Duta Santri Nasional Adakan Ngaji Literasi Digital Di Pondok Pesantren KHAS Kempek

0
175

KHASKEMPEK.COM, KEMPEK – Pondok Pesantren KHAS Kempek gelar acara Ngaji Litersi Digital bersama Duta Santri Nasional dengan tema “KEBEBASAN BEREKSPRESI DI RUANG DIGITAL”, yang bertempat di Aula MA KHAS Kempek, Jum’at (26/05/2023).

Ngaji literasi digital ini diadakan dua tahun sekali, seperti yang Ustadzah Muyassaro sampaikan “Pemilihan Duta Santri di laksanakan dua tahun sekali dan di umumkan di setiap hari santri”. Dengan sebab “Yang membangun bangsa ini dengan Akhlakul Karimah hanyalah Santri”. Tegasnya.

Santri sebagai “Konsumen, jangan hanya bisa mengonsumsi (Digital), akan tetapi harus bisa menjadi produser, agar bisa memproduksi”. Dengan ini santri harus selangkah lebih maju, karena dengan “Handphone yang begitu kecil, bisa membuat orang yang baik bisa menjadi jahat, dan juga bisa membuat orang menjadi korban”. Hal ini di sebut mengingat banyaknya korban era digital, mulai dari penipuan, hoax, keamanan handphone pribadi dan sampai pada hal yang paling tidak di inginkan yakni kasus kebocoran data. Juga beberapa edukasi yang di berikan, karena beberapa kasus di era digital yang begitu marak, yakni tereksposnya aurat di beberapa platform Sosial media, maka dari itu yang terlebih dahulu adalah “Sebeelum ada perintah menutup aurat, lebih dulu perintah menjaga pandangan غض البصر”. Pungkasnya.

Ust. Ariq Ahmad Fauzi, sebagai Moderator melanjutkan kepada moderatur ke satu yakni Farichatus Sholichah, “Menjadi Santri harus menembus Batas dan Bijak Dalam Mengelolah Media Sosial”. jelasnya.

“Kita sebagai santri mempunyai keberkahan, yaitu زيادة الخير, dengan bukti dekatnya santri dengan kyai”. Karena “Canggihnya teknologi AI di dunia, terutama pada belahan negara dan salah satunya dalah Jepang, yang menyebabkan aktivitas manusia kini dapat digantikan oleh robot, namun ada satu hal yang tidak mungkin dapat tergantikan oleh robot, yaitu Akhlakul Karimah”. Ungkapnya.

Karena beberapa hal sempat terjadi, seperti halnya layar kunci yang memang sudah bisa mendeteksi wajah manusia, hal ini tidak menutup kemungkinan bahwasanya AI sedang mengawasi kita, maka dari itu “Berhati-hatilah dalam berkata”. Ujarnya.

Berikut narasumber kedua yakni Hanna Shefia, dengan menyebut “Maksud dari tema Kebebasan berekspresi yaitu, bebas berkreasi untuk membuat konten positif. Ketika masuk ruang digital itu sama saja kita memberikan jaminan keamanan diri kita”. Tuturnya.

Juga beberapa tips yang di sampaikan untuk menjaga ruang lingkup keamanan digital, yakni:

  • Pemahaman Etika dalam berdigital
  • Browsing dengan aman (jangan asal membuka link)
  • Rutin melakukan backup dan menyimpan data secara offline
  • Mengatur pasword yang kuat (rutin mengganti minimal enam bulan satu kali)
  • Bijak dalam berdigital (tidak mengguakannya untuk hal yang buruk)
  • Pandai dalam meninggalkan jejak digital
  • Keamanan digital itu sesuai dengan etika diri kita sendiri

Pada akhir agenda, santri diberikan kesempatan dalam bertanya, berikut sesi pertanyaan yang di lontarkan beberapa audien:

Bagaimana mengelola konten pondok di era banyak yang ingin menjatuhkan reputasi pondok?

Untuk Personal Branding, dimana ketika kita menunjukkan siapa diri kita, yakni membuat branding yang aktif, dengan membuat konten-konten bermanfaat dan membuktikan fakta sebenarnya, pada intinya kita harus memutar balikkan profokasi dengan bukti yang ada dan komitmen yang tinggi.

Bagaimana cara membuat konten menarik dengan followers yang masih sedikit?

Ada beberapa hal penting dalam membuat konten, yakni:

-Membuat konten dengan komitmen, Melanjutkan konten dengan konsisten dan jangan lupa, Self Reminder (jati diri kamu sendiri)

-Dan sala satu kunci yaitu muculkan kreatifitas yang tinggi agar sulit untuk di ambil alih

-Menghilangkan rasa minder [eksternal]

-Jangan terlihat sombong [kultural]

-Perbaiki kualitas diri

-berlatih public speaking.

Dan salah satu hambatan fatal yang biasa terbaikan iyalah tidak mengubah kesalahan menjadi pelajaran. “Kalian ga bakal bisa ngumpet dari komenan manusia, bahkan Nabi Muhammad yang mulia aja tetep kena komen dari orang kafir”. Juga “Kita harus punya prinsip : Bagaimana caranya agar Allah ridho pada saya”. Begitu juga “Omongan orang yang punya nama itu berberbeda dangan omongan orang yang ga punya nama”. Pungkasnya.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here