanya untuk Allah. Bersikap tawaju’ kepada Allah secara ikhlas, dan semata-mata beribadah hanya kepada-Nya.

Dijelaskan dalam tafsirnya bahwa Allah ta’ala memerintahkan kepada خلص عباده (hamba-hamba pilihan) agar menegakkan keadilan dalam segala aspek kehidupan, tidak ekstrim kanan maupun ekstrim kiri, dalam artian Allah memerintahkan untuk tawassut, moderat tidak melampaui batas ( تفريط ) dan tidak lalai ( افراط ).

Agama Islam adalah agama yang mengurus dunia dan akhirat, di dunia kita berhak untuk makan, minum, beristri sebagaimana dijelaskan dalam hadits:


ان لربك عليك حقا ولنفسك عليك حقا و لاهلك عليك حقا حقا فأعط كل ذي حق حقه

“Sesungguhnya pada Tuhanmu ada hak yang harus anda tunaikan, dan pada dirimu ada hak yang harus anda tunaikan, pada keluargamu ada hak yang harus anda tunaikan, maka berilah setiap bagian akan hak-nya.“

Allah tidak melarang beristri, mecari dunia, namun perlu diingat kita juga harus punya hubungan dengan Allah. Sebagaimana dalam firmannya:


وأقيموا وجوهكم عند كل مسجد

Fokuslah, istiqomahkanlah dirimu kepada Allah ketika berada di maqam تذلل (menganggap dirinya tak berarti) maqam تواضع (rendah hati ) maqam تخشع (rendah diri) dihadapan Allah SWT.

Intinya, kita harus fokus kepada Allah secara ikhlas, tidak ada satu makhluk pun di fikiranmu, yang ada hanyalah tunduk kepada Allah, tidak selainnya. Ketahuilah bahwa Allah menjadikan engkau dari tiada, kemudian Allah memberikan ruh dan meletakan nur pada ruh, engkau akan berakhir, engkau akan meninggalkan alam dunia dengan dicabutnya ruh, engkau akan kembali kepadanya sebagaimana engkau diciptakan semula.

Pada ayat 30, Allah berfirman bahwa, anak cucu adam terbagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok yang mendapatkan petunjuk dan kelompok yang tersesat. Syekh Abdul Qadir dalam tafsirnya menjelaskan bahwa kelompok pertama adalah mereka yang mendapatkan hidayah dengan taufiq dari Allah, sehingga dia beramal untuk akhiratnya.

Sedangkan kelompok yang kedua adalah mereka yang tersesat, mereka adalah kelompok yang mentuhankan syetan, artinya mengikuti rayuan syetan yang merupakan muara dari kesesatan dan mereka menganggap dirinya itu mendapat petunjuk. Walhasil, orang yang sesat itu karena menuruti rayuan syetan dan menganggap bahwa dirinya benar dan akan meraih keselamatan.

Berlanjut ke ayat 31


يَٰبَنِىٓ ءَادَمَ خُذُوا۟ زِينَتَكُمْ عِندَ كُلِّ مَسْجِدٍ وَكُلُوا۟ وَٱشْرَبُوا۟ وَلَا تُسْرِفُوٓا۟ ۚ إِنَّهُۥ لَا يُحِبُّ ٱلْمُسْرِفِينَ

Wahai anak cucu adam yang punya keinginan memakai زي التقوى “baju ketakwaan” dan لباس السلامة. Ambillah perhiasan yang Allah berikan. Perhiasan menurut Syekh Abdul Qadir Al-Jilani adalah:


الحقائق والمعارف والمكاشفات والمشاهدات

Ilmu hakikat, ilmu ma’rifat, ilmu mukasyafat dan ilmu musyahadah dari Allah. Baju ketaqwaan dan baju keselamatan dapat diraih ketika seorang hamba berada dalam tingkatan rendah.

Ketika seorang hamba akan mendapatkan ilmu hakikat dan ma’rifat, maka dengan senang hati, ia akan merendahkan diri kepada Allah. Adapun cara untuk meraih ilmu hakikat dan ma’rifat adalah:


كلوا واشربوا ولا تسرفوا

“Makanlah, minumlah secukupnya jangan berlebihan karena berlebihan akan menutup diri untuk mendapatkan ma’arif wal haqaiq.

Berlebihan akan menimbulkan kenyang, yang puncaknya akan menjadikan hati mati, mengurangi kecerdasan akal dan menambah kekuatan nafsu, yang akan menutup jalan untuk meraih ilmu ma’rifat dan hakikat. Wallahu A’lam. (KHASMedia)

Ditulis oleh: Nur Kholis, santri asrama Al-Ghadier, Pondok Pesantren Khas Kempek, Cirebon.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here