Kiai Musthofa Aqiel Jelaskan Peranan Santri Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia

0
610

KHASKEMPEK.COM, KEMPEK – Pengasuh Pondok Pesantren Khas Kempek Cirebon, KH. Muhammad Musthofa Aqiel Siroj menjelaskan peranan santri dalam mempertahankan kemerdekaan bangsa Indonesia. Hal ini beliau sampaikan dalam upacara peringatan Hari Santri Nasional, Kamis (22/10/2020).

Berikut ini merupakan isi sambutan Kiai Musthofa Aqiel Siroj yang telah dirangkum oleh Tim Khas Media, Media Informasi Pondok Pesantren Khas Kempek Cirebon:

Jihad tanggal 22 Oktober 1945 Pendiri Nahdlatul Ulama Mbah Hasyim Asy’ari didampingi beberapa ulama fatwa Resolusi Jihad. Fatwa yang tentunya agar umat Islam, khususnya di Madiun dan Surabaya wajib fardhu ‘ain melawan penjajah di bawah sekutu. Tanggal ini disebut Resolusi Jihad.

Kenapa ada fatwa demikian? Pada tanggal 17 Agustus 1945 Indonesia merdeka, namun Belanda masih berupaya untuk melakukan kecurangannya dengan membonceng sekutu untuk menjajah kembali Indonesia.

Jendral Sudirman, Panglima TNI waktu itu, melapor kepada Presiden Soekarno agar segera mengirim utusan khusus ke Jawa Timur untuk meminta bagaimana menghadapi penjajah, apakah melawan atau menyerah.

Akhirnya, utusan khusus Presiden Soekarno menemui sesepuh Jawa Timur, dan yang ditemui adalah Kiai Hasyim Asy’ari. Kemudian beliau memerintahkan kiai-kiai seluruh Jawa dan Madura untuk berkumpul di Surabaya pada tanggal 21 Oktober.

Dari Cirebon berangkat menggunakan kereta api sebanyak enam gerbong yang dipimpin Kiai Abas Buntet. Sampai di sana sore tanggal 21. Kemudian malam harinya para kiai bermusyawarah dan berdoa kepada Allah, bagaimana keputusan dari Allah, apakah menghadapi penjajah dengan menyerah atau melawan.

Pada pagi harinya, beliau-beliau yang dipimpin Kiai Hasyim Asy’ari mendapatkan isyarat Ilahiyah, bahwa wajib melawan penjajah untuk mempertahankan Negara Republik Indonesia. Oleh karena keputusannya adalah wajib melawan penjajah.

Apabila mati dalam berperang melawan penjajah, maka dianggap mati syahid. Sedangkan bagi yang membelot, bergabung dengan penjajah, maka wajib dibunuh. Keputusan ini ditandatangani yang disebut fatwa keputusan resolusi jihad. Setelah itu disebarluaskan seantero pesantren dan semuanya siap. Pada akhirnya jasanya umat Islam dalam sejarah pada tanggal 10 November disebut hari pahlawan.

Kenapa disebut hari pahlawan? Karena perang tanpa memiliki senjata. Kiai, ulama, santri dan rakyat tidak memilik senjata, seragam, tidak bersepatu tetapi pakai bakiak dan sandal jepit. Bisa saja Indonesia gagal merdeka, merdeka bersyarat atau merdeka yang tidak seratus persen apabila 10 November gagal mempertahankan kemerdekaan.

Oleh karena itu, kita yakin bahwa peranan ulama, kiai, santri, sarung dan juga fatwa itu sangat tinggi dan besar dalam menegakkan dan mempertahankan kemerdekaan bangsa Indonesia.

Para kiai membawa pasukannya, seperti Kiai Machrus Ali Lirboyo, Kiai Bisri, Kiai Baidlowi dan Kiai Abas dari Buntet. Kiai Abas berangkat membawa sekantong kacang hijau. Ketika berhadapan dengan musuh, kacang hijau itu disebarkan, lalu berubah menjadi tentara NU. Sangat luar biasa.

Hal ini membuktikan bahwa kiai-kiai berjuang merebut kemerdekaan negara Republik Indonesia. Oleh karena itu, kita santri wajib melanjutkan perjuangan beliau-beliau untuk kembali mengibarkan bendera santri dan berpegangan kuat dari para perongrong negara.

Memperingati Hari Santri bukan hanya kita menunjukkan yang nampak secara nasional saja, tetapi kita membangkitkan kembali perjuangan para ulama dan kiai. Minimal kita tahu bahwa para kiai itu ikut berjuang tidak hanya mengaji saja. Untuk mencapai kemerdekaan pada hari pahlawan banyak memakan korban, ribuan rakyat, ulama dan kiai, ada yang mati, luka-luka dan lain sebagainya.

Setelah itu, dibuatlah negara, kira-kira bentuk negara apa? Perlu diketahui, yang berjuang tidak hanya umat Islam saja, tetapi umat Protestan, Katolik, Budha dan Hindu juga ikut merebut kemerdekaan. Kalau dibuat negara Islam, apakah ini bisa diterima?

Kemudian Kiai Hasyim Asy’ari memimpin shalat malam dua rakaat. Rakaat pertama bacaannya Surat Kahfi 41 kali dan rakaat yang kedua membaca Surat Taubat sebanyak 41 kali. Akhirnya, beliau mendapatkan isyarah Ilahiyah, tidak boleh membuat negara agama, tetapi negara yang tidak bertentangan dan mengayomi seluruh agama.

Maka diutuslah oleh Mbah Hasyim Asy’ari yaitu Kiai Abdul Wahid, bapaknya Gus Dur dalam rangka ikut berembug menentukan landasan negara. Lalu tercapailah kesepakatan bahwa landasan negara Indonesia berdasarkan Pancasila.

Turut hadir dalam upacara tersebut, KH. Muhammad Musthofa Aqiel Siroj, KH. Ni’amillah Aqiel Siroj, KH. Ahmad Zaeni Dalhan, KH. Muhammad Bin Ja’far, H. Ahmad Nahdi dan para masyayikh serta pengurus dan santri-santri. (KHASMedia)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here