Maulid Nabi di Taiwan, Kiai Musthofa Aqiel Ungkap Kunci Kesuksesan Nabi

0
511

KHASKEMPEK.COM, TAIWAN – Pengasuh Pondok Pesantren Khas Kempek Cirebon, KH. Muhammad Musthofa Aqiel Siroj mengungkapkan tentang kunci sukses Nabi Muhammad Saw. Hal ini beliau sampaikan kepada hadirin via Zoom Meeting dalam acara Peringatan Maulid Nabi Muhammad Saw di PCNU Taiwan Ranting Taichung, Ahad (31/10/2021) waktu setempat.

Dalam ceramahnya, Kiai Musthofa menjelaskan bahwa Nabi Muhammad Saw adalah orang yang paling sukses menjadi pemimpin dalam sejarah. “Beliau hanya butuh waktu 23 tahun dalam menyebarkan risalah. Sukses di seluruh penjuru dunia, di pelosok-pelosok, di setiap masjid dan musholla ada pembacaan sholawat,” jelasnya.

Selain itu, Kang Muh juga menyampaikan, Nabi Muhammad Saw itu adalah orang yang paling banyak disebut namanya setiap hari. “Orang adzan, Asyhadu an laa ilaaha illa Allah, wa asyhadu anna Muhammadar rosululloh. Orang sholat, baca tahiyat awwal dan akhir. Baik yang dibaca di sholat fardhu atau sholat sunnah setiap hari. Ini saking mulianya Nabi Muhammad Saw.” tegasnya.

Selanjutnya, Kiai Musthofa Aqiel mengungkapkan kunci kesuksesan nabi dalam memimpin umat. “Nabi Muhammad Saw sukses memimpin umat dengan cara berikut”, ungkap Kang Muh.

Ketika Nabi Muhammad Saw akan berhijrah ke Madinah, beliau dawuh dalam hadits:

والله إنك لأحب أرضٍ إليَّ ولولا أخرجوني منك ما خرجت منك

“Wahai Makkah, demi Allah, engkau adalah tanah yang paling kucintai, apabila aku tidak diusir, mungkin aku tidsk akan pergi darimu.”

Beliau menjelaskan bahwa hadits tersebut mengindikasi kecintaan nabi kepada kota Makkah, sebagai tanah airnya. Tidak mudah bagi Nabi Muhammad untuk merelakan pergi dari kota Makkah. Asumsi tersebut diperkuat dengan hadits Nabi Muhammad ketika tiba di kota Madinah. Beliau bersabda:

اللهم حبب الينا المدينة كحبنا المكة او اشد

“Ya Allah, buatlah saya mencintai kota Madinah, melebihi cintaku kepada kota Makkah.”

Sudah jelas dari hadits tersebut, jelas Kang Muh, dapat disimpulkan bahwa Nabi Muhammad teramat mencintai tanah airnya.

Setelah menetap di Madinah, Nabi Muhammad Saw dituntun oleh Allah menetapkan kebangsaan, kesamarataan. Siapa pun, kelompok apapun, agama apapun, etnis apapun sama. Pertama kali Nabi Muhammad Saw diberi wahyu ayat Al-Qur’an yang berbunyi:


لَا يَنْهَاكُمُ اللَّهُ عَنِ الَّذِينَ لَمْ يُقَاتِلُوكُمْ فِي الدِّينِ وَلَمْ يُخْرِجُوكُم مِّن دِيَارِكُمْ أَن تَبَرُّوهُمْ وَتُقْسِطُوا إِلَيْهِمْ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِينَ.

“Allah tiada melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tidak memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil.”

Kamu harus berbuat baik dan bersikap adil kepada siapa saja, agama dan kelompok apas saja, asalkan mereka tidak memusuhi kamu. “Catat, mereka tidak memusuhi kamu, maka kamu harus berbuat baik.” tegasnya.

Mari kita tarik ke Indonesia. Di Indonesia ini, Katolik, Protestan, Hindu, Budha dan Konghucu, apakah mereka memusuhi kita? Tidak. Karena mereka tidak memusuhi kita, maka kita harus berbuat baik dan bersikap adil dengan mereka dengan mereka.

Pernah ada kejadian, ketika ada seorang pemuda Muslim bernama Thu’mah mencuri baju perang yang mahal, kemudian baju itu disembunyikan di rumahnya orang Yahudi bernama Zaed. Setelah itu, Thu’mah menyebarkan berita bohong atau hoax, bahwa Yahudi mencuri.

Akhirnya tersebarlah berita bohong itu, sehingga ada beberapa orang datang kepada Nabi untuk melaporkan kejadian ini. Hampir saja Nabi mempercayai berita ini dan tidak lama kemudian turunlah malaikat Jibril membawa surat An-Nisa,

“Dan Barangsiapa yang mengerjakan kesalahan atau dosa, kemudian dituduhkannya kepada orang yang tidak bersalah, Maka Sesungguhnya ia telah berbuat suatu kebohongan dan dosa yang nyata”. 

Disini jelas sekali bahwa melalui Al-Qur’an Allah SWT membela orang Yahudi yang benar, tidak melihat agama, suku dan ras, yang dilihat adalah kebenaran dan kejujuran. Orang Yahudi dibela karena dia tidak mencuri dan ternyata yang mencuri adalah Thu’mah. Maka Nabi memerintahkan segera menangkap Thu’mah, tapi ia melarikan diri ke Makkah dan disana ia menjadi murtad.

Inilah yang menjadi Nabi Muhammad Saw sukses menjadi pemimpin. “Dalam kepemimpinan, marilah kita semua meniru nabi, menghormati siapa saja, bersikap adil kepada siapa saja,” pungkasnya. []

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here