Kenang Kiai Hamdan Zainuddin, Gus Wafi Ceritakan Kisah Nabi Rindukan Umatnya

0
381

KHASKEMPEK.COM, KEMPEK – Tahlil dan doa 100 hari wafatnya Almaghfurlah Kiai Muhammad Hamdan Zainuddin, cucu Mbah Moenawir Krapyak akan digelar hari Sabtu malam Ahad, 05 Agustus 2022 M atau 9 Muharram 1444 H, pukul 20.30, di Pondok Pesantren Kempek Cirebon.

Dalam rangka mengenang, Almarhum Kiai Hamdan Zainuddin, berikut rangkuman tulisan yang dikutip dari mauidzhoh hasanah yang disampaikan oleh KH. Ahmad Wafi Maimoen Zubair atau yang biasa dipanggil Gus Wafi, ketika menghadiri acara 40 hari Kang Hamdan.

Pengasuh Pondok Pesantren Al Anwar, Sarang, Rembang, Jawa Tengah, KH. Ahmad Wafi Maimoen Zubair menceritakan kisah Nabi Muhammad Saw yang merindukan umatnya. Hal ini beliau sampaikan dalam acara tahlil dan doa 40 hari mengenang Kiai Hamdan Zainuddin di Pesantren Kempek, Senin (6/6/2022) malam.

Diceritakan oleh Gus Wafi, bahwa Nabi Muhammad Saw di akhir hayatnya, beliau suka berziarah di maqbaroh Baqi setiap malam.

“Ketika Nabi Muhammad Saw akan meninggal dunia, setiap malam beliau sering berziarah di makam Baqi,” tutur Gus Wafi.

Dalam kesempatan itu, Gus Wafi menyampaikan pertanyaan. “Akhir-akhir itu nabi kok suka berziarah. Apakah karena mau pamitan? Apa karena ingin mendekatkan diri kepada Allah melalui ziarah kubur?,” tanya beliau.

Lantas ia menjawab pertanyaan tersebut. “Yang jelas, ini adalah syariat bahwasannya ziarah kubur itu dilakukan oleh Nabi Muhammad Saw,” tegas putra Mbah Moen ini.

Selain itu, Gus Wafi juga menyampaikan bahwa, menjelang wafat, kanjeng nabi ditawari dunia seisinya. Nabi diberi miftahu khozainil ardhi (kunci gedung bumi), segala keinginannya pasti dipenuhi. Ingin emas, pasti dipenuhi. Mau berlian, maka akan dikasih. Semua keinginannya akan dipenuhi oleh Allah Swt.

“Meskipun dunia ini diberikan kepada nabi semua, ketika ditunjukan gambar surga kepada beliau, maka dunia seisinya akan hilang semua. Itulah kanjeng Nabi Muhammad Saw,” tuturnya.

Gus Wafi melanjutkan ceramahnya: Setelah nabi pulang dari Baqi, beliau menyampaikan kepada khadimnya, Abu Muwaihibah. Kanjeng Nabi dawuh:

”Wahai Abu Muwaihibah, telah diberikan kepadaku kunci-kunci kekayaan dunia, keabadian di dalamnya, dan surga, lalu aku perintahkan untuk memilih di antaranya atau aku memilih dengan pilihan bertemu Tuhanku dan surga.”

Abu Muwaihibah berkata, ”Wahai Rasulullah, ambillah kunci-kunci kekayaan dunia, keabadian di dalamnya, dan surga.”

Rasulullah menjawab, ”Tidak, demi Allah, Abu Muwaihibah. Aku lebih mencintai bertemu dengan Tuhanku dan surga.”

Akhir-akhir, nabi sering ziarah di maqam Baqi, beliau dawuh:

“Salam atas kalian wahai penghuni (kuburan) tempat orang-orang beriman. Aku insya Allah akan menyusul kalian. Aku ingin sekali berjumpa saudara-saudaraku.’ Mereka (para sahabat) berkata, ‘Wahai Rasulullah, bukankah kami saudaramu?’

Beliau bersabda, ‘Kalau kalian adalah para sahabatku. Saudara-saudaraku adalah mereka (orang-orang beriman) yang belum ada sekarang ini dan aku akan mendahului mereka di telaga.’

Mereka berkata, ‘Wahai Rasulullah, bagaimana engkau mengenali orang-orang (beriman) yang datang setelah engkau dari kalangan umatmu?’ Beliau bersabda, ‘Bukankah jika seseorang punya kuda yang sebagian kecil bulunya putih akan mengenali kudanya di tengah kuda-kuda yang hitam legam?’ Mereka menjawab, ‘Ya’ Beliau berkata, ‘Sesungguhnya mereka akan datang pada hari kiamat dengan cahaya putih karena wudhu. Dan aku akan menunggu mereka di telaga.”

Kerinduan Rasulullah terhadap kita, umatnya, secara tegas juga disampaikan oleh Imam al-Qusyairi dalam kitabnya ar-Risalah. Dia mengutip riwayat dari Anas bin Malik, Rasulullah SAW pernah bersabda. ”Kapan aku akan bertemu para kekasihku?”

Para sahabat bertanya, ”Bukankah kami adalah para kekasihmu?” Rasulullah menjawab,”Kalian memang sahabatku, para kekasihku adalah mereka yang tidak pernah melihatku, tetapi mereka percaya kepadaku. Dan kerinduanku kepada mereka lebih besar.”

Nabi mulai sakit pada 29 Shafar tahun 11 Hijrah. Beliau sakit kepala dan demam, suhu badannya meninggi. Kondisi itu terjadi selama 13 sampai 14 hari. Meski sakit, selama sebelas hari beliau masih sempat mengimami salat berjamaah.

Suatu hari saat beliau tiba di rumah Aisyah, istrinya itu mengeluh sakit kepala. Nabi berkata, “Tetapi akulah, Aisyah, yang merasa sakit kepala.” Beliau lalu berbaring di tempat tidur. Saat rasa sakit mereda, beliau mengunjungi istri-istrinya yang lain seperti biasa.

Di rumah Maimunah, istrinya yang terakhir beliau nikahi, sakitnya kambuh lagi dan terasa lebih keras. Istri-istrinya dipanggil ke rumah Maimunah, dan Nabi meminta dirawat di rumah Aisyah. Dengan berikat kepala dan ditopang oleh Ali bin Abi Tahlid serta Abbas bin Abdul Muthalib, pamannya, beliau meninggalkan rumah Maimunah. Nabi tiba di rumah Aisyah dengan kondisi yang sudah lemah.

Selama tinggal di rumah Aisyah—dan itulah minggu terakhir dalam hidupnya—istrinya itu membacakan surat al-Mu’awwizzat (surat-surat yang berisi mohon perlindungan; al-Ikhlas, al-Falaq, dan an-Nas) serta doa-doa yang ia dapatkan dari Nabi. Kemudian ia tiup dan usapkan ke tubuh Nabi dengan tangannya.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here