Ketika Imam Arrazi Menyebut al-Fatihah dengan Ummu Al-Qur’an

0
593

KHASKEMPEK.COM – Dalam berbagai acara, biasanya surah al-Fatihah dijadikan sebagai pembuka, pemandu acara menyebutnya dengan Ummul Kitab atau Ummu Al-Qur’an. Lalu, apakah penyebutan tersebut sudah tepat dan bisa dibenarkan secara ilmiah? Dalam hal ini, Abuya Prof.Dr. K.H. Said Aqil Siroj dalam kajian rutinnya di Pondok Pesantren Luhur Al-Tsaqafah menjelaskan surah al-Fatihah memiliki 12 nama, seperti keterangan yang ditulis oleh Sulthanul Mutakallimin, Imam Fakhruddin al-Razi dalam tafsirnya, Mafatihul Ghaib.

Imam Arrazi menulis bahwa al-Fatihah memiliki 12 nama lain, yaitu al-Fatih al-Kitabal-Surah al-HamdUmmu Al-Qur’anal-Sab’u al-Matsanial-WafiyahAl-Kafiyahal-Asas, Al-Syifa, al-Shalat, al-Sual, al-Syukr, dan al-Do’a.

Dari sekian banyak nama al-Fatihah, yang paling sering kita dengar, tetapi belum mengerti alasan atau penyebab penamaannya adalah Ummu Al-Qur’an atau Ummul Kitab. Imam Arrazi dalam tafsir Mafatihul Ghaib-nya memberikan lima sebab atau alasan atas penamaan Ummul Al-Qur’an tersebut.

Sebab pertama, Al-Qur’an al-Karim diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. bertujuan menetapkan empat hal: ketuhanan (Ilahiyyat), kebangkitan atau hari kiamat (al-Maad), kenabian (al-Nubuwwat), dan menetapkan qadha-qadar Allah (al-Qadha wa al-Qadar lillah).

Adapun semua tujuan Al-Qur’an itu bersumber dari surah al-Fatihah, seperti ketuhanan yang terangkum dalam ayat Alhamdulillahi Rabbi al-Alamin al-Rahman al-Rahim, kebangkitan dalam ayat al-Malik Yaumi al-Middin, qadha dan qadar serta kenabian dalam ayat Iyyaka Na’budu sampai akhir. Oleh karena itu, Imam Arrazi mengatakan Anna Umma al-Syai Ashluhu bahwa sumber dari sesuatu adalah asalnya, maka al-Fatihah ini adalah asal dari Al-Qur’an (Ummu Al-Qur’an).

Sebab kedua, seluruh kitab-kitab Ilahiyyah selalu memiliki tiga kandungan utama: pujian kepada Tuhan secara lisan (al-Tsana ala Allah bi al-Lisan), ritual penghambaan dan pengabdian (al-Isytighal bi al-Khidmah wa Thoah), dan harapan atas terbukanya hidayah, mukasyafah (terbukanya tabir antara hamba dan Tuhannya), serta musyahadah (perjumpaan antara hamba dan Tuhannya).

Tiga kandungan utama dari seluruh kitab Ilahiyyah, termasuk Al-Qur’an telah terangkum dalam surah al-Fatihah. Seperti ayat kedua sampai ayat keempat yang mencakup pujian hamba kepada Allah secara lisan, ayat kelima sampai ayat keenam merupakan ritual penghambaan dan pengabdian kepada Allah, dan ayat ketujuh sampai akhir merupakan harapan atas terperolehnya hidayah, mukasyafah, dan musyahadah.

Sebab ketiga, sebab ini menjelaskan bahwa tujuan dari seluruh Ilmu (Al-Qur’an) yang Allah turunkan kepada manusia terdiri dari dua hal: untuk mengetahui keagungan Sang Pencipta (Ma’rifatu Izzati Rububiyyah) dan mengetahui kehinaan manusia (Ma’rifatu Dzillatil Ubudiyah).

Tujuan dari semua ilmu tersebut teringkas dalam al-Fatihah, seperti ayat kedua sampai ayat keempat merupakan Ma’rifatu Izzati Rububiyyah, petunjuk bahwa Allah adalah zat yang Mahaagung, zat yang menguasai dunia dan akhirat, serta alam sekitarnya. Sedangkan ayat kelima sampai akhir menunjukkan bahwa Ma’rifatu Dzillatil Ubudiyah, kehinaan dan kelemahan manusia yang tidak akan mendapatkan pertolongan, hidayahmukasyafah, serta musyahadah, kecuali dengan pertolongan Allah Swt.

Sebab keempat, sebab ini menjelaskan bahwa klasifikasi dari semua ilmu, termasuk Al-Qur’an terbagi menjadi tiga macam: ilmu yang menjelaskan tentang ilmu zat, ilmu sifat, dan af’al-nya Allah disebut dengan Ilmu Ushul, ilmu yang menjelaskan tentang hukum-hukum Allah (al-Syara’i al-Islamiyyah) dan konsekuensinya disebut sebagai Ilmu Furu’, dan ilmu yang menjelaskan tentang kebersihan hati, cahaya rohani, al-Mukasyafah al-Ilahiyyah disebut dengan Ilmu al-Bathin. Semua klasifikasi ilmu yang merupakan kandungan pokok Al-Qur’an telah tercakup dalam surah al-Fatihah.

Seperti ayat kedua sampai keempat berbicara tentang Ilmu Ushul, ia berbicara tentang rububiyyah-nya Allah, sifatdan af’al-nya Allah. Sedangkan ayat kelima sampai ayat An’amta alaihim berbicara tentang Ilmu al-Furu’ karena ayat tersebut berbicara tentang penghambaan kepada Allah, menjalankan hukum-hukum-Nya, dan pengharapan atas terperolehnya hidayahmukasyafah, dan musyahadah. Adapun ayat Ghairu al-Maghdhubi sampai selesai berbicara tentang Ilmu al-Bathin karena ayat tersebut berbicara tentang kaum-kaum yang hatinya dipenuhi dengan penyakit hati sehingga mereka tersesat dan dibenci oleh Allah.

Sebab kelima, Imam Duraid mengatakan bahwa lafal al-Umm dalam kalam Arab bermakna bendera yang dibawa dan ditancapkan oleh prajurit. Adapun penamaan Ummu Al-Qur’an pada surah al-Fatihah disebabkan kuatnya kedekatan umat Islam terhadap surah al-Fatihah seperti kuatnya emosional dan kedekatan prajurit kepada bendera negaranya.

Oleh karena itu, Imam Fakhrudin al-Razi dalam tafsirnya Mafatihul Ghaib menyebut surah al-Fatihah sebagai Ummu al-Kitab atau Ummu Al-Qur’an karena telah mencakup semua kandungan Al-Qur’an. Imam Arrazi mencoba menyamakan dengan otak, ia berkata Anna al-Dimagh Yusamma Umma al-Ra’s Li Isytimalihi ala jami’i al-hawasi wa al-manafi bahwa otak disebut juga Umma al-Ra’s karena mencakup semua pancaindra dan kemanfaatan-kemanfaatan.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here