Kiai Musthofa Aqil Sowan ke Sayyid Ahmad bin Muhammad Alawi al Maliki

0
2612

KHASKEMPEK.COM, MAKKAH – Pengasuh Pondok Pesantren KHAS Kempek Cirebon, KH. Muhammad Musthofa Aqil Siroj sowan ke Sayyid Ahmad bin Muhammad Alawi al Maliki al Hasani, salah satu ulama Sunni yang menjadi rujukan dunia saat ini, di kediamannya di Rusaifah, Makkah, Arab Saudi pada Rabu (13/7/2022).

Dulu ketika mesantren selama 3 tahun di Tanah Suci Makkah, Kiai Musthofa Aqil mengaji kepada ayah beliau, yakni Sayyid Muhammad bin Alawy Al-Maliki dan ulama lain seperti Syeikh Yasin bin Isa Alfadani.

Dalam hal ini, Nyai Hj. Shobihah Maimoen Zubair menuturkan: “Ayah saya muridnya Sayyid Alawy al Maliki. Putra-putra ayah mulai dari kak Ubab, kak Najih, adek saya Kamil, Abd Rouf, M. Idror adalah murid-murid Abuya Sayyid Muhammad bin Alawy,” tutur beliau.

“Bapak Muh dulu juga mengaji kepada Abuya Sayyid Muhammad bin Alawy. Ketika beliau masih diperbolehkan mengajar di Harom. Setelah itu dilarang Kerajaan Su’udi. Dulu Sayyid Alawy dan Sayyid Muhammad bertinggal di ‘Utaibiyyah yang dekat dengan Harom. Setelah dilarang mengajar di Harom, beliau pindah ke Rusaifah, 5 kilo dari Harom,” jelasnya.

“Berbahagialah santri-santri yang mempunyai guru-guru yang bersanad muttasil kepada Rosulullah SAW,” tegas Ibu Biha.

Dalam foto yang diposting Nyai Shobihah di Status WhatsApp beliau, pada saat itu, Kiai Musthofa Aqil sowan ke Sayyid Ahmad bin Muhammad Alawi al Maliki al Hasani bersama para kiai dari PBNU. Tampak Bapa Muh mencium tangan Sayyid Ahmad.

Mengutip tulisan Gus Ulil di akun Facebook pribadinya pada Kamis (14/7/2022). Penantian panjang itu bermuara pada malam kemarin. Ia diberikan kesempatan untuk dapat sowan langsung dan bertemu dengan putra Sayyid Muhammad, yakni Sayyid Ahmad.

“Malam ini, mimpi itu terkabulkan. Bersama para kiai dari PBNU, saya memasuki gerbang kediaman Sayyid Ahmad al-Maliki menjelang Maghrib,” tulisnya.

Ia bersama rombongan tiba saat Maghrib dan melaksanakan jamaah Maghrib di sana. Setelah itu, mereka turut mengikuti pengajian dua kitab, yakni (1) kitab “al-Dzakha’ir al-Muhammadiyyah” karya Sayyid Muhammad, dan, kedua, kitab “Inarat al-Duja” karya Syaikh Muhammad ibn Hasan al-Massyat (lulusan Madrasah al-Shaulatiyyah).

Setelah jamaah Isya’, terangnya, ada pembacaan semacam salawat dengan lagu yang indah sekali, diiringi dengan terbangan.

Di ujung acara, para kiai NU dipersilakan untuk mampir ke ruang khusus Sayyid Muhammad bin Alawi al-Maliki. Saat itulah, ia membayangkan ayahnya sowan kepada Sayyid Muhammad.

Sebelum pamit, semua rombongan diberi kehormatan sebuah sorban yang langsung dipasangkan oleh Sayyid Ahmad ke kepala masing-masing. Baginya, hal tersebut merupakan sebuah keberkahan.

“Semoga Sayyid Ahmad diberikan umur panjang dan kesehatan. Dia adalah “cagak” aqidah Ahlissunnah wal Jamaah di tanah Arab saat ini. Dialah yang menjadi “tali penghubung” antara tradisi keilmuan Sunni di masa sekarang dengan masa lampau, dengan generasi Ibn Hajar al-Haitami dll,” pungkasnya.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here