Bunda Tho’ah Berbagi Amalan 10 Hari Terakhir Ramadhan bagi Perempuan Haid

0
338

KHASKEMPEK.COM, KEMPEK – Pengasuh Pondok Pesantren Putri KHAS Kempek, Cirebon, Jawa Barat, Nyai Hj Tho’atillah Ja’far Aqil berbagi amalan pada 10 malam terakhir di bulan Ramadhan bagi perempuan haid. Sebagaimana yang diketahui ada beberapa larangan ritual peribadahan pada perempuan haid, di antaranya, shalat, puasa, dan membaca Al-Qur’an.

“Tentang amalam atau zikiran khusus itu tidak ada. Lalu bagaimana untuk perempuan yang dalam keadaan uzur (haid), apakah bisa meraih Lailatul Qadar? Tentu sangat bisa, dengan melakukan amalan baik seperti membaca ayat-ayat pendek Al-Qur’an yang sudah masyhur dibuat zikiran, seperti memperbanyak melafalkan lailaha illallah, surat Al-Ikhlas, surat Al-Fatihah, atau memperbanyak membaca shalawat Nabi,” kata Nyai Tho’ah kepada NU Online, Kamis (6/5).

Ia mengatakan, dalam tradisi lingkungan pesantren KHAS Kempek, menghidupkan malam-malam sepanjang bulan Ramadhan sudah menjadi kebiasaan karena memang merupakan anjuran Baginda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Terlebih pada 10 malam terakhir bulan Ramadhan terdapat satu malam yang istimewa di dalamnya yaitu Lailatul Qadar. 

“Tradisinya membaca Al-Qur’an mulai malam 17 Ramadhan sampai malam menjelang akhir Ramadhan. Kebetulan aktivitas santri akhir Ramadhan libur, santri mayoritas pulang ke kampung halamannya. Sehingga amalan 10 akhir Ramadhan dilakukan masing-masing individu santri yang tidak pulang, atau keluarga pesantren,” ungkap putri sulung KH Ja’far Shodiq Aqil ini. 

Lebih lanjut, Nyai Tho’ah mengutip hadits Nabi yang menjelaskan bahwa malam 10 akhir ramadhan di tanggal yang ganjil akan terjadi malam Lailatul Qadar, di mana malam tersebut menjadi malam terbaik dari seribu bulan. 

“Sehingga ada amalan sunah yang sangat dianjurkan dilakukan di hari-hari itu. Di antaranya, disunahkan melakukan i’tikaf di masjid, membaca Al-Qur’an, diskusi tentang keilmuan atau memperbanyak bersedekah,” paparnya. 

Baginda Nabi sudah mencontohkan bagaimana memaksimalkan menjelang akhir Ramadhan ini, yaitu dengan memperbanyak melakukan shalat malam atau amalan shaleh yang lainnya, sebagai jalan untuk meraih Lailatul Qadar. Karena, kata Nyai Tho’ah, amalan tersebut merupakan kebiasaan favorit Nabi di malam-malam 10 terakhir Ramadhan. 

“Saat masuk malam sepuluh akhir Ramadhan, Nabi bangun malam dan membangunkan semua keluarganya untuk bersungguh-sungguh menghidupkan malam dan mengikat tali sarung,” terangnya.

Makna dari mengikat tali sarung sendiri adalah bersungguh-sungguh untuk tidak kendor dengan menunjukkan keistiqomahan beliau yang giat beribadah sepanjang bulan Ramadhan.

“Banyaknya keistimewaan pada sepertiga bulan itu hingga Rasulullah mengencangkan ibadahnya,” ujar Nyai Tho’ah.

Sumber: NU Online

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here