Untaian Nasihat Kiai Said Aqil untuk Pengantin Baru (3)

0
988
Kiai Said Aqil: Mawaddah itu salah satu asmaul husna Al-Wadud, yang bermakna Allah menyayangi hamba-Nya yang sholih, yang baik. Sedangkan yang tidak baik, yang tidak sholih tidak akan mendapatkan mawaddah Allah. (Foto: Serambi Lirboyo)

KHASKEMPEK.COM – Untaian pesan untuk pengantin baru dari Kiai Said Aqil selanjutnya adalah mawaddah. Mawaddah itu salah satu asmaul husna Al-Wadud, yang bermakna Allah menyayangi hamba-Nya yang sholih, yang baik. Sedangkan yang tidak baik, yang tidak sholih tidak akan mendapatkan mawaddah Allah. Suami baik, istri setia. Istri servisnya memuaskan, suami setia. Namanya timbal balik, namanya mawaddah.

Kalau sudah seperti saya ini, wa rohmah. Rohmah min asmail husna Ar-Rohman. Rohman Allah universal, general. Semua makhluknya Allah, yang baik, yang tidak baik, iblis pun dapat rohmah-Nya Allah. Tapi tanpa rohmah-Nya Allah satu detik, dunia ini hancur. Orang baik, orang jahat, muslim, non muslim, bajingan, preman semuanya dapat rohmah Allah. Berbeda dengan mawaddah. Maka suami istri yang sudah seperti saya, tinggal rohmahnya.


إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآيَاتٍ لِّقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ

Yang demikian pernikahan ini merupakan ayat Allah yang mutlak, yang luar biasa. Waktu ibu saya punya anak saya, masih dimandiin, sama sekali tidak tahu anak ini akan jadi apa. Eh, ternyata jadi Ketum PBNU, min ayatillah.

Panglima Presiden Jokowi itu ibunya gak ngira waktu kecil mau jadi presiden. Eh, jadi presiden, ayat min ayatillah. Rahasia hidup yang nanti akan dijalani oleh pasangan pengantin ini, akan menjalani lorong-lorong hidup. Kadang terang, kadang gelap, kadang naik, kadang turun, kadang terjal, kadang susah, kadang gampang dan ringan. Itulah kehidupan.

Contoh rahasia Allah yang paling besar, Raja Brawijaya V Kertabumi beragama Hindu, punya istri banyak, 600 lah. Di antara istrinya muslimah, namanya Subanji atau Dewi Retno. Sah mboten nikahe? Lanange Hindu, wadone muslimah, sah mboten? Mboten sah. Syar’an mboten sah. Tapi Allah punya rahasia besar. Lahu sirr laa ya’lamu illa hu.

Dengan istri muslimah ini punya anak laki-laki, Jinbun namanya. Eh, maklum ibunya China, nakal anaknya. Keluar dari istana, jalan ke timur, masuk Ampel Denta, berjumpa dengan Syekh Rohmatullah Bin Ibrahim As-Samarqandi, yang mendarat di Palang Tuban. Beliau mendarat membawa anak dua, Rohmatullah dengan Ali Murtadho, keponakan Abu Hurairoh.

Masuk Islam Jinbun ini, diganti namanya Abdul Fattah. Setelah lima tahun, belajar Islam, hafal Alquran, permisi minta izin kepada gurunya, Syekh Sunan Ampel. Saya anak raja, anak penguasa harus jadi raja. Silakan, saya doakan.

Tidak lama, lahirlah Awwalu mamlakah Islamiyah fi jaziratil Jawa, kerajaan Islam pertama di Jawa, Demak Bintoro. Rajanya Abdul Fattah alias Jinbun, putra Brawijaya V. Kemudian bapaknya kaget, memberitahu anak satunya, Sriwijaya, Kukang (Bahasa China) atau Palembang. Nak, Jimbun jadi raja Islam, bagaimana kamu, nak? Kemudian dibalas, ayahanda, saya sendiri sudah Islam. Nama saya sekarang bukan Arya Dillah, tetapi Fatahillah.

Bapaknya kaget karena anaknya menjadi Islam semua. Masyarakat Hindu, masyarakat Jawa berbondong-bondong ikut Demak karena ingin dipanggil santri. Kalau ikut Demak, santri. Bersih, disiplin, berbudi luhur, tepat janji, gak pernah nipu, gak pernah bohong, doanya mujarab. Santri dulu tapi. Kalau santri sekarang doanya drobos.

Lahirlah kerajaan Demak, yang adil, makmur, sayang dengan rakyatnya, maka rakyat Majapahit berbondong-bondong masuk Islam tanpa dipaksa, tanpa diteror.

Orang Hindu itu lima kasta, brahmana, ksatria, waisya, sudra dan waria. Yang waisya, sudra dan waria tidak boleh menggunakan lafal ingsun. Ingsun itu ksatria, raja itu. Salaman dengan raja gak boleh dengan tangan, tapi dengkul dicium.

Sedangkan kiai-kiai, wali songo atau ulama ngajari, nawaitul wudlu’a, niat sopo ingsun. Usholli fardlod dhuhri, niat shalat sopo ingsun. Orang Jawa kaget, seumur-umur gak akan bisa ngomong ingsun. Maka orang Jawa berbondong-bondong karena ingin ngomong ingsun. Itu saja masalahnya.

Dengan masuk Islamnya Jinbun dan Arya Dillah, maka raja Brawijaya V akhirnya masuk Islam tanpa dipaksa, tanpa diteror. Dengan masuk Islamnya Brawijaya V, bubarlah riwayat Majapahit yang pernah gagah perkasa sampai Srilangka, Philipina. Kemana hilangnya Majapahit? Sirno ilang kertaning bumi. Ilmunya Majapahit mana yang hebat-hebat, bisa ngilang, bisa mabur? Suro Diro Joyo Diningrat Lebur Dening Pangastuti. Kejayaan orang Hindu Jawa kalah karena doanya santri.

Sekali lagi, kita doakan moga-moga rahasia Allah yang disembunyikan dengan perjodohan dua pasang mempelai ini, insya Allah akan tajalli, akan terbukti membawa kebesaran, kemuliaan, manfaat, maslahat bagi kita semua, terutama dzurriyah Mbah Mahrus Lirboyo dan seluruh warga Nahdlatul Ulama. Amin. (KHASMedia)

*Disarikan dari Ceramah Prof. Dr. KH Said Aqil Siroj dalam acara Walimatul Ursy Ning Shofia & Gus Faurok – Ning Hafsha & Habib Zein PP. Lirboyo Kediri.

Baca Juga:
Untaian Nasihat Kiai Said Aqil untuk Pengantin Baru (1)

Untaian Nasihat Kiai Said Aqil untuk Pengantin Baru (2)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here