Kiai Said: Keberhasilan Dakwah Rasulullah Ditiru Ulama Indonesia

0
335

KHASKEMPEK.COM, BEKASI – Dalam membangun masyarakat Arab yang primitif, buta huruf, jahiliyah, dan dalam keadaan tersesat, Nabi Muhammad SAW diperintahkan oleh Allah untuk memperkenalkan Al-Qur’an. Dakwah atau perjuangan Nabi berhasil, dibuktikan oleh masuknya Umar bin Khattab ke dalam Islam.  

“Keberhasilan Nabi Muhammad dalam memperkenalkan Islam itu ditiru oleh ulama di Indonesia. Di mana Raja Pajajaran Prabu Siliwangi, beragama Buddha. Suatu ketika, dia mendengar ada agama Islam yang disebarkan pada tahun 1410 oleh seorang ulama dari Negeri China Syekh Hasanuddin,” jelas Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama KH Said Aqil Siroj.  

Demikian yang disampaikan Ketua Umum PBNU saat menyampaikan mauidzah hasanah dalam peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW di Universitas Mitra Karya, Bekasi, Jawa Barat, pada Jumat (22/11) malam.  

Syekh Hasanuddin ini terkenal dengan bacaan Al-Qur’an yang indah dan suaranya yang merdu. Oleh karenanya, dia akrab disapa dengan sebutan Syekh Qura, karena dia adalah seorang qari. Di Rengasdengklok, Karawang, Jawa Barat, Syekh Qura beraktivitas. Salah satunya berdakwah dengan mengenalkan dan mengajarkan Al-Qur’an kepada masyarakat.  

“Prabu Siliwangi, marah. Dia kemudian berangkat dari daerah Bogor menuju utara untuk membunuh Syekh Qura yang dianggap membawa agama baru. Setibanya di sana, Prabu Siliwangi melihat perempuan yang merupakan murid Syekh Qura bernama Subanglarang yang sedang membaca Al-Qur’an,” kisah Kiai Said.  

Menurut penjelasan kiai asal Cirebon ini, Subanglarang adalah perempuan yang memiliki paras cantik dan tubuh yang menarik. Digambarkan oleh Kiai Said, kutilang (kuning, tinggi, langsing). Dia adalah putri dari Ki Gede Tapa Cirebon.  

“Dengan seketika, Prabu Siliwangi klepek-klepek melihat Subanglarang yang cantik itu sedang membaca Al-Qur’an dengan suara merdu. Kemudian Prabu Siliwangi langsung melamar Subanglarang,” jelas Kiai Said.  

Syekh Qura memberi izin, tapi dengan syarat agar Prabu Siliwangi masuk Islam terlebih dulu. Prabu Siliwangi menyanggupinya. Setelah membaca syahadat, Prabu Siliwangi diminta untuk memberikan maskawin berupa lintangkerti atau tasbih yang hanya terdapat di Arab.  

Kemudian dengan kesaktiannya, Prabu Siliwangi terbang ke Arab dan dengan sangat cepat sudah kembali lagi ke kediaman Syekh Qura untuk memberikan maskawin itu.   

“Dari kisah, dongeng, atau legenda itu, yang terpenting adalah karena telah terjadi perkawinan antara Prabu Siliwangi dengan perempuan Muslimah murid Syekh Qura bernama Subanglarang, yang kelak punya anak dan akan mengislamkan seluruh Jawa bagian barat,” jelas Kiai Said.  

Dijelaskan, anak hasil dari perkawinan Prabu Siliwangi dan Subanglarang itu bernama Syekh Rohmatullah, diberi gelar Prabu Kiansantang. Lalu, Syekh Rohmatullah ini mengislamkan Jawa bagian barat, kecuali Patih Pucuk Umun yang menolak masuk Islam dengan pengikutnya Suku Baduy di Malimping, Banten, yang tetap memilih agama Sunda Wiwitan.  

“Sedangkan anak kedua dari pasangan Prabu Siliwangi-Subanglarang itu adalah Syekh Shomadullah. Dia diberi gelar Ki Kuwu Cirebon lantaran menjadi kuwu atau kepala desa di Cirebon,” paparnya.   

Anak ketiganya lanjutnya, adalah perempuan bernama Syarifah Muda’im atau yang dikenal dengan sebutan Rarasantang. Dia dinikahi oleh Habib Abdullah Azmatkhon dari India, lahir seorang putra bernama Syekh Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunungjati.  

“Maka, dengan adanya Prabu Kiansantang dan Ki Kuwu Cirebon bersama keponakannya Syekh Syarif Hidayatullah, seluruh wilayah Jawa bagian barat, semuanya masuk Islam. Jadi, masuknya agama Islam di wilayah Jawa bagian barat tidak dengan kekerasan,” kata Kiai Said.  

Islam di Tanah Jawa bagian barat, lanjutnya, disebabkan karena seorang perempuan cantik, murid Syekh Qura yang bernama Subanglarang, yang memiliki suara merdu sehingga membuat Prabu Siliwangi jatuh hati.  

“Walaupun semangat keislaman Prabu Siliwangi tidak terlalu terlihat, tapi anak-anak dan cucunya-lah yang memiliki keislaman kuat, sehingga mampu melakukan syiar Islam dengan damai di Tanah Jawa bagian barat,” jelas Kiai Said.  

Anak-cucu Prabu Siliwangi itu adalah Syekh Rohmatullah atau Prabu Kiansantang, Syekh Shomadullah atau Ki Kuwu Cirebon, dan Rarasantang yang dinikahi oleh Habib Abdullah Azmatkhon yang memiliki anak Syekh Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunungjati.  

Lalu Syekh Syarif Hidayatullah punya anak, yakni Maulana Hasanuddin yang mengislamkan seluruh Banten dan sekitarnya. Islam kemudian menyebar hingga ke arah timur dari Banten, yang ketika itu masih menjadi wilayah yang sangat menyeramkan dan mengerikan.   

“Daerah itu yang belakangan diberi nama Jayakarta. Jadi yang membangun Jakarta pada mulanya adalah ulama Islam, Sunan Gunungjati,” pungkas Kiai Said.

Sumber: www.nu.or.id

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here