Menanam Jariyah Melalui Forum Ilmiyah

0
435

KHASKEMPEK.COM – Ilmu pengetahuan tidaklah bergerak polos seperti air, yang cuma mengalir dari tempat-tempat yang tinggi, menuju tanah maupun lembah dengan posisi yang lebih rendah.

Ilmu pengetahuan perlu diendapkan barang sejenak. Dalam proses jeda tersebut, ia perlu diuji, dikontekstualkan, lalu diperkaya kemanfaatannya agar bisa berguna secara lebih luas.

Tempat berlangsungnya babak penting dalam proses pengembangan pengetahuan inilah yang kemudian banyak orang menyebutnya sebagai forum ilmiah. Melalui ruangan ini, ilmu pengetahuan akan diadukan dengan banyak kemungkinan yang ditangkap dari realitas di lapangan.

Beruntung, orang-orang pesantren terdidik dengan kebiasaan ini melalui musyawarah, diskusi, maupun bahtsul masail. Namun, sejatinya proses luhur tersebut sebaiknya tidak hanya dicukupkan sampai di sana. Distribusi ilmu yang sempat terhenti tadi, harus kembali dialirkan lebih lanjut ke masyarakat.

Wasilahnya bermacam-macam. Salah satunya dan yang dinilai paling efektif ialah melalui tulisan. Tulisan ini menjadi penting karena merupakan media yang memuat produk keilmuan baru hasil dari komunikasi yang kuat antara pengetahuan dan pengalaman.

Oleh karena itu, amat wajar, jika ajaran Islam pun amat menganjurkan umat Muslim agar mengabadikan segala pengetahuan yang dimilikinya lewat sebuah tulisan. Rasulullah Muhammad Saw bersabda:

عن عبد الله بن عمرو بن العاص قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: قَيِّدُوْا الْعِلْمَ، قلتُ: وَمَا تَقْيِيْدُهُ؟ قال: كِتَابَتُهُ

“Dari Abdullah bin Amr bin Ash berkata, bahwa Rasulullah bersabda, ‘Ikatlah ilmu ini!’ Aku kemudian bertanya, ‘Apakah pengikatnya?’ Beliau menjawab, ‘Yaitu dengan cara menuliskannya”. (HR. Al-Hakim).

Di sisi lain, membukukan lalu menyebarkan ilmu pengetahuan yang sudah diproses kematangannya sedemikian rupa ini berpotensi menjadi amal jariyah lantaran sudah meningkat pula kadar kemanfaatannya. Sebagaimana dalam sebuah hadis yang cukup populer, Nabi Saw bersabda:

إِذَا مَاتَ ابنُ آدم انْقَطَعَ عَنْهُ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثٍ: صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ، أو عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ، أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ

“Ketika anak Adam (manusia) meninggal dunia, maka amalannya terputus, kecuali tiga hal, yaitu: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak saleh yang mau mendoakannya. (HR. Muslim, Abu Dawud, An-Nasa’i, dan Ibnu Hibban).

Adapun ciri bahwa proses-proses ilmiah itu berfungsi meningkatkan nilai manfaat keilmuan adalah sebagaimana yang diungkapkan Imam Al-Ghazali dalam Bidayatul Hidayah:

والعلم النافع هو ما يزيد في خوفك من الله تعالى، ويزيد في بصيرتك بعيوب نفسك، ويزيد في معرفتك بعبادة ربك، ويقلل من رغبتك في الدنيا، ويزيد في رغبتك في الآخرة، ويفتح بصيرتك بآفات أعمالك حتى تحترز منها، ويطلعك على مكايد الشيطان وغروره،

“Ilmu yang bermanfaat akan menambah rasa takutmu kepada Allah, menambah kebijaksanaanmu dengan aib-aib dirimu, menambah rasa makrifat dengan beribadah kepada Tuhanmu, serta meminimalisasi kecintaanmu terhadap dunia, dan menambah kecintaanmu kepada akhirat, membuka pandanganmu atas perbuatan jelekmu, hingga kaudapat menjaga diri dari hal itu, serta membebaskanmu dari tipu daya setan.”

Dari ungkapan itu, Imam Al-Ghazali menegaskan bahwa ilmu yang bermanfaat niscaya mampu mencegah tumbuhnya rasa sombong, terlebih kepada Allah Swt. Tanda-tanda itu ditemukan pula dalam produk-produk pengetahuan hasil forum ilmiah yang senantiasa siap diuji dan dibedah ulang kebenaran dan kesesuaiannya, kapan saja.

Akhirnya, selamat kepada Forum Ilmiah Lirboyo yang dalam setiap tahunnya menghasilkan jariyah keilmuan yang matang, bermanfaat, dan terbuka. Semoga menjadi getok tular bagi seluruh generasi Muslim di Indonesia. Amin.

Foto: Turut mengapresiasi atas terbitnya buku “Keluarga Kita” karya Tim Kelas Mizab/Forum Ilmiah Wisudawan Ma’had Aly Lirboyo (2024), di Asrama Al-Nashir Al-Manshur, PP KHAS Kempek Cirebon, Kamis, 23 Mei 2024.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here