Ulumul Hadis, Hadis pada Masa Tabi’in

0
2715

KHASKEMPEK.COM – Sama halnya seperti yang dilakukan oleh para sahabat, para tabi’in juga berhatihati dalam periwayatan hadis. Beban tabi’in tidak terlalu berat jika dibandingkan dengan beban yang dihadapi para sahabat. Pada masa ini, Al-Qur’an telah berhasil dikumpulkan dalam satu mushaf, sehingga tidak lagi menghawatirkan bercampurnya periwayatan hadis.

Selain itu, pada akhir periode masa Khulafā ar-Rāsyidūn, para ahli hadis telah menyebar ke beberapa wilayah kekuasaan Islam. Ini memudahkan para tabi’in untuk mempelajari hadis-hadis dari mereka. Ini terjadi sekitar tahun 41 H hingga akhir abad ke-1 H. Kondisi ini juga berimplikasi terhadap penyebaran hadis ke berbagai wilayah Islam. Oleh karena itu, masa ini disebut dengan masa menyebarnya periwayatan hadis (‘Aṣr Intisyār ar Riwāyah), yakni masa di mana hadis tidak hanya terpusat di Madinah tetapi sudah diriwayatkan di berbagai daerah dengan tokoh para sahabat.

Kekuasaan Islam semakin luas. Banyak sahabat atau tabi’in yang pindah dari Madinah ke daerah-daerah yang baru dikuasai, di samping masih banyak pula yang tinggal di Mekah dan Madinah. Para sahabat pindah ke daerah baru disertai dengan membawa perbendaharaan hadis yang ada pada mereka sehingga hadis-hadis tersebut tersebar ke berbagai daerah. Kemudian bermunculan pusat-pusat hadis sebagaimana yang dikemukakan oleh Muhạ mmad Abū Zahw yaitu:

Madinah, dengan tokoh dari kalangan sahabat: ‘Āisyah, Abū Hurairah, Ibn ‘Umar, Abū Sa’ūd al-Khudrī (w. 74 H) dan lain-lain. Tokoh dari kalangan tabi’in: Sa’ῑd ibn Musayyab (w. 90 H), ‘Urwah ibn Zubair (w. 99 H), Nāfī’ (w. 114 H), dan lain-lain.

Mekah, dengan tokoh dari kalangan sahabat: Ibn Abbās (w. 68 H), Abdullah ibn Sa’īd dan lain-lain. Dari kalangan tabi’in: Mujāhid ibn Jabr, ‘Ikrīmah Maula ibn Abbās (w. 104 H), ‘Atạ ibn Abi Rabbah (w. 114 H), dan lain-lain.

Kufah, dengan tokoh dari kalangan sahabat: Abdullah ibn Mas’ūd (w. 32 H) Sa’ad bin Abῑ Waqqas dan Salman al-Fārisi. Tokoh dari kalangan tabi’in: Masrūq bin al-Ajda’ (w. 63 H), Syuraikh bin Hạ ris, dan lain-lain.

Basrah, dengan tokoh dari kalangan sahabat: ‘Utbah bin Ghazwan, ‘Imrān bin Hụ sain dan lain-lain. Dari kalangan tabi’in: al-Hạ san al-Basrī (w. 110 H), Abū al- ‘Aliyah, dan lain-lain.

Syam, dengan tokoh dari kalangan sahabat: Mu’āź bin Jabal, Abū al-Darda’, ‘Ubadah bin Ṣamit, dan lain-lain. Tokoh dari tabi’in: Abū Idrīs, Qabiṣah ibn Zuaib, dan Makhul ibn Abῑ Muslim.

Mesir, dengan tokoh dari kalangan sahabat: Abdullah bin Amr bin al-‘Aṣ, ‘Uqbah bin ‘Amir, dan lain-lain. Dari kalangan tabi’in: Yazῑd bin Abῑ Hubaib, Abu Baṣrah al-Gifari dan lain-lain.

Pergolakan politik pada masa sahabat, yaitu ketika kekuasaan dipegang oleh ‘Alī bin Abī Tạ̄ lib, berakibat cukup panjang dan berlarut-larut. Langsung atau tidak langsung, cukup memberikan pengaruh terhadap perkembangan hadis pada masa tabi’in ini. Pengaruh langsung dan negatif, ialah munculnya hadis-hadis palsu (mauḍu’) untuk mendukung kepentingan politik masing-masing kelompok dan menjatuhkan posisi lawan-lawannya.

Adapun pengaruh yang berakibat positif adalah rencana dan usaha yang mendorong diadakannya kodifikasi atau tadwīn al-ḥadīś, sebagai upaya penyelamatan dari pemusnahan dan pemalsuan, sebagai akibat pergolakan politik yang terjadi tersebut.

Sumber: Hadis-Ilmu Hadis/Kementerian Agama,- Jakarta : Kementerian Agama 2014.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here