Ikhwan Khas Jakarta Raya bagikan Tips “Menulis Essai dengan Bahagia”

0
216

KHASKEMPEK.COM, JAKARTA – Ikatan Alumnus Pondok Pesantren KHAS Kempek (Ikhwan Khas) Jakarta Raya menggelar seminar menulis bertema Menulis Essai dengan Bahagia pada Sabtu (15/01). Acara tersebut diadakan di Sekretariat Ikhwan Khas Jakarta Raya Jl. Pesanggrahan samping kampus satu Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta.

Sebagai santri pegiat literasi, saat ini menulis menjadi hal yang signifikan untuk melebarkan sayap menguasai media sosial agar bersih dan jauh dari hoaks, khususnya tentang isu yang mengatasnamakan agama.

Mulanya Muhammad Abror atau yang akrab disapa Kang Abror mengatakan, “Bahwa sederhananya essai adalah sebuah tulisan gagasan isu aktual atau fenomena yang disampaikan secara santai atau reflektif, tetapi ilmiah”. Itu sebabnya, mengapa essai di sini harus ditulis dengan bahagia, karena ia disampaikan dengan bahasa yang ringan dan tidak memberatkan pembaca. Namun, pesan utamanya tetap didapat dan idenya harus orisinil.

Tak ketinggalan, bagi pemula supaya mendapatkan dan tidak kehabisan ide untuk menulis, Kang Abror juga membagikan tipsnya. “Penulis yang baik adalah pembaca yang baik, karenanya supaya tidak kehabisan ide penulis harus meluangkan waktu setiap harinya untuk membaca. Memperhatikan lingkungan sekitar atau merespons terhadap ketidaksukaan pada peristiwa. Ketika masih buntu, maka mencari inspirasi dengan mengajak berdialog bersama teman, melihat sudut pandang dari orang lain sangat membantu pikiran yang sedang buntu. Dan terakhir, selalu up-date terhadap isu-isu yang ada di media sosila, baik twitter, Instagram, TV, facebook, dan sebagainya,” ungkap mantan pengelola media tim Khas Kempek angkatan pertama.

Kemudian pewarta media NU Online juga menambahkan, seorang pembaca menurutnya terbagi menjadi beberapa karekter. “Pertama, seorang yang membaca untuk membaca, yaitu mereka yang menikmati irama tulisan, bagaimana penulis memainkan gaya bahasa, menggunakan titik dan koma. Kedua, membaca untuk menulis, yakni mencari ide pokok yang akan dikembangkan dalam tulisan. Ketiga, membaca untuk mengasah sudut pandang, teknik yang dibaca lazimnya buku-buku yang kritis, seperti tulisan Gus Dur, Buya Syafii Maarif, Cak Nur, dan filsafat. Bukan tentang novel atau kisah perjalanan, ” pungkasnya.

Penulis: Ayu Fuji Astuti – Ikhwan khas Jakarta raya – Madinah as-Sholawat

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here