Ngaji Bareng Kitab Al Muqtathofat Bersama KH Ahmad Zaeni Dahlan #1

0
357

KHASKEMPEK.COM, KEMPEK – Ngaji Bareng ini di selenggarakan di kediaman  KH. Ahmad Zaeni Dahlan yang diikuti oleh santri putri asrama Al Nasir Al Mansur, dan online di akun resmi youtube KHAS Kempek, tentang kajian studi Ilmu “kaidah Fikih”,  dengan tema “Kaidah fikih sebagai alternatif paling mudah dalam mempelajari ilmu fikih”.

Sumber : https://youtu.be/SpjRJsSShwY

Sebelum lebih jauh mengetahui kaidah fikih, alangkah lebih baiknya terlebih dahulu kita tau apa itu Kitab Al Muqtathofat, Kitab Al Muqtathofat “merupakan ringkasan dari kitab Asybah Wan Nadhoir karya Imam Shuyuthi, kitab ini (Al Muqtathofat) mengambil poin-poin pentingnya saja, yang tentunya tidak bisa di bandingkan dengan yang aslinya, karena kitab ini sangatlah kecil, sedangkan kitab aslinya cukuplah besar, akan tetapi Insyaallah dengan mempelajari kitab ini maka kita akan memiliki sebuah pandangan tentang Kaidah Fikih”. Terangnya.

“Ilmu fikih merupakan salah satu ilmu yang luas jangkawannya, semisalkan kita lihat beberapa kitab fikih, belum yang dari empat madzhab ataupun yang lebih dari empat madzhab, ketika kita lihat Madzhab Imam Syafi’i saja terdapat begitu banyak kitab fikih, mulai dari kitab yang kecil sampai dengan kitab yang berjilid-jilid, yang tentunya apabila kita membacanya satu persatu maka maka akan menghabiskan waktu kita, oleh karena itu, ada salah satu cara yang di anggap cukup efektif dan efesien untuk dapat menguasai ilmu fikih, yakni dengan melalui juga mempelajari qoa’idul fiqhiyyah(Kaedah-kaedah Fikih), karena kaedah fikih merupakan ungkapan-ungkapan ringkas, yang dari setiap ungkapannya dapat di jadikan sebagai rujukan dari baerbagai permasalahan fikih”. Jelas beliau.

qoa’idul fiqhiyyah (Kaedah-kaedah Fikih), dapat menjadi sebagai cara yang paling efektif dan efisien untuk dapat menguasai ilmu fikih”. Singkat beliau.

Salah satu Imam populer yakni “Imam Syafi’i, merupakan salah satu imam yang membukukan ushul fikih, yang tentunya menyimpan beberapa kaidah tentang fikih, yang berisikan ungkapan-ungkapan ringkas dan padat akan tetapi bisa di realisasikan dalam permasalahan-permasalahan yang banyak, juga beberapa tokoh Ushul Fikih seperti Imam Ghozali, Imam ‘Abdullah Ibnu Salam, Imam Syatibi dan lainnya, yang tentunya kita juga memiliki tokoh nasional, yakni ulama kita yang terkenal dengan penggunaan ilmu Ushul Fikih, yaitu KH. Wahab Chasbullah, beliau ketika di tanya oleh orang-orang tentang permasalahan-permasalahan fikih maka beliau menjawabnya dengan satu Kaidah Fikih, beliau juga ketika di tanyakan permasalahan-permasalahan politik maka di jawab pula dengan satu Kaidah Fikih, satu Kaidah Fikih ini bisa beliau terapkan dalam berbagai permasalahan-permasalahan fikih”. Tutur beliau.

Maka dari itu “dalam hal ini, para ulama menetukan lima kaedah yang di anggap sebagai induk pemecah permasalahan dari seluruk permasalahan fikih, lima kaedah fikih tersebut yakni:

اَلْأُمُوْرُ بِمَقَاصِدِهَا

Segala sesuatu tergantung pada tujuannya

اَلْيَقِيْنُ لاَ يُزَالُ بِالشَّكِّ

Keyakinan tidak dapat di hilangkan dengan keraguan

اَلْمَشَقَّةُ تَجْلِبُ التَّيْسِيْرَ

kesulitan menarik kemudahan

 اَلضَّرَرُ يُزَالُ

Segala sesuatu yang mendatangkan bahaya harus di hilangkan

اَلْعَادَةُ مُحَكَّمَةٌ

Adat atau kebiasaan dapat di jadikan sebagai reverensi hukum

Lima kaedah inilah yang di anggap Ulama-ulama Madzhab Syafi’i, yang menjadi induknya kaedah, yang dimana segala permasalahan fikih dapat di rujukkan dalam lima kaidah ini, maka apabila kalian dapat menguasai lima kaedah ini, maka kalian sudah dianggp menguasai hampir keselurukan permasalahan permasalahan fikih”. Terang beliau.

“Bahkan ada salah satu ‘Ulama yakni Imam ‘Abdullah Ibnu Salam, beliau mengatakan bahwasanya seluruh permasalahan fikih yang bahkan bisa hanya di rujukkan ke satu kaidah saja, yakni:

جَللْبُ الْمَصَالِح وِدَرْءُ الْمَفَاسِدِ

Bahwasanay syareat islam, fikih islam, hukum islam dan juga hukum-hukum Allah SWT, semuanya di turunkan kepada Umat Manusia hanya dengan satu tujuan, hanya untuk “menarik kemaslahatan dan menolak kemafsadatan”, hanya satu itu saja, yang merupakan induk dari semua permasalahan-permasalahan fikih, hanya untuk memberikan maslahat kepada manusia dan menolak kepada kemafsadatan dari kehidupan manusia”. Pungkas beliau.

Dilanjut sesi pertanyaan yang di persilahkan oleh beliau:

(1):Apakah kita cukup hanya mempelajari kaidah fikih tanpa memepelajari ilmu fikih?

“Pertanyaan yang baik, tadi saya katakana bahwa cara efektif dan efisien untuk dapat menguasai ilmu fikih adalah dengan mempelajari kaedah-kaedah fikih, dan apakah cukup dengan kita potong kompas hanya dengan mempelajari kaedah-kaedah fikih?”. Tanggap beliau.

Beliau menjawab, “Sebenarnya kita bisa menguasai kaidah-kaidah fikih itu setelah kita menguasai fikih, paling tidak kita harus menguasai ilmu fikih dan permasalahan-permasalahan yang dasar, seperti yang sudah kalian pelajari di pondok pesantren ini, seperti halnya kitab Safinah, Riyadhul Badi’ah, Fathul Qorib dan juga Fathul Mu’in, paling tidak itu yang harus kalian kuasai sebagai dasarnya, dan juga sudah banyak mempelajari permasalahan-permasalahan fikih, apabila dasarnya sudah kalian kuasai, dan kalian susah bisa menangkap perinsip-perinsip dasar dari ilmu fikih, maka dengan kalian mempelajari kaedah fikih secara serius, maka kalian beberapa langkah lagi cukup dekat akan menguasai hampir seluruh permasalahan-permasalahan fiki, dan apabila kalian belum mempelajari dasar dasar ilmu fikih dan memahami permasalahan-permasalahan fikih, maka akan tidak nyambung dengan Ilmu Kaidah Fikih”.

Penanya:

(1)Haniyatun Ramadhani, Kelas 2 Ulya.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here