Buya Said Aqil: Inilah Sejarah Pesantren di Indonesia

0
166

KHASKEMPEK.COM, PEKALONGAN – Mustasyar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Prof. Dr. KH. Said Aqil Siroj, MA menjelaskan sejarah pesantren di Indonesia. Dengan peringatan Hari Santri Nasional tahun 2022 kita harus merasa bangga merasa bersyukur merasa punya eksistensi kita sebagai santri yang hidup di negara Indonesia. Karena pesantren di dirikan oleh banyak para ulama jauh sebelum adanya negara Indonesia, pesantren sudah lebih dahulu ada.

“Para walisongo dan ulama membangun pesantren dalam rangka untuk membangun umat yang beriman berakhlak, beribadah, rukun damai, bersaudara jauh dari permusuhan, jauh dari konflik dan jauh dari pertengkaran itulah semua jasa para ulama dan Kiai-Kiai kita,” tuturnya dalam tayangan youtube NU CHANNEL, Rabu (19/10).

Hal tersebut disampaikan saat mengisi ceramah pada acara Istighotsah & Santri Bersholawat bersama Habaib, Ulama, Umaro’, TNI, POLRI dalam rangka memperingati Hari Santri Nasional Tahun 2022 di Lapangan Mataram, Kota Pekalongan.

Kiai Aqil Siroj menjelaskan bahwa para Kiai-Kiai NU kita telah berjasa menyampaikan ukhuwah Islamiyah, ukhuwah wathaniyah, ukhuwah basyariyah, dan tidak ada Kiai NU yang mengajarkan mengenai tindak radikalisme, ekstrimisme.

“Kiai-Kiai NU mengajarkan simbol-simbol akhlakul karimah, nilai-nilai luhur budaya islam yang sesuai dengan karakter bangsa Indonesia yang Rahmatal lil alamin. Oleh karena itu, kita semua haruslah bangga menjadi santri,” ujar Kiai Said.

KH. Said Aqil Siroj mengungkapkan cerita mengenai peristiwa sekutu Inggris akan datang kembali ke Indonesia yang berniat untuk merebut kemerdekaan Indonesia untuk kemudian diserahkan kepada negara Belanda yang dipimpin Aubertin Walter Sothern (A.W.S.) Mallaby atau juga dikenal dengan Brigadir Mallaby.

“Kemudian Bung Karno mengirimkan utusannya menemui Hadratussyaikh KH. Hasyim Asy’ari menanyakan persoalan penyerangan Sekutu menuju tanah air. Maka kemudian keluarlah Fatwa dengan kesepakatan para ulama dan santri-santri sebagai panglima komandannya yakni KH. Abbas Bin KH. Abdul Jamil, Buntet Pesantren, Cirebon, KH. Abdul Halim, Majalengka kemudian datang ke Surabaya dengan di dukung dengan ribuan para santri dari berangkat Jombang, Mojokerto Sidoarjo, Pasuruan, Surabaya, Madura semuanya siap perang melawan tentara NICA sekutu (Inggris),” paparnya.

Maka kemudian Tanggal 22 Oktober 1945, lanjutnya, keluarlah Fatwa Resolusi Jihad yang dikemukakan oleh Hadratussyaikh KH. Hasyim Asy’ari kemudian pemerintah menyebarkan Resolusi jihad melalui sebuah surat kabar pada 26 Oktober 1945.

“Para santri harus terus menjaga semangat beragama semangat keimanan dan pererat saudara dengan semangat nasional untuk terus menjaga ketahanan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Para santri harus pegang erat-erat jargon Hubbul Wathan Minnal Iman,” ungkapnya.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here