Makna Tarbiyah dalam Ayat Robbi al-Alamin

0
916

KHASKEMPEK.COM – Dalam Islam, istilah yang menunjukkan makna pendidikan biasa terwakili dalam term talimta’dib, dan tarbiyah. Ketiga lafal ini memiliki irisan makna yang berbeda sehingga ketika dihubungkan dengan konsep pendidikan Islam, implikasinya tentu akan sangat berbeda. Secara sederhana, talim bisa diartikan sebagai proses transfer of knowledge atau aktivitas keilmuan yang dilakukan oleh guru kepada muridnya. Adapun ta’dib merupakan pembentukan karakter, sikap, dan mental dari guru kepada muridnya, sedangkan tarbiyah adalah proses pendidikan secara gradual yang ditempuh seorang pendidik untuk membentuk anak didik yang paripurna.

Term tarbiyah merupakan istilah baru yang diperuntukkan untuk menggambarkan konsep pendidikan dalam Islam dan istilah ini baru diperkenalkan oleh pemikir Islam pada awal abad 20-an. Oleh karenanya, sangat sulit untuk merujuk pendapat ulama klasik yang menyoal konsep tarbiyah, mayoritas ulama klasik membincangkan konsep pendidikan dengan redaksi ta’limta’dib, dan tahdzib.

Menurut Abdurrahman Al-Nahlawi, term tarbiyah berasal dari tiga akar kata, yaitu pertama adalah raba-yarbu yang memiliki arti bertambah atau bertumbuh, makna ini sejalan dengan ayat Al-Qur’an dalam surat al-Rum ayat 39, dalam ayat ini lafal raba-yarbu bermakna harta yang bertambah. Kedua, berasal dari akar kata rabiya-yarba yang memiliki arti bertumbuh besar, rabiya al-waladu (anak itu bertumbuh besar). Ketiga, memiliki akar kata rabba-yarubbu yang berarti memperbaiki, menguasai urusan, menuntut, menjaga, dan memelihara. Akar kata ini sejalan dengan ayat Al-Qur’an dalam surat al-Isra ayat 24. Selain itu, menurut Naquib al-Attas, term tarbiyah ini mengandung konotasi mengasuh, mengembangkan, memelihara, menanggung, menumbuhkembangkan. Oleh karena itu, tarbiyah bisa diartikan sebagai proses pendidikan, pembinaan, pemeliharaan, pengawasan, pengasuhan, dan pengembangan terhadap seseorang secara gradual untuk menjadikannya lebih baik.

Imam Fakhrudin Arrazi dalam tafsirnya, Tafsir al-Kabir wa Mafatihil Ghaib ketika menafsirkan ayat Rabbil al-Alamin, ia menyampaikan bahwa murobbi dalam hal ini adalah subjek yang melakukan tarbiyah, ada dua macam, yang pertama adalah murobbi yang melakukan tarbiyah dengan mengharapkan adanya keuntungan yang kembali kepada dirinya dan yang kedua adalah murobbi yang melakukan proses tarbiyah dengan tanpa mengharapkan imbalan apa pun yang kembali untuk dirinya. 

Tarbiyah yang pertama ini adalah konsep tarbiyah yang dilakukan oleh seseorang kepada orang lain, seperti pembinaan yang dilakukan oleh atasan kepada bawahannya atau senior kepada juniornya yang pastinya ada harapan imbalan yang ia terima dari proses tarbiyah sekalipun imbalannya hanya berupa pujian dan rasa terima kasih, sedangkan yang kedua adalah proses tarbiyah yang dilakukan oleh Allah kepada hambanya, tarbiyah yang Allah lakukan berupa penciptaan, pemeliharaan, pengasuhan, pengawasan, dan pengembangan kepada hambanya, tanpa mengharapkan imbalan apa pun sekalipun itu hanya pujian.

Selain itu, Imam Arrazi juga menjelaskan bahwa Allah sang murobbi dalam proses tarbiyah-nya tidak pernah bertujuan agar disembah atau dipuja oleh makhluknya, tetapi tarbiyah yang Allah lakukan semuanya semata bertujuan untuk kemaslahatan dan kepentingan hambanya. Allah juga akan sangat senang ketika makhluknya selalu menghamba dan meminta kepada Allah, seperti hadis yang ditulis oleh Imam Arrazi dalam tafsirnya, Inna Allah ta’ala yuhibbu al-mulihin fi al-du’a bahwa Allah adalah zat yang sangat senang kepada hamba yang selalu meminta kepada-Nya.

Model tarbiyah dari Allah kepada hambanya yang telah disarikan oleh Imam Fakhrudin Arrazi dalam tafsirnya merupakan konsep tarbiyah yang paripurna dan adiluhung yang bisa ditiru oleh seorang pendidik, orang tua, dan pengasuh dalam melakukan proses tarbiyah kepada anak didiknya.

Pendidik yang baik adalah seseorang yang memberikan pendidikan, pengasuhan, pengembangan, dan pengawasan kepada anak didiknya tanpa mengharapkan balasan atau imbalan apa pun karena yang diharapkan oleh pendidik adalah terjadinya transformasi pendidikan yang maksimal kepada anak didiknya. Selain itu, seorang pendidik akan selalu merasa senang ketika anak didiknya berkembang lebih pesat dan melihat anak didiknya selalu merasa kurang dan meminta lebih atas pendidikan, pengawasan, dan keilmuan yang telah diberikan.

Jika konsep tarbiyah yang disampaikan oleh Imam Arrazi ini benar-benar diresapi dan dipraktikkan oleh seorang pendidik, akan lahir proses pendidikan, pembinaan, pemeliharaan, pengawasan, pengasuhan, dan pengembangan secara gradual yang akan melahirkan peserta didik yang paripurna.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here