Penjelasan singkat Kyai Musthofa Aqil Mengenai Kaitan Al Qur’an Dengan Alfiah

0
400

KHASKEMPEK.COM, KEMPEK – Beberapa waktu yang lalu,Pengasuh Pondok Pesantren Khas Kempek, KH. Muh. Musthofa Aqil, didalam Mau’idzohnya di acara Khotimi Al Fiah Ibni Malik Dana Al Qur’an, beliau jelaskan apakah Al Qur’an dengan Alfiah saling berkaitan?, (08/03/2023).

sumber : https://www.youtube.com/live/ZKqnSMYqAR4?feature=share

“Apa yanga membuat Al-Qur’an dan Al-Fiah itu saling berkaitan”, beliau melanjutkan bahwasanya “Al-Qur’an menggunakan Bahasa arab, dan apabila Al-Qur’an dibawa ke sini (indonesia) langsung dengan bahasnya saja maka akan sulit untuk di mengerti maupun di fahami, dengan hal ini Al-Qur’an diperluas penjelasannya dengan hadits, dan awal mula pemahamannya adalah, Qur’an itu tdak bisa di jelaskan, dengan contoh sederhananya Al-Qur’an memberikan perintah hanya dengan  Aqimussholah (dirikanlah Sholat), yang mana tidak diterangkannya sholat memiliki berapa roka’at dengan nama dari masing-masing sholat entah itu dzuhur ataupun ashar, semua itu tidak ada di dalam Al-qur’annya, karena tidak jelas maka butuh penjelasan, siapakah yang menjelaskan, maka sukar (sulit) penjelasannya, yakni syarat orang bisa menjelaskan Al-Qur’an harus mengerti apa yang Allah kehendaki, Al-qur’an adalah apa yang Allah firmankan, firman Allah tidak bisa di jelaskan, yang mana apabila tidak jelas maka butuh penjelasan, dan yang bisa menjelaskan haruslah mengerti apa yang Allah inginkan”. Terang beliau.

Beliau memberikan beberapa contoh bahwasanya “kehendak Allah itu susah untuk di ketahu, terkadang ada sebuah pengajian besar yang di hadiri oleh para habaib juga kyai-kyai dan ustadz-usatadz malah di terpa hujan, lain halnya yang sedang dangdutan malahan tidak hujan, adapula seperti halnya seorang santri yang sedang membacakan sholawat nariyah dengan nominal 404444 besoknya santri tersebut jualan malah tidak laku, lain halnya dengan mereka yang busana bajunya tidak sopan sangat begitu laris jualannya, makadariitu apa yang Allah kehendaki begitu sangat susah untuk di jelaskan, terkadang kita yang tidak mengerti, kita sederhanakan dengan mengibaratkannya dengan ayam (betina), ada ayam di dapur terus berkukuk, dan orang-orang berasumsi bahwasanya ayam yang di dapur tadi ingin bertelur, ketika ayam tersebut di jumpai tidak di temukan telurnya, orang-orang tersebut berkata “wah ayam kie bebodo (berbohong)”, maka dari itu ayam saja tidak bisa kita asumsikan kehendaknya apalagi apa yang Allah SWT kehendaki”. Ujar beliau.

Di samping itu “Allah SWT perintahkan Baginda Nabi Untuk menjelaskan Al-qur’an, dengan dalil:

لِتُبَيِّنَ لِلنَّاسِ مَا نُزِّلَ اِلَيْهِمْ

Yakni wahai Muhammad SAW, “jelaskan Al-Qur’an kepada manusia”, disini menunjukkan bahwasanya Nabi diperintah untuk menjelaskan Al-Qur’an juga menjelaskan apa yang Allah SWT kehendaki, berarti Nabi Muhammad SAW mengerti apa yang Allah SWT kehendaki” beliaupun menegaskan “kumpulkan sarjana sedunia maka Nabi Muhammad SAW akan menang, kenapa, karena sebanyak apapun sarjana, tidak ada yang bisa mengerti tentang apa yang Allah SWT kehendaki, dan hanyalah Baginda Nabilah yang mengerti, maka dari itu nabilah yang menjelaskan Al-qur’an”. Jelas beliau.

“ketika nabi menjelaskan itulah yang di sebut dengan sunnah, atau biasa di namai hadits, haditspun menggunakan bahasa arab, Qur’annya menggunakan bahasa arab begitupula dengan hadits, maka dari itu haruslah kita bisa mengerti bahasa arab, dan bahasa arab itu terbagi menjadi dua, yakni mufrodats (kosakata) dan satu laginya yakni Ilmu Bahasa Arabnya, dan ilmunya bahasa arab ialah Nahwu dan Shorof, yang mana aikon dari Nahwu sendiri ialah Al-fiah Ibnu Malik, di dalam Al-qur’an apabila tidak hati-hati ataupun tidak dengan Nahwu maka akan salah, beliaupun memberikan contoh;

أَنَّ اَللهَ بَرِيءٌ مِنَ الْمُشْرِكِينَ وَرَسُولُهُ

“Sesungguhnya Allah dan Rasulnya berlepas diri dari orang-orang musyrikin …”

Apabila harokat pada ayat tersebut di urutkan maka akan kasroh lam dan ha’ nya, akan tetapi hal tersebut salah besar juga akan dosa, apabila di kasrohkan lam dan ha’ nya maka akan memiliki makna serta, maka salah besar apabila orang mus’rik di sertakan dengan nabi dalam murkanya Allah SWT, walau hanya salah mengharokatinya saja, maka dari itu nahwulah yang membwenarkannya dengan mengatofkannya pada kalimat أَنَّ اَللهَ, itulah pentingnya nahwu, maka dari itu Al-Qur’an dengan Nahwu Sebuah hal yang sejalur (satu jalan), yang tidak bisa di pisahkan”. Pungkas beliau.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here