Kang Shobbah Musthofa dan Kang Idris Sholeh Jelaskan Urgensi Turats

0
649

KHASKEMPEK.COM, JAKARTA – Kang Muhammad Shobbah yang merupakan putra ketiga KH Muhammad Musthofa Aqiel Siroj (Pengasuh Ponpes KHAS Kempek) bersama Kang Idris Sholeh (Kepala MA Al Tsaqafah dan alumni MTM KHAS Kempek) didaulat menjadi pemateri pembekalan peserta beasiswa Universitas Al-Azhar Mesir, Senin (26/8).

Dalam acara yang bertempat di Ponpes Luhur Al-Tsaqafah, Jakarta ini, duet Kang Shobbah yang merupakan mahasiswa Universitas Al-Azhar Mesir bersama Kang Idris Sholeh, alumni Kulliyah Dakwah Islamiyah Tripoli Libya ini menjelaskan tentang urgensi turats.

Menurut Kang Idris, turats adalah istilah yang masih baru, karena tradisi lama tidak menyebutnya. Turats adalah “ma taroka sabiq li lahiq” Peninggalan atau warisan dari orang-orang dulu kepada orang setelahnya. Kalau secara istilah turats adalah warisan ilmu pengetahuan dari orang-orang terdahulu.

Kang Idris berpesan kepada para peserta, sebelum menguasai metodologi seperti yang ditawarkan Abid Aljabiri atau yg lainnya kita harus bisa memahami turats itu sendiri dan untuk pertama kali yang kita baca adalah yang orisinal, yang masih matannya, baru kita kembangkan kajian-kajiannya.

Kalau matan saja belum menguasai, terus sudah banyak macam-macam bacaan yang sudah kita baca, maka yang akan terjadi adalah blank atau rancu. Oleh karena itu pentingnya struktur nalar yang sistematis melalui tahapan-tahapan dan kajian-kajian keilmuan sesuai perkembangannya.

“Ilmu itu semuanya tidak serta merta sempurna kontruksi bangunannya. Ia mengalami tahapan-tahapan perkembangan. Oleh karena itu penting mengkaji kronologis sebuah keilmuan supaya lebih kuat,” jelas alumni MTM, KHAS Kempek ini.

Sedangkan Kang Shobbah yang merupakan cucu Mbah Moen menjelaskan bahwa setiap disiplin ilmu itu lahir dari beberapa akumulasi-akumulasi peristiwa. Tidak mungkin suatu bangunan ilmu itu ujug-ujug muncul. Misalkan, muncul dari Youtube dan lainnya.

Ketika kita belajar ilmu tarikh, nanti kita akan membaca mulai dari Tarikh Thabari, dalam kitab ini dituliskan persis seperti ilmu periwayatan hadits. Artinya ilmu periwayatan hadits menjadi influencer kepada ilmu-ilmu yang lain. Makanya di tarikh Thabari nanti disebutkannya dengan cara periwayatan. Kalau kita bandingkan dengan membaca Tarikh Ibnu Khaldun atau misalnya Nurul Yaqin, maka tidak akan ditemukan periwayatan itu.

Maka disinilah kronologis itu yang perlu kita sikapi. Setelah itu baru kita membaca tentang bagaimana sikap kita dizaman sekarang memandang sejak itu. Misal membaca karya Sayid Qutb, menurutnya kalau sejarah itu harus ada opini, tidak boleh pakai riwayat.

Tetapi kan tidak demikian, sejarah itu tidak hanya tentang opini, tetapi berbicara juga tentang rekam jejak. Dari rekam jejak itulah kita bisa mengambil hikmah, alasan, nilai positif dan juga mengambil sikap.

“Makanya urgensitas turats disini sangat penting karena nilai-nilai progresnya keilmuan Islam itu semuanya ada disitu,” jelas Kang Shobbah.

Ia juga lebih banyak berpesan kepada para calon mahasiswa baru untuk bergabung dengan komunitas-komunitas di Mesir supaya mempunyai wawasan yang luas dan juga harus belajar bahasa Arab amiyah supaya bisa bergaul dengan masyarakat Mesir. (KHASMedia)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here