Kitab Al-Ajurumiyah: Bab Tawabi’, dari Na’at sampai Badal

0
2803

KHASKEMPEK.COM – Kitab Al-Ajurumiyah merupakan kitab dasar yang menjelaskan ilmu nahwu (gramatical Arabic), yang diajarkan di setiap Pondok Pesantren, termasuk Pesantren Khas Kempek Cirebon.

Berikut had dan terjemah kitab Al-Ajurumiyah Bab Tawabi’ (lafadz-lafadz yang mengikuti pada lafadz sebelumnya), yaitu: na’at (ada juga penjelasan tentang isim ma’rifat dan nakiroh), athaf, taukid dan badal:

النَّعْتُ تَابِعٌ لِلْمَنْعُوْتِ فِي رَفْعِهِ ، وَنَصْبِهِ، وَخَفْضِهِ، وَتَعْرِيْفِهِ، وَتَنْكِيْرِهِ، تَقُوْلُ: قَامَ زَيْدٌ الْعَاقِلُ، وَرَأَيْتُ زَيْداً الْعَاقِلَ، وَمَرَرْتُ بِزَيْدٍ الْعَاقِلِ

Naat atau sifat ialah lafadz yang mengikuti kepada man’utnya(yang diikuti) pada rofa’nya,nashobnya,jernya,ma’rifatnya,dan nakirahnya. Seperi ucapanmu:qaama zaidun al’aaqilu(zaid yang berakal telah  berdiri),raaitu zaidan al’aaqila(aku melihat zaid yang berakal),marartu bizaidin al’aaqili(aku telah meliwati zaid yang berakal).

وَالْمَعْرِفَةُ خَمْسَةُ أَشْيَاءَ: الْاِسْمُ الْمُضْمَرُ، نَحْوُ: أَنَا ، وَأَنْتَ، وَاْلاِسْمُ الْعَلَمُ، نَحْوُ: زَيْدٌ وَمَكَّةَ، وَالْاِسْمُ الْمُبْهَمُ، نَحْوُ: هَذَا وَهَذَهِ وَهَؤُلاَءِ، وَالْاِسْمُ الَّذِيْ فِيْهِ الْأَلِفُ وَالْلاَّمُ، نَحْوُ: الْرَّجُلُ وَالْغُلَامُ، َومَا أُضِيْفَ إِلَى وَاحِدٍ مِنْ هَذِهِ الْأَرْبَعَةِ

Isim ma’rifat itu ada lima macam : 1.isim dlamir seperti anaa (saya) ,anta (kamu). 2.isim alam (nama) seperti zaidun (nama orang), makkata (nama kota). 3.isim mubham (samar) seperti hadza (ini), hadzihi (ini), haaulaai (ini semua). 4.isim yang dimasuki alif lam (al) seperti arrajulu, alghulaamu. 5.dan isim yang dimudhofkan pada salah satu empat isim ma’rifat diatas.

وَالنَّكِرَة كُلِّ اِسْمٍ شَائِعٍ فِي جِنْسِهِ لَا يَخْتَصُّ بِهِ وَاحِدٌ دُوْنَ آَخَرَ، وَتَقْرِيْبُهُ كُلُّ مَا صَلَحَ دُخُوْلُ الْأَلِفِ وَاللاَّمِ عَلَيْهِ، نحو: الرَّجُلُ والفَرَسُ

Isim nakirah adalah isim yang bersifat umum pada jenisnya dan isim nakirah tidak khusus pada satuan jenisnya. Dan ringkasnya ialah setiap isim  yang pantas dimasuki alif lam (al), seperti rajulun (arrajulu), farasun (alfarasu).

وَحُرُوْفِ الْعَطْفِ عَشَرَةٌ، وَهِيَ : الَوَاوُ، وَالْفَاءُ، وَثُمَّ، وَأَوْ، وَأَمْ ، وَإِمَّا، وَبَلْ، وَلَا، َولَكِنْ، وَحَتَّى فِي بَعْضِ الْمَوَاضِعِ،

Adapun huruf athaf itu ada sepuluh yaitu wawu,fa’,tsumma,aw,am,imma,bal,laa,lakin,dan hatta pada sebagian tempat.

فَاِنْ عَطَفْتَ بِهَا عَلَى مَرْفُوْعٍ رَفَعْتَ، أَوْ عَلَى مَنْصُوْبٍ نَصَبْتَ، أَوْ عَلَى مَخْفُوْضٍ خَفَضْتَ، أَوْ عَلَى مَجْزُوْمٍ جَزَمْتَ، تَقُوْلُ: قَامَ زيدٌ وَعَمرٌو، وَرَأَيْتُ زَيْداً وَعَمْرًاً، وَمَرَرْتُ بِزَيْدٍ وَعَمْرٍو، وَزَيْدٌ لَم يَقُمْ وَلَمْ يَقْعُدْ.

Jika kamu mengathafkan kepada lafadz yang dibaca rofa’ maka kamu harus merofa’kan kepada ma’thufnya , atau kepada lafadz yang dibaca nashob maka kamu harus menashabkan ma’thufnya , atau kepada lafadz yang dibaca jer maka kamu harus membaca jer ma’thufnya , atau kepada lafadz yang di jazemkan maka kamu harus membaca jazem ma’thufnya pula. Seperti ucapanmu qaama zaidun wa amrun , raitu zaidan wa amran , marartu bizaidin wa amrin , zaidun lam yaqum wa lam yaq’ud.

التَّوْكِيْدُ تَابِعٌ لِلْمُؤَكَّدِ فِي رَفْعِهِ ، وَنَصْبِهِ، وَخَفْضِهِ,وَتَعْرِيْفِهِ

Taukid ialah lafadz yang mengikuti pada mu’akkadnya (lafadz yang dikuatkan) pada rofa’nya, nashobnya, jernya, dan ma’rifatnya.

وَيَكوْنُ بِأَلْفَاظٍ مَعْلُوْمَةٍ، وَهِيَ: النَّفْسُ، وَالْعَيْنُ، وَكُلٌّ، وَأجْمَعُ، وَتَوابِعُ أجْمَعَ، وَهِيَ: أكْتَعُ، وَأبْتَعُ، وَأَبْصَعُ، تَقُوْلُ: قَامَ زَيدٌ نَفْسُهُ، وَرَأَيْتُ الْقَوْمَ كُلَّهُمْ، وَمَرَرْتُ بِالْقَوْمِ أَجْمَعِيْنَ.

Taukid itu menggukan lafadz lafadz tertentu yaitu annafsu, al’ainu, kullun, ajma’u, dan lafadz lafadz mengikuti ajma’u yaitu  akta’u, abta’u, dan absho’u yang ma’nanya sama dengan ajma’u. Seperti ucapanmu qaama zaidun nafsuhu (zaid berdiri,dirinya), raaitul qauma kulluhum (saya melihat qaum seluruhnya), marartu bilqaumi ajma’iina (saya lewat bertemu dengan qaum semuanya).

إِذَا أُبْدِلَ اِسْمٌ مِن اِسْمٍ، أَوْ فِعْلٌ مِنْ فِعْلٍ تَبِعَهُ فِي جَمِيْعِ إِعْرَابِهِ ،

Jika dibuat badal(ganti) isim dari isim atau fiil dari fiil,maka badal itu harus mengikuti pada mubdal minhunya(yang dibadali dalam semua i’rabnya).

وَهُوَ أَرْبَعَةُ أَقْسَامٍ: بَدَلُ الشَّيْءِ مِنَ الشَّيْءِ، وَبَدَلُ اْلبَعْضِ مِنَ الكُلِّ، وَبَدَلُ الاِشْتِمَالِ، وَبَدَلُ الْغَلَطِ، نحو قَوْلِكَ: قَامَ زَيْدٌ أَخوْكَ، وَأَكَلْتُ الرَّغِيْفَ ثُلُثَهُ، وَنَفَعَنِيْ زَيْدٌ عِلْمُهُ، وَرَأَيْتُ زَيْداً اْلفَرَسَ، أَرَدْتَ أَنْ تَقوْلَ الْفَرَسَ فغَلِطْتَ فَأَبْدَلْتَ زَيْداً مِنْهُ.

Badal itu terbagi menjadi empat bagian yaitu: badal syai’ min syai’(badal dari sesuatu yang sama derajatnya) , badal ba’du min kul(badal sebagian dari seluruhnya), badal isytimal (badal yang terkandung), badal gholath (badal kesalahan). Seperti ucapanmu : qaama zaidun akhuuka(sudah berdiri zaid saudaramu), akaltu arraghiifa salsahu (aku makan roti sepertiganya), nafa’ani zaidun ilmuhu (zaid telah bermanfaat bagiku ilmunya), raitu zaidan alfarasa (aku melihat zaid kuda), padahal kamu bermaksud melihat kuda, bukan zaid. maka kamu salah mengucapkan lalu membadali lafadz zaid itu dengan kuda.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here