Marhabanan Bid’ah? Ini Penjelasan Kiai Musthofa Aqiel

0
868

KHASKEMPEK.COM, KEMPEK – KH. Muhammad Musthofa Aqiel Siroj yang merupakan Pengasuh Pondok Pesantren Khas Kempek Cirebon, memberikan penjelasan dan jawaban tentang marhabanan yang dianggap bid’ah oleh sebagian orang. Hal ini beliau sampaikan dalam acara Peringatan Maulid Nabi 1443 H di Masjid Al-Ghadier, Senin (18/10/2021) malam.

Sebelum pembacaan Diba’, Kiai Musthofa Aqiel menyampaikan kepada hadirin, bahwa acara Muludan ini merupakan tradisi yang diamalkan oleh ayahanda beliau, yaitu Almarhum KH. Aqiel Siroj, pendiri Pesantren Khas Kempek (dulu Majlis Tarbiyatul Mubtadi’ien atau disingkat MTM).

“Saya melanjutkan amalan walidi, Kiai Aqiel, setiap malam tanggal 12 Rabiul Awwal. Jangan sampai menunggu mendapatkan undangan lagi untuk menghormati kelahiran Nabi Muhammad Saw,” kata Kang Muh.

Selanjutnya, beliau berpesan kepada kahidirin untuk berniat tawassul dengan kehadiran Kanjeng Nabi. “Semoga tujuan kita semua dikabulkan oleh Allah Swt, terutama para santri, semoga futuh bisa mengaji semua,” harap Bapa Muh.

Beliau juga berdoa kepada Allah, “dan di malam hari ini kita semua memohon kepada Allah Swt, semoga corona hilang dengan tuntas, amin,” harapnya lagi.

Selain itu, Kiai Musthofa Aqiel juga menekankan untuk yaqin dalam bertawassul. “Para hadirin yang saya hormati, ayo kita sama-sama tawassul dengan Kanjeng Nabi, kekasihnya Gusti Allah. Yaqin, harus yaqin ya, tawassul dengan Kanjeng Nabi terkabul,” tegasnya.

Penjelasan Kiai Musthofa sampai pada masalah marhabanan yang dianggap bid’ah. Di sini, beliau menjelaskan: “Ada orang mengatakan, marhabanan itu bid’ah. Sebab marhabanan tidak ada di zaman nabi. Bid’ah! Jadi kalau tidak ada di zamannya nabi itu bid’ah,” katanya.

“Bagaimana jawabnya?,” tanya beliau. “Ente, sewaktu ada Kanjeng Nabi ada tidak? Tidak ada. Ya, berarti kamu bid’ah,” jawab Kiai Musthofa.

“Paham tidak? Sesuatu yang tidak ada di zamannya nabi itu bid’ah. Orang yang mengatakan demikian, di zamannya nabi ada tidak? Tidak ada. Ya, berarti orang tersebut bid’ah,” jelasnya.

“Oleh karena itu, sudah jangan macam-macam. Sebab, Gusti Allah itu memuliakan Kanjeng Nabi sangat luar biasa. Ya berarti Allah memerintahkan kita untuk memghormati Kanjeng Nabi,” jelasnya lagi.

“Makanya, shalawat kepada Kanjeng Nabi itu tidak dibatasi. Allah dawuh: “Ya ayyuhal ladzina aamanuu sholluu…” Cara bershalawatnya terserah,” tegas Ketua Umum Majelis Dzikir Hubbul Wathon (MDHW) ini.

Dengan demikian, silakan bertawassul pada malam hari ini. “Ya Robbi, saya membaca Barzanji, Diba’ yang isinya sejarah Kanjeng Nabi, saya bertawassul (silakan utarakan sendiri-sendiri), semoga sukses dikabulkan Allah Swt, amin,” harapnya.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here