Ekofemenisme, Mengapa Perempuan Perlu Peduli Terhadap Kelestarian Lingkungan?

0
380

KHASKEMPEK.COM – Ada satu istilah yang cukup populer di kalangan aktivis lingkungan hidup, yakni ekofeminisme. Sebutan itu merujuk pada paham tentang keterkaitan antara perempuan dan alam semesta, terutama dalam ketidakberdayaan dan ketidakadilan perlakuan kepada keduanya. Ekofeminisme dikenalkan pertama kali pada pada 1974, oleh seorang feminis Prancis, Francoise d’Eaubonne.

Dalam penerapannya, ekofeminisme merupakan etika kepedulian untuk mewujudkan keadilan sosial secara ekologis, mengutamakan nilai feminitas dan menentang budaya patriarki.

Secara istilah, ekofeminisme tampak sebagai sesuatu yang baru. Tapi dari sisi semangatnya, ajaran Islam justru telah sejak begitu lama memperkenalkan dan menganjurkannya. Di antaranya melalui kewajiban sekaligus kesempatan untuk beramal saleh bagi siapa pun, tanpa peduli jenis kelamin, status sosial, latar belakang, dan identitas lainnya.

Dalam QS. An-Nahl: 97, Allah Swt berfirman:

مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِّنْ ذَكَرٍ اَوْ اُنْثٰى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهٗ حَيٰوةً طَيِّبَةًۚ وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ اَجْرَهُمْ بِاَحْسَنِ مَا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ

“Siapa yang mengerjakan kebajikan, baik laki-laki maupun perempuan, sedangkan dia seorang mukmin, sungguh, Kami pasti akan berikan kepadanya kehidupan yang baik dan akan Kami beri balasan dengan pahala yang lebih baik daripada apa yang selalu mereka kerjakan.”

Sedangkan bagi perempuan, setidaknya ada tiga langkah yang membuatnya memiliki peluang dan posisi strategis dalam melalukan amal saleh di bidang kelestarian lingkungan. Yakni melalui pendidikan, akses penyadaran generasi, metode dakwah yang santun, lembut, dan berbasis kasih sayang.

Pendidikan bisa dilakukan dengan mengupayakan perubahan cara pandang antroposentrisme (paham yang menganggap manusia sebagai pusat kehidupan) menuju pemaknaan yang tepat tentang status manusia sebagai khalifah fil ardlh. Sementara yang dimaksud akses penyadaran generasi adalah berupa peluang untuk melakukan penyadaran yang dimulai dari lingkup terkecil berupa keluarga. Di dalam keluarga, seorang perempuan memiliki andil besar karena sebagai rumah pendidikan bagi anak-anaknya.

Adapun yang ketiga, metode dakwah yang berpotensi dimiliki perempuan itu niscaya akan lebih mudah diterima lantaran mampu meminimalisir gerakan penolakan atau perlawanan dari seseorang. Meskipun bukan sifat yang melekat permanen, tapi secara keumumannya, seorang perempuan berpotensi memiliki daya ajak yang santun, lembut, dan berbasis kasih sayang.

Mari kita jaga dan lestarikan lingkungan di sekitar kita sebagai ladang ibadah sekaligus berikhtiar mewariskan hal yang terbaik bagi generasi selanjutnya. Buanglah sampah sesuai pada tempatnya, hindari penggunaan barang atau wadah berbahan plastik, serta biasakan diri untuk menggunakan ulang segala barang yang dimiliki. Wallahu a’lam bis shawab.

Foto: Saat diminta turut ambil bagian dalam talkshow bertema “Ecofeminism dan Kebebasan Beragama & Berkeyakinan: Memperkuat Peran Perempuan dan Anak Muda dalam Merawat Kerukunan Lintas Iman dan Pembangunan Perdamaian di Indonesia” di Ruang Pertemuan Lantai 2 Gedung Siti Munjiyah UNISA Yogyakarta, pada Rabu, 15 Mei 2024.
Sumber foto @arnaz /tvmujogja.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here