Untaian Nasihat Kiai Said Aqil untuk Pengantin Baru (1)

0
1602
Kiai Said Aqil: Nikah itu ibadah yang universal, ideal dan perenial. Dalam pernikahan yg terpenting sakinah; ketenangan, bukan sakan; tempat tinggal. (Foto: Serambi Lirboyo)

KHASKEMPEK.COM – Allah SWT berfirman dalam Alquran:


وَمِنْ آيَاتِهِ أَنْ خَلَقَ لَكُم مِّنْ أَنفُسِكُمْ أَزْوَاجًا لِّتَسْكُنُوا إِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُم مَّوَدَّةً وَرَحْمَةً إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآيَاتٍ لِّقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ

Diantara tajalli min tajalliyatillah adalah perjodohan. Siang hari kita menyaksikan manifestasi wujudnya Allah dengan berlangsungnya acara pernikahan. Ini merupakan min tajalliyatillah, min taayunatillah, min tanazzulatillah. Karena hanya Allah lah Adz-Ddzatul Muthlaqoh, Al-Mujarrodah ‘an Nisab Wal Idhofah. Hanya Allah, The absolute one existence without relation. Selain Allah butuh pasangan.

Oleh karena itu ketika ada pasangan seperti ini, tajalli Allah semakin nampak, semakin dzahir, tajalliyatillah semakin nampak. Kita saksikan selain Allah, ternyata butuh idhafah, butuh nisbah, illa huwa, illa dzatuh, yang tanpa nisbat dan tanpa idhafah. Oleh karena itu menghadiri walimatul arsy itu wajib.

Nikah itu sebenarnya ibadah universal, ibadah ideal dan ibadah perenial. Universal karena semua agama, semua peradaban ada yang namanya akad nikah, sampai masyarakat primitif pedalaman yang agamanya animisme itu ada yang namanya akad nikah. Apalagi Islam, Kristen, Yahudi, Ahlul kitab jelas punya syariat itu ada akad nikah. Maka akad nikah merupakan akad yang universal.

Ideal, sangat-sangat ideal membawa misi idealisme karena dengan nikah inilah, kita melestarikan regenerasi manusia. Sampai kapan manusia itu menyelesaikannya, kita meneruskannya, melanjutkannya, memproduksi generasi baru bit thoriqoti aqdin nikah. Maka disebut ideal.

Begitu juga akad nikah merupakan ibadah yang perenial, abadi. Pernikahannya Hafsha dengan suaminya dan Shofia dengan suaminya, bukan hanya fi hadzal alam tapi ilaa yaumil qiyamah, ilaa alamil baqo, nanti di akhirat, di surga bersama-sama. Kita suami istri masih berlangsung perjodohan, berpasangan dengan syarat kedua-duanya min ahlil jannah.

Lafal Kholaqo merupakan kata kerja yang memiliki masdar dua, kosa kata dua, kholqun dan khuluqun. Maknanya creat Allah, yang bersifat fisik kholqun, parsial, temporal, dimensial. Sedangkan yang bersifat non fisik khuluqon, bentuk singel yang mempunyai plural akhlaq. Jadi perjodohan Hafsha dengan suaminya dan Shofia dengan suaminya di samping pertemuan kholq, tapi yang paling penting pertemuan khuluq.

Perjodohan kita semua sebenarnya musabaqah, kompetisi antara kita dengan istri masing-masing di bawah kebesaran latar belakang keluarga masing-masing. Maka kepada Shofia dan Hafsha jangan memalukan cucunya Mbah Mahrus, tunjukkan dengan taat kepada suami. Begitu pula suaminya, Habib Zaenal dan Gus Faurok tunjukkan, saya suami yang ideal, bertanggung jawab.

Jadi pada dasarnya, pertemuan suami istri itu pertemuan yang mengandung musabaqah, competition antara dua peradaban, dua latar belakang, dua background, dua kholfiyat dijadikan satu, maka jangan memalukan, jangan kalah antara satu sama yang lain.

Kalau masalah kholq, masalah fisik silakan kita memuji pengantin, yang istrinya cantik, suaminya ganteng. Itu pujian paling lama satu tahun atau satu tahun setengah. Seterusnya yang kita komentari adalah khuluq, akhlaqnya, budayanya dan peradabannya. Berbeda dengan fisik, di mana fisik tidak layak diperlombakan karena semua ciptaan Allah bagus semua, cantik semua dan sempurna semua.


ليس فى الإمكان أبدع مما كان

Tidaka ada di alam mungkin ini (alam dunia) yang tidak sempurna

Semuanya sempurna, yang hitam, yang putih, cantik, tidak cantik, baik, buruk itu relatif. Khoirun wa syarrun itu bahasa etika bukan bahasa hakikat, bukan ontologi. Bahasa kauniyah semua ciptaan Allah jamal. Semua ciptaan Allah kamal. Jadi yang layak diperlombakan adalah khuluqnya bukan kholqnya.

Jadi perjodohan ini merupakan ciptaan Allah, siapa pun, apa pun tidak bisa menggagalkan, menghalangi, sudah kehendak Allah, absolute dari Allah. (KHASMedia)

*Disarikan dari Ceramah Prof. Dr. KH Said Aqil Siroj dalam acara Walimatul Ursy Ning Shofia & Gus Faurok – Ning Hafsha & Habib Zein PP. Lirboyo Kediri.

Lanjut ke: Untaian Nasihat Kiai Said Aqil untuk Pengantin Baru (2)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here